Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Solusi Tuntas Penanganan Tengkes


Topswara.com -- Setiap orang tua pasti mendamba anakanya tumbuh sehat. Namun, sayangnya saat ini tidak sedikit justru dihantui dengan tengkes (stunting). Problem kesehatan ini nyatanya masih menjadi problem besar yang genting.

Memang benar selama ini, pemerintah telah berusaha menurunkan angka tengkes. Ini terlihat dari jumlah anggaran dana yang telah digelontorkan pemerintah untuk menangani masalah tersebut. 

Menurut Menkeu Sri Mulyani, pemerintah telah menggelontorkan dana sebesar Rp77 triliun. Sayangnya, berdasarkan laporan yang diterima hanya Rp34 triliun yang tepat sasaran dan sisanya habis untuk kegiatan nyeleneh, seperti rapat koordinasi dan pembangunan pagar puskesmas. (CNN Indonesia, 24-3-2023).

Angka tengkes saat ini masih cukup memprihatinkan. Menurut Kementerian Kesehatan berdasar laporan hasil Survei Status Gizi Indonesia dengan prevalensi stunting di Indonesia turun dari 24,4 persen pada 2021 menjadi 21,6 persen pada 2022. Namun, menurut kepala BKKBN Hasto Wardoyo, angka tengkes 21,6 persen ini masih tinggi. (Bisnis Indonesia, 6-4-2023).

Akar Masalah

Tengkes adalah gangguan kesehatan akibat kekurangan gizi pada anak, baik ketika masih dalam kandungan ataupun setelah dilahirkan. Adapun salah satu faktor penyebab tengkes adalah kemiskinan dan kemiskinan ekstrem sehingga menyebabkan kurangnya pemenuhan gizi pada anak.

Berdasar dari data BPS, angka kemiskinan ekstrem pada Maret 2022 sebesar 2,04 persen dan penduduk miskin pada September 2022 sebesar 9,57 persen. Di sisi lain, pihak BPS sendiri merasa pesimis dengan adanya target kemiskinan ekstrem 0 persen dan miskis 7 persen pada 2024. 

Ini berarti bahwa pada kondisi saat ini, rasanya masih sulit bahkan tidak mungkin untuk menghapuskan problem tengkes sebab problem kemiskinan saja masih belum bisa diselesaikan.

Apabila kita cermati lebih detil, sejatinya problem kemiskinan ini muncul dari penerapan sistem ekonomi kapitalisme. Dalam sistem ekonomi kapitalisme, siapa saja yang memiliki uang maka dia bisa mendapatkan apapun. Walhasil, yang kaya makin banyak harta dan yang miskin makin sengsara sehingga tercipta jurang besar di antara keduanya.

Paradigma Islam

Telah jelas bahwa Islam bukan sekadar agama ritual, tetapi merupakan jalan hidup yang memiliki seperangkat aturan yang komprehensif sehingga bisa menyelesaikan semua problematika kehidupan manusia termasuk tengkes bahkan kemiskinan. Ini terlihat dari beberapa poin berikut:

Pertama, pemimpin dalam Islam adalah pelaksana aturan (syariat Islam) dari Allah SWT. Dia memiliki tanggung jawab penuh untuk mengurusi dan memastikan kebutuhan dasar berupa sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan, dan keamanan, setiap rakyat termasuk anak-anak. Selain itu, pemimpin dalam Islam juga menjalankan sistem kebijakan sesuai syariat Islam.

Dalam hal kesehatan, pemimpin juga akan memastikan setiap orang dan anak-anak terpenuhi gizinya sehingga dengan begitu akan terlahir generasi yang kuat dan berdaya.

Kedua, sistem ekonomi Islam memiliki pengaturan terkait kepemilikan, yaitu kepemilikan individu, umum, dan negara. Tidak hanya mengatur terkait kepemilikan, ekonomi Islam juga mengatur terkait pengelolaan dan pengembangannya dengan sangat detil. 

Sistem ekonomi Islam juga memastikan negara untuk mengatur distribusi kekayaan. Negara akan benar-benar melakukan sensus pada warganya, memastikan setiap kepala keluarga menafkahi yang jadi tanggungannya, sekaligus menyediakan lapangan pekerjaan. 

Khatimah

Tengkes yang makin genting adalah akibat penerapan sistem sekuler kapitalisme, sistem yang melahirkan berbagai kesengsaraan. 

Oleh karena itu, problem tengkes ini niscaya bisa diselesaikan secara tuntas ketika Islam diterapkan sempurna dalam kehidupan. Dengan begini, gizi anak akan terpenuhi dan menciptakan kesejahteraan untuk masyarakat.


Penulis: Nila Indarwati 
(Lingkar Studi Perempuan dan Peradaban)
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar