Topswara.com -- Kendala besar dari ibu dalam mendidik anak adalah ilmu dan kurang termotivasi mencari ilmu tentang pendidikan anak dalam Islam. Pastinya alasannya adalah kesibukan, sibuk dengan anak-anak dan keluarga, sibuk dengan pekerjaan, sibuk dengan dakwah.
Namun sebenarnya apakah benar kesibukan itu yang menjadi penghalang ataukah hanya sekedar dijadikan alasan padahal ada alasan sesungguhnya yang sebenarnya bukanlah penghalang yang berarti.
Sisi lain sistem kapitalisme sekularisme yang senantiasa meruntuhkan fungsi ibu, menjadi tantangan tersendiri bagi ibu dalam menghadapi persoalan kehidupan. Tidak jarang ibu terjebak dalam lingkaran materialisme, sehingga ibu menerjunkan dirinya untuk bekerja dan berdaya di ruang publik apakah itu untuk memenuhi kebutuhan atauhkah hanya sekedar prestise.
Akibatnya dalam kondisi mental yang lemah ibu menyerah pada keadaan, memilih kalah berhadapan dengan gerusan debu-debu kapitalisme, jadilah fungsi ibu dikorbankan.
Memang benar fungsi ibu harus dijaga, dijaga oleh ibu itu sendiri, dijaga oleh suaminya agar fungsinya tidak keluar dari koridor ibu sehingga tidak meminta ibu untuk melakukan aktifitas-aktifitas yang mengorbankan pendidikan anak-anaknya.
Fungsi ibu juga harus dijaga oleh negara sebagai perisai yang tangguh bagi para ibu agar tidak menyeret mereka dalam pemberdayaan-pemberdayaan yang keluar dari fitrah mereka sebagai ibu.
Negara sebagai perisai yang menjunjung tinggi fitrah ibu, dengan mensejahterakan mereka dan memfasilitasi kegiatan belajar mengajar mereka bersama-anak-anaknya sehingga melahirkan generasi pemimpin yang memberikan kemaslahatan bukan memberikan kerusakan.
Permasalahan ibu untuk mengupgrade dirinya baik itu ilmu maupun melejitkan potensi dirinya lebih kepada masalah mental, mental memiliki anak dengan sejumlah konsekwensi dan amanah.
Kebanyakan kita tidak siap mencetak anak unggul, target kita ke anak seringkali diminimalisir bukan diukur dari potensi anak yang memang luar biasa.
Juga seringkali keikhlasan yang ternodai semakin menyerah dihadapkan realitas kerepotan dan kelelahan dalam menghadapi tingkah polah anak, apalagi dihadapkan juga dengan sejumlah persoalan-persoalan lain yang mengiringinya, apakah itu masalah kekurangan harta, konflik rumah tangga, masalah pekerjaan di kantor dan sebagainya.
Bagaimana ibu harus membangun mental meraih anak unggul (shalih, cerdas dan sehat) walau dihadapkan sejumlah tantangan yang berat dlam kehidupan, tentunya berawal dari kemauan yang kuat dan tidak pernah melemah.
Karena kemauan itu akan memproses semua kesiapan mental ibu dan akan senantiasa meningkatkan kompetensi kita sebagai seorang ibu.
Berikutnya ambil setiap kesempatan, apakah itu kesempatan untuk mendapatkan ilmu parenting, diskusi parenting, diklat atau hanya sekedar membaca dan menyimak tulisan-tulisan yang berharga tentang mendidik anak.
Lalu ambil setiap kesempatan dimana kita memiliki peluang disitu untuk mendidik anak-anak kita, baik di rumah maupun di sekolah sekecil apapun itu. Selanjutnya tanamkan rasa tawakkal yang tinggi pada Allah bahwa dalam mendidik anak Allah akan memebrikan ribuan kemudahan, akan menjaga anak-anak kita, akan menuntun anak-anak kita menjadi pribadi-pribadi islam yang tangguh.
Terakhir jangan lepaskan ruhiyyah dalam aktivitas kita bersama-anak-anak, semakin ditinggikan ke tingkat yang lebih tinggi semakin kita ingin anak-anak kita juga melejit potensinya.
Setiap ibu sejatinya sudah tangguh, ketangguhan itu sudah melekat pada dirinya sejak dia berani mengambil keputusan menjadi seorang ibu, melahirkan anak-anak yang lahir dari rahimnya dan berani mengambil seluruh tanggung jawab pengasuhan dan pendidikannya.
Ketangguhan itupun tetap melekat pada dirinya saat ibu mengandung anaknya sela 9 bulan dengan bersusah payah dan semakin payah. Ketangguhan itupun semakin melekat saat ibu berjuang mempertaruhkan nyawa melahirkan anaknya. Setelah ananda lahir ada ibu yang masih kuat melekatkan ketangguhannya dan ada pula semakin melemah. Posisi ibu yang manakah kita ?
Sesungguhnya kebanyakan penghalang dalam diri ibu datang dari internal dirinya yang melemahkan, misalkan saya ini bukan sarjana, saya ini tidak cukup dana, saya ini tidak punya ilmunya, kemampuan saya sudah pas-pasan, begini saja sudah bersyukur, saya ini tidak mungkin sukses, tidak usah bermimpi, saya ini apalah.
Penghalang ini memang tidak begitu tampak pada diri ibu dibandingkan ibu berhadapan dengan penghalang eksternal yang memang tidak mungkin bisa terhindar darinya, semisal berhadapan dengan kekurangan materi, ide-ide liberal yang merusak, budaya permisive dan konsumtif yang senantiasa menggoda dan sebagainya.
Namun hambatan internal ini jauh lebih berbahaya, karena ini adalah pikiran dan perasaan yang negatif yang sesungguhnya dibandingkan potensi ibu yang ada jauh lebih besar dari penghalang tersebut.
Lantas bagaimana kita bisa menjadi ibu tangguh ? Mari kita temukan potensi diri kita yang sesungguhnya luar biasa. Ada sisi hebat yang sesungguhnya bisa jadi tidak dimiliki orang lain namun potensi tersebut cukup mampu menunjang kemampuan kita menjadi seorang ibu tangguh, silahkan dicari.
Berikutnya konsisten dengan menejrmen waktu karena waktu tidak bisa disewa, dijual atau dibeli. Waktu tidak bisa disimpan, waktu tidak bisa disimpan dan dikumpulkan dan waktu tidak ada penggantinya. Kemudian buatlah agenda harian dan prioritas amal.
Jika hari ini ketangguhan kita melemah, maka mari kita bertanya pada diri kita, sudah berapa lamakah kita menjadi ibu? Sudah berapa cara yang kita tempuh dalam mendidik anak ? Selagi nafas kita masih sebuah anugerah, maka peluang kita menjadi ibu tangguh masih ada, karena sesungguhnya potensi kita belum sepenuhnya tergali.
Menjadi ibu tangguh saat ini sangatlah dibutuhkan dalam perubahan masyarakat menuju umat terbaik. Generasi ini akan segera berganti dan gantinya harus lebih baik dari kualitas ibunya.
Bila pertolongan Allah belum turun bagi perjuangan para ibu hari ini disebabkan kurangnya kompetensi ibu untuk meraih pertolongan Allah, semoga pada generasi anak-anak kita yang sudah kita persiapkan menjadi generasi unggul karena memiliki kualitas kepribadian Islam yang lebih tangguh, Allah berkenan memberikan pertolongan kepada mereka menegakkan khilafah islamiah.
Wallaahu a’lam bishshawab
Oleh: Ustazah Yanti Tanjung
Pemerhati Keluarga dan Anak
0 Komentar