Topswara.com -- Punya anak lelaki jelang baligh? Atau sudah baligh? Bersiaplah menghadapi perubahan naluri seksual pada diri mereka. Agar punya persiapan cukup dalam mendidik si bujang pada fase itu, perlu pemahaman yang komplit. Semoga artikel ini bisa membantu.
Sudah fitrahnya kalau manusia dikaruniai naluri seksual (gharizah al-jinsiy) oleh Allah SWT. Dengan adanya naluri tersebut lelaki dan perempuan bisa kumpul menjadi satu keluarga, saling berkasih sayang dan memiliki keturunan.
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga) (TQS. Ali Imran: 14)
Nah, sebagian orang tua ada yang belum cukup paham menghadapi gejolak seksual yang melekat pada anak lelaki mereka yang mulai beranjak baligh, alias si bujang.
Alhasil, banyak remaja yang tidak paham dengan perkembangan diri dan kepribadian mereka. Misalnya, orang tua membiarkan anak mereka berada dalam suasana yang menstimulan atau merangsang naluri seksual anak, melepaskan si bujang bergaul dengan lawan jenis, dan sebagainya.
Keadaan ini yang pada akhirnya menimbulkan problem sosial
Pada kisaran usia 14 tahun ke atas, atau setelah melewati masa kanak-kanak (thufulah) si bujang ini mulai memasuki usia pemuda (syabab).
Pada si bujang, pubertas dipengaruhi oleh diproduksinya hormon testosteron yang dihasilkan dari testis (buah zakar). Hormon ini mempengaruhi pertumbuhan badan mereka sehingga mulai tumbuh dan berkembang menuju orang dewasa.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh ayah bunda dalam meredam dan mengendalikan gejolak seksual anak-anak lelaki;
Pertama, anak lelaki lebih mudah terangsang ketimbang anak perempuan. Ini dikarenakan hormon testosteron pada pria 20 kali lipat dibandingkan yang ada pada perempuan.
Kedua, impuls atau rangsangan yang dibawa ke dalam otak anak lelaki bereaksi 4 kali lipat dibandingkan anak perempuan. Itu sebabnya kaum lelaki mudah tergoda naluri seksualnya hanya lewat pandangan atau suara perempuan.
Ketiga, letak kelamin pria yang berada di luar tubuh juga membuat anak lelaki mudah terangsang karena gesekan, sentuhan atau cuaca dingin, dibandingkan anak perempuan.
Itulah sebabnya orang tua suka mendapati anak-anak lelaki mereka senang memegang alat kelamin atau memainkan alat kelamin mereka, atau bahkan melakukan masturbasi. Karena mereka merasa ada rangsangan ketika secara tidak sengaja kelamin mereka tergesek pakaian atau tangan.
Keempat, naluri seksual itu bekerja ketika ada stimulan dari luar seperti melihat lawan jenis, gambar atau film yang memperlihatkan aurat atau lekukan tubuh perempuan, cerita porno, lagu-lagu cinta.
Selain itu, apa yang sudah dilihat dan didengar akan menjadi memori, nah memori ini juga memicu munculnya rangsangan seksual pada manusia baik lelaki maupun perempuan.
Kelima, naluri seksual itu bisa diredam dan dialihkan pada aktifitas yang lain. Kebutuhan naluri termasuk naluri seksual bukan seperti rasa lapar dan haus yang mutlak harus dipenuhi. Ia bisa diredam juga dialihkan pada hal-hal lain.
Supaya naluri seksual si bujang ini dapat terjaga, ayahbunda perlu melakukan sejumlah hal, yakni:
Pertama, memberikan pemahaman fase akil baligh dan ihtilam. Jangan sungkan berdialog dengan si bujang. Ini bukan masalah yang tabu untuk dibicarakan. Ini adalah persoalan hukum syarak yang wajib dipahami setiap Muslim, khususnya remaja.
