Topswara.com -- Pakar Pengasuhan Anak (Parenting), Ustaz Bendri Jaisyurrahman menerangkan tentang dua petunjuk Nabi Muhammad dan Al-Qur'an yang harus dipegang seseorang setelah menikah.
"Poin yang ingin saya sampaikan ada dua petunjuk Nabi dan di Qur'an yang harus dipegang setelah menikah," tuturnya dalam diskusi "Perselingkuhan & Perceraian jadi Lifestyle?" di kanal YouTube Cinta Qur'an TV, Kamis, 23 Mei 2023.
Ingat Fitnah Perempuan
Ustaz Bendri menerangkan, petunjuk pertama yang harus dipegang seseorang ketika menikah adalah firman Allah dalam surah Ali Imran ayat 14 tentang fitnah perempuan. Menurutnya, ayat tersebut memberi peringatan bahwa syahwat laki-laki terhadap wanita menjadi hal pertama yang harus diwaspadai.
"Jangan sampai kita meremehkan tentang wanita sebagai peringkat pertama syahwat laki-laki yang ini harus diwaspadai. sampai-sampai nabi mengingatkan di dalam sabdanya, dalam hadis riwayat Muslim, 'Tidaklah kutinggalkan fitnah yang berat bagi laki-laki, yakni fitnah perempuan'," terangnya.
Mengutip tafsir Imam al-Qurtubi Ustaz Bendri menjelaskan, ketika seseorang sudah terkena fitnah perempuan, akan terjadi dua hal buruk yang menimpa dirinya. Yaitu, dia akan memutuskan silaturahim terhadap siapa pun yang menolak hubungannya dengan perempuan tersebut. Selain itu, lanjutnya, ketika seorang sudah terkena jerat seorang perempuan, dia akan mengumpulkan harta yang banyak tanpa peduli halal dan haram.
Ustaz Bendri menyayangkan, saat ini banyak yang telah meremehkan peringatan Al-Qur'an tersebut. Menurutnya, banyak yang sudah punya istri, tetapi tidak menjaga adab dengan lawan jenis. Selain itu, menurutnya, kurang ada kontrol, masalah syahwat perempuan kerap menjadi pembahasan sekalipun di majelis yang dalam koridor syar'i.
Padahal menurutnya, Imam Ahmad bin Qais mengingatkan agar menjauhi pembicaraan mengenai perempuan dan makanan dalam majelis sebab bukan begitu cara memahami agama. Lebih lanjut Ustaz Bendri menerangkan, pembahasan tentang perempuan tersebut dapat menghilangkan kesempatan beramal shalih dan dari aktivitas membangun masyarakat.
"Akhirnya kita berpikir untuk mencari hidup kita hanya berpikir syahwat saja, sehingga aktivitas kita untuk membangun masyarakat gimana? Enggak ada. Yang dipikir adalah gimana cara nambah istri sehingga kepala kita isinya tuh enggak jauh. Walaupun isinya syar'i dengan poligami, tapi kita itu sudah kehilangan sebuah kesempatan amal shalih. Jadi, yang terjadi adalah pikirannya tentang perempuan tentang perempuan terus," ujarnya.
Selain itu, menurutnya, jika banyak Muslim terus berpikir syahwat, masalahnya ada di syahwat, maka itu adalah kelemahan. Suatu saat, imbuhnya, musuh akan melihat dan menyerang di titik lemah ini. Namun ia menyayangkan, saat ini fitnah perempuan tersebut diremehkan dan tidak dipahami akibatnya.
"Sekarang banyak fenomena ini yang kadang-kadang enggak disadari. Itu yang pertama jadi catatan penting adalah bagaimana kita lupa bahwa memahami tabiat agama yang melatih diri kontrol syahwat, kontrol diri sehingga tidak berpikir setiap syahwat itu dipuaskan. Walaupun halal, tetapi kalau kita hanya berpikir syahwat, masalah kita ada di syahwat. Itu adalah kelemahan," sesalnya.
