Topswara.com -- Salah satu tugas pengasuhan adalah membuat ikatan emosi yang kuat antara orang tua dengan anak yang dikenal dengan istilah emotional bonding.
Ikatan emosi atau batin ini berpengaruh bagi anak dalam menjalani masa-masa sulit semasa hidup sekalipun tidak ada orang tua di sisi.
Tidak selamanya orang tua mendampingi hidup anak. Sebab orang tua bukan rexona yang setia berada setiap saat. Anak harus tumbuh mandiri dengan potensinya. Emotional bonding menjadi pengingat.
Setidaknya ada beberapa masa kehidupan dalam diri anak di mana ia alami krisis : pra sekolah, pra puber, pubertas, pra nikah dan nikah.
Di masa-masa tersebutlah ia butuh bimbingan dan arahan. Maka meski tidak ada orang tua di sisi, nasehat-nasehat dan teladan orang tua tetap dijaga selama ada bonding.
Hal inilah yang dialami oleh Nabi Yusuf muda saat terpesona dengan kecantikan Zulaikha dan diajak berbuat mesum. Ia punya hasrat.
Hasratnya hampir saja menjerumuskannya seandainya Allah tidak berikan ‘pertanda’. Seperti yang terdapat dalam surat Yusuf:24.
‘Pertanda’ yang dimaksud adalah nasehat ayahnya yang tiba-tiba muncul saat ia hampir saja terpedaya oleh nafsunya. Ini kata ibnu katsir.
Bayangkan! Nabi Yusuf yang terpisah jauh oleh ayahnya, terjaga diri dari bujukan setan. Tidak jadi berbuat zina. Tersebab bonding.
Itu pula yang diharapkan dari anak kita. Jauh terpisah namun menjaga kehormatan keluarga karena nasehat indah orang tua yang tertanam dalam jiwa.
Saat krisis jiwa melanda, tidak kemana-mana cari solusi. Yakin ada orang tua yang siap membantu cari jalan keluar. Percaya sepenuhnya.
Seorang wanita yang sedang konflik dengan suaminya, akan curhat ke ayahnya. Bukan ke lelaki lain. Rumah tangga terselamatkan. Sebab ada father bonding.
Anak yang tidak punya father and mother bonding maka tidak percaya dengan orang tuanya. Lebih dengar kata temannya sekalipun buruk. Ini disebut parent distrust.
Bagaimana menciptakan emotional bonding dengan anak? Usia dini jangan diabaikan. Bermula dari bayi dalam kandungan. Ayah-bunda terlibat bersama dalam pengasuhan
Saat bayi dalam kandungan, jadikan suara ayah bundanya yang lebih banyak didengar. Ajak ia bicara sambil mengusap perut bunda.
Saat anak lahir, sambutlah anak dalam pelukan yang hangat. Hadapkan wajah kita ke hadapannya agar perlahan di-scan dalam memorinya.
Usia 0-2 tahun adalah fase pengikatan. Disinilah fase di mana ayah bunda harus jadi aktor utama dalam pengasuhan. Bukan yang lain.
Di fase inilah Allah perintahkan ibu untuk memberinya ASI. Yang bukan sekedar susunya, namun juga belaian dan sentuhan yang dibutuhkan anak.
Betapa banyak ibu yang menitipkan ASI-nya pada botol. Tidak memberinya langsung dari putingnya. Sehingga anak badannya sehat namun jiwanya kosong.
Fase ini juga seorang ayah harus banyak terlibat mengasuh. Luangkan waktu untuk ganti pampers, gendong anak sambil cerita.
Dalam usia 0-2 tahun jangan terburu-buru kenalkan anak pada media meskipun isinya bagus. Sebab, bonding belum terikat sepenuhnya.
Jika ingin ajarkan anak tentang Al-Qur'an, jangan dari CD atau kaset. Akan lebih elok jika orang tuanya yang menyuarakannya sekalipun belum fasih. Agar tercipta bonding.
Sekalipun ada pengasuh lain, peran mereka hanya membantu. Bukan tokoh sentral. Agar bonding yang terjalin bukan kepada mereka namun kepada orang tuanya.
Keluarkan segala energi: suara, bahasa tubuh, dan ekspresi muka agar terekam kuat dalam memori anak. Inilah yang menjadi dasar munculnya bonding.
Bagaimana jika anak sudah melewati usia 2 tahun sementara kita terlambat melakukan upaya bonding?
Jika anak sudah melewati usia 2 tahun, bisakah kita ciptakan bonding dengannya? Masih sangat bisa. Asal kita bisa membaca golden moment.
Golden moment ini adalah situasi di mana anak benar-benar butuh hadirnya kita. Bisa tanpa sengaja atau juga kita rekayasa.
Golden moment yang dimaksud ada dua : yakni saat anak sedih dan saat anak unjuk prestasi. Hadirlah dengan sungguh-sungguh di dua waktu ini.
Saat anak sedih, ia butuh sandaran jiwa. Butuh ada yang memeluk dan dengarkan curhatnya. Hadirlah segera. Jangan sampai orang lain yang ambil.
Tidak peka nya orang tua saat anak sedih malah buat bonding yang dibuat makin rapuh. Kepercayaan menurun. Anak lari kepada sosok lain.
Dan hadirlah saat anak unjuk prestasi: baca puisi di sekolah, ambil raport, menari, dan sejenisnya. Ini adalah persembahan untuk orang tua dari mereka.
Saat unjuk prestasi, yang anak butuhkan adalah tepuk tangan dan apresiasi orang tuanya. Jika orang tua tidak hadir, rusaklah kepercayaan anak.
Kehadiran orang tua dalam kegiatan mereka adalah pengakuan eksistensi anak. Orang tua yang cerdas, akan paksakan diri untuk hadir. Agar tercipta emotional bonding.
Semoga kita bisa menjadi orang tua yang mampu jalin emotional bonding dangan anak kita. Agar anak terdampingi selamanya meski kita tiada.
Oleh: Ustaz Bendri Jaisyurrahman
Pakar Parenting Islam
0 Komentar