Untuk itu bekali diri dengan ilmu agama yang cukup agar bisa memberikan pemahaman yang benar pada mereka, seperti pengertian pengertian ihtilam, perbedaan mani dan madzi, dan cara thaharah ketika ihtilam.
Kedua, tanamkan pemahaman bahwa ia sudah punya tanggung jawab di hadapan Allah SWT. sehingga sudah harus bersungguh-sungguh dalam melaksanakan hukum-hukum Islam seperti shalat, menutup aurat, mengaji dan berdakwah. Termasuk menjaga pergaulan dengan lawan jenis.
Ketiga, minta ia untuk menjaga pergaulan dari lawan jenis. Karena naluri seksual datang dari stimulan maka minta mereka bergaul dengan lawan jenis seperlunya saja.
Cegah mereka dari pertemuan yang tidak perlu dengan lawan jenis seperti pesta ulang tahun, belajar bersama, wisata, olahraga renang di mana pengunjungnya bercampur antara pria dengan wanita.
Termasuk minta ia agar mengurangi komunikasi dengan lawan jenis meski itu melalui media sosial atau layanan pesan singkat. Seperlunya saja. Dulu, Rasulullah SAW. pernah memalingkan wajah Fadhl bin Abbas ra. karena memandangi seorang perempuan. Ketika ayahnya menanyakan hal itu, Beliau menjawab, “Karena aku melihat seorang pemuda dan seorang pemudi tidak aman dari gangguan syaitan.”
Di dalam Al-Qur’an surat an-Nur ayat 30-31 tentang perintah ghaddul bashar/menundukkan pandangan, Allah SWT. memerintahkannya lebih dulu kepada kaum pria baru pada ayat selanjutnya pada kaum perempuan.
Ini adalah tanda bahwa untuk lelaki, pandangan amat berpengaruh kuat terhadap gejolak seksual mereka. Dan banyak hadis yang juga mengingatkan kaum pria tentang bahaya memandang wanita.
Keempat, jauhkan dari stimulan naluri seksual seperti tayangan pornografi, film-film romantis/percintaan, lagu-lagu cinta, novel atau buku bacaan bertema percintaan. Konten-konten seperti itu akan memicu naluri seksual mereka, atau setidaknya mendorong mereka untuk berpacaran.
Termasuk ayah bunda juga harus menjaga pergaulan di hadapan si bujang. Jangan memperlihatkan kemesraan berlebihan di depan mereka, selain haram, ini juga berpengaruh pada naluri seksual mereka.
Kelima, minta mereka respek pada perempuan. Ketika ada pemuda yang minta izin untuk berzina, Nabi SAW. menasihatinya dengan mengingatkan kalau tak ada keluarga yang rela kalau ibunya, saudarinya atau anak perempuannya dirusak kehormatannya. Kemudian Beliau mendoakan kebaikian untuk pemuda itu.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ ذَنْبَهُ وَطَهِّرْ قَلْبَهُ وَحَصِّنْ فَرْجَهُ
“Ya Allah… ampunilah dosanya, sucikanlah hatinya, dan jagalah kemaluannya.”
Dalam hadis tersebut Nabi SAW. mengajarkan anak muda untuk respek/menghormati perempuan. Bila di zaman itu saja menghormati perempuan menjadi amat penting, apalagi di zaman sekarang, ketika nilai-nilai kemanusiaan sudah dirusak oleh paham liberalisme-hedonisme.
Keenam, alihkan pikiran dan kegiatan anak lelaki kita. Kuatkan naluri beragama dan pertahanan dirinya. Ajak mereka untuk banyak beribadah, shalat ke masjid, qiyamul layl, shalat dhuha, membaca Kitabullah, mengkaji Islam. Giatkan juga mereka dengan kegiatan fisik yang membuat mereka merasa ada tantangan seperti olahraga, bela diri, hiking, kegiatan sosial. []
Oleh: Ustaz Iwan Januar
Direktur Siyasah Institute
Sumber: iwanjamuar.com
0 Komentar