Topswara.com -- Tidak asing rasanya mendengar pelajar melakukan aksi tawuran. Bagi mereka ini adalah ajang unjuk gigi, menunjukkan keberanian dan solidaritas antara sesama mereka.
Sekelompok remaja di Kabupaten Bekasi terlibat tawuran pada 13 April, saling serang dengan batu, petasan, dan senjata tajam. Aksi mereka membuat khawatir warga. Perkelahian di Jalan Jarakosta, Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi itu terjadi sekitar pukul 02.00 WIB.
Baru sebulan lalu terjadi tawuran serupa di wilayah Jatimakmur, Pondok Gede, Senin (liputan6.com, 27/3/2023). Tawuran terjadi antara dua kelompok remaja menggunakan sarung yang berisi batu dan petasan. Mirisnya, kejadian ini terjadi saat bulan Ramadhan.
Aksi tawuranpun terjadi di Jakarta dan Tangerang, Humas Polda Metro Jaya Trunoyudo menangkap pelaku remaja perang sarung sebanyak sembilan orang di kecamatan Benda, Kota Tangerang. "Dari para remaja tersebut petugas menyita sejumlah sarung yang sudah dibentuk untuk melukai lawannya,” tutur Trunoyudo kepada wartawan, Minggu (26/3/2023).
Hasil data Badan Pusat statistik (BPS), sejak 2021 ada 188 desa/kelurahan wilayah Indonesia yang kerap terjadi bentrokan masal antara pelajar dan mahasiswa. Di Provinsi Jawa Barat, sebanyak 37 desa/kelurahan sering menjadi lokasi tawuran, disusul beberapa wilayah lain seperti Sumatra Utara 15 desa/kelurahan, Jakarta 13 desa/kelurahan, hingga Jawa Tengah 10 desa/kelurahan (databoxs.katadata.co.id)
Solusi Parsial
Kerusakan yang dilakukan pemuda saat ini menjadi permasalahan yang rumit dan sistematis, butuh banyak peranan dari berbagai pihak agar bisa menghentikannya. Dari rasa keingintauan yang timbul dari dalam diri hingga rasa solidaritas antar teman manjadi salah satu faktor terjadinya tawuran remaja.
Tidak semudah membalikkan telapak tangan untuk mengatasinya. Kasus narkoba, seks bebas, tawuran, begal, geng motor dan masih banyak lagi kasus lainnya meresahkan masyarakat. Hampir di setiap wilayah akan ditemukan kasus yang sama.
Banyaknya kasus kenakalan remaja yang terjadi menunjukan kesalahan dalam penanganan dan mencari solusi, solusi yang diberikan tidak dapat memecahkan masalah secara tuntas, namun akan memberikan masalah baru.
Berbagai usaha telah dilakukan di antaranya: memberikan pelajaran agama di sekolah agar bisa memahami pertengkaran/perkelahian/tawuran tidak bermanfaat di sekolah bahkan akan membawa pada kematian, menambah kegiatan aktivitas di sekolah dengan olahraga/ekstrakurikuler, patroli polisi saat jam pulang pelajaran di sekolah, partisipasi aktif dalam kehidupan masyarakat sebagai kontrol di lingkungannya hingga sanksi yang tegas dari pihak sekolah bagi pelajar/mahasiswa yang terlibat tawuran.
Upaya ini terus dilakukan, namun semua ini tidak membuahkan hasil karena tidak mengenai akar dari permasalahannya
Krisis Identitas
Jika dilihat dari kasus yang sering terjadi tawuran ini diakibatkan oleh dua faktor yakni, faktor eksternal (luar diri) dan faktor internal (dalam diri).
Faktor dari dalam diri timbul karena krisis identitas dan kontrol diri yang lemah. Krisis identitas diri maksudnya remaja yang gagal faham akan kehidupannya, tidak mengerti akan dimanfaatkan dan diisi dengan apa kehidupannya, bukan dengan kehidupan yang merusak dan tidak bermanfaat, seperti tawuran.
Pemuda/remaja yang kuat tangguh, penuh inspirasi, tidak mudah lelah, mereka memiliki ambisi dan cita-cita besar yang ingin dicapai, keberanian yang tinggi dan semnagat yang berkobar yang akan mampu menyingkirkan halangan dan rintangan yang menghadang. Semua ini ada dalam diri potensi pemuda yang seharusnya dikembangkan.
Gharizah baqa (mempertahankan diri) yang ada dalam setiap potensi individu pemuda seharusnya dapat dikendalikan (kontrol diri), melalui kegiatan fisik yang positif, perlu dibekali cara menahan dan mengendalikan diri dari luar, seperti ejekan/bulliying.
Lingkungan menjadi faktor kedua (eksternal). Aktivitas negatif remaja biasanya terpengaruh dari teman sebaya, tayangan media dan kurangnya pengawasan orang tua. Dukungan lingkungan positif sangat berpengaruh dalam pembentukan kepribadian karakter.
Islam Solusi Kenakalan Remaja
Tawuran dikalangan remaja akibat dari penerapan sistem sekularisme kapitalisme yang merusak hampir semua kehidupan, termasuk masalah pemuda.
Prihatin melihat dari output pendidikan Saat ini jauh dari kata shalih. Anak-anak saat ini tidak memperhatikan adab sopan santun, perangai yang kasar, mudah terpancing emosi.
Pemuda diharapkan memiliki kepribadian Islam yang menjaga dirinya dari hal-hal maksiat dan menjaga rasa takut kepada Allah. Pemuda yang tumbuh dengan nilai akhlak Islam akan memberikan pengaruh yang baik dalam lingkungan. Lingkungan yang baik dibentuk dari penerapan nilai-nilai Islam sebagai kontrol di tengah-tengah umat.
Tidak lepas pula peranan negara yang seharusnya menjadi pelindung dan periayah bagi umat, melindungi setiap hak-hak individu, memberikan sangsi yang tegas agar tidak terjadi lagi, sebagai efek jera bagi pelaku dan meriayah dengan memberikan pembinan-pembinaan yang akan mengubah cara pandang kehidupan sehingga terbentuk kehidupan masyarakat Islam.
Islam akan mengubah setiap individu untuk mendekatkan diri kepada Allah, mengubah cara pandang kehidupan seseorang sehingga setiap individu akan merasakan kehidupan dengan syraiat Islam. Hanya dengan Islam, kenakalan remaja, tawuran akan bisa terselesaikan. Akankah tumbuh pemuda muslim yang berpotensi menjadi agent perubahan menuju generasi yang gemilang jika Islam tidak diterapkan?
Walllahu alam bishawab.
Oleh: Irta Roshita
Penggerak Majelis Taklim Sahabat Kamila
0 Komentar