Topswara.com -- "Kau menari-nari di atas lukaku ini."
Sepenggal lagu itu mewakili perasaan sebagian besar masyarakat Indonesia. Sudah menjadi rahasia umum bahwa kondisi sebagian besar masyarakat Indonesia berada dalam taraf hidup menengah ke bawah yang untuk memenuhi kebutuhan pangan/makan, sandang/pakaian, dan papan/tempat tinggal saja masih kesulitan.
Mereka harus membanting tulang hanya untuk mencukupi makan saja. Bahkan tidak sedikit untuk makan sehari tiga kali saja tidak mampu. Apatah lagi untuk hal lain.
Belum lagi masalah tempat tinggal. Sering tampak pemandangan yang mengenaskan yakni orang bahkan anak-anak yang harus tidur di emperan toko atau di teras masjid.
Hal yang agak lumayan dari kondisi demikian hanya berupa bambu yang ditutupi dengan bekas spanduk atau kain bekas. Kalaupun berupa bangunan hanya sebuah gubuk reyot yang bocor di sana-sini yang tidak layak untuk ditinggali.
Masalah lain lagi yang juga tidak kalah penting, tidak sedikit anak-anak putus sekolah karena tidak mampu membayar biaya sekolah yang sangat mahal. Padahal sejatinya, anak-anak itu merupakan para penerus bangsa.
Belum lagi masalah kesehatan. Banyak masyarakat yang membiarkan anggota keluarganya atau dirinya sendiri tetap sakit tanpa dirawat bahkan sampai meninggal tanpa ada upaya pengobatan karena tidak mampu membayar biaya rumah sakit yang sangat mahal.
Ditambah lagi masalah pengangguran yang jumlahnya terus meningkat dari waktu ke waktu tanpa ada upaya menguranginya.
Berbagai macam masalah menimpa di negeri ini. Inilah dampak diterapkan sistem kapitalisme. Yang mana segalanya diukur dengan materi.
Jika ingin hidup enak, sekolah yang nyaman serta fasilitas kesehatan yang mumpuni harus merogoh kocek.
Berbeda sekali ketika Islam kaffah diterapkan, kebutuhan dasar masyarakat akan dipenuhi oleh negara. Karena negara adalah pelayan masyarakat, artinya segala yang dibutuhkan akan dipenuhi, para penguasa dalam sistem Islam merasa takut jika di akhirat nanti, masyarakat yang terabaikan menuntut haknya di hadapan Allah, sementara pada waktu itu, sudah tidak berbuat apa-apa lagi.
Sudah saatnya kita kembali ke sistem Islam, bukan hanya mensejahterakan masyarakat tetapi rahmatan Lil alamin.
Wallahualam bissawab.
Oleh Unie Khansa
(Praktisi Pendidikan)
0 Komentar