"Nah, pertama inilah yang sekarang selama ini diremehkan. Hampir sebagian kita tidak memahami bahwa akibat dari masalah perempuan ini," imbuhnya.
Karena itu, untuk menjaga dari fitnah perempuan, ia mengingatkan agar umat Muslim menjaga adab dengan lawan jenis. "Makanya pedaslah dalam urusan terkait adab terhadap lawan jenis yang bukan istri kita," ujarnya.
Menundukkan Pandangan
Petunjuk kedua yang harus dipegang seseorang ketika menikah adalah firman Allah dalam Al-Qur'an surah an-Nur:31 tentang menundukkan pandangan.
"Ayat ini mengajarkan tentang bab menundukkan pandangan, baik laki-laki dan perempuan," ungkapnya.
Ia menerangkan, ayat tersebut juga mengandung peringatan bahwa jika seseorang tidak bisa menjaga pandangannya, ia akan sulit menjaga kemaluannya.
"Selama ini kita punya kaidah 'dari mata turun ke hati'. No. Tidak. Yang benar, 'dari mata turun ke kemaluan'. Ini ayatnya. Apa maksudnya? Siapa yang enggak bisa jaga matanya, enggak bisa jaga kemaluannya," ungkapnya.
Menurutnya, tidak menundukkan pandangan bisa berdampak pada hilangnya rasa terhadap pasangan hingga terjadinya perselingkuhan. "Ketika orang sudah matanya itu memandang yang haram, yang halal enggak lagi nikmat," ungkapnya.
Sayangnya, ia menilai, saat ini perintah Allah perihal menundukkan pandangan ini juga kerap diremehkan. "Hal-hal yang sering diremehkan tentang adab yang mungkin hilang zaman ini adalah menundukkan pandangan," sesalnya.
Saling Menjaga
Di zaman penuh fitnah ini, Ustaz Bendri mengingatkan agar suami dan istri saling menjaga. "Salinglah menjaga. laki-laki menjaga matanya. Istri pun menjaga supaya suami tidak disalurkan kepada jalan yang haram," tuturnya.
Menurutnya, para istri juga harus menyadari bahwa pemikiran laki-laki tentang seks adalah bagian fitrah yang tidak bisa ditolak. Terlebih di zaman penuh fitnah ini, menurutnya laki-laki disodorkan oleh sosial media hal-hal yang bisa saja tak sengaja mengguncangkan syahwatnya atau membuatnya teralihkan. Karena itu, Ustaz Bendri mengingatkan para istri agar ketika kondisi demikian, istri menyelamatkan suami dengan siap untuk memuaskan syahwat dengan cara halal karena demikianlah yang diperintahkan Nabi.
"Dari sinilah kenapa istri-istri juga sadar bahwa ini zaman penuh fitnah di mana ketika laki-laki disodorkan sosmed yang mengguncangkan atau membuat dia teralihkan yang tidak sengaja. Selalulah untuk menjaga supaya jangan sampai syahwat ini disalurkan dengan cara salah," terangnya.
Ia mengingatkan, jika kaidah-kaidah yang telah diajarkan Nabi dan Al-Qur'an tersebut dijalankan suami maupun istri, masing-masing akan bisa mengontrol diri dan saling menjaga.
Selain itu, menurutnya penting juga untuk menjauhkan pembicaraan-pembicaraan di dalam majelis yang hanya membuat diri hanya berpikir perihal syahwat. "Hidup kalau cuman mikirin muasin syahwat mulu, kita enggak mungkin bisa beramal shalih kerena setiap apa-apa akan selalu kurang," imbuhnya.
Menurutnya, syahwat tidak selalu harus disalurkan, melainkan dikendalikan. "Syahwat itu enggak harus disalurkan, tetapi dikendalikan. Kalau kita enggak punya pengendalian syahwat, bahaya," pungkasnya.[] Saptaningtyas
0 Komentar