Topswara.com -- Alhamdulillah hampir sebulan penuh kita masih diberi kesempatan oleh Allah SWT untuk bertemu dan menjalani ibadah puasa Ramadan. Nikmat ini patut kita syukuri karena dalam setahun Allah SWT memberikan jatah satu bulan, yaitu bulan Ramadan untuk kaum Muslimin agar dapat melipatgandakan pahala mereka.
Mengutip dari buku Al-Baqiyatus Shalihat oleh Syaikh Rabi' Abdurrauf Az-Zawawi yang diterjemahkan oleh H. Masturi Irham, Lc dan H. Malik Supar, Lc serta buku Bekal Ramadhan dan Idul Fitri (1): Menyambut Ramadhan oleh Saiyid Mahadir, Lc, MA, ada sejumlah keutamaan di bulan Ramadan.
Pertama, bulan Al-Qur'an. Kedua, bulan kesabaran. Puasa tidak hanya menahan lapar dan haus, tetapi juga segala hawa nafsu lainnya. Ketiga, bulan penuh berkah.
Dari Abu Hurairah radiallahu anhu Rasulullah SAW bersabda,
"Telah datang kepada kalian bulan Ramadan, bulan penuh keberkahan. Allah SWT telah mewajibkan kepada kalian berpuasa di dalamnya, di bulan itu pintu-pintu langit akan dibuka dan pintu-pintu neraka akan ditutup, di bulan itu setan-setan akan diikat, di bulan itu ada malam yang lebih baik daripada seribu bulan, barangsiapa terhalang mendapatkan kebaikannya maka sungguh ia telah terhalang."
(HR An Nasa'i)
Keempat, dibukanya pintu surga.
إِذَا دَخَلَ رَمَضَانُ صُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ ، وَفُتِحَتْ أَبُوَابُ الجَّنَةِ ، وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ
"Ketika datang (bulan) Ramadan, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan dibelenggu."
(HR Bukhari dan Muslim)
Kelima, malam Lailatul Qadar, yaitu malam yang lebih baik dari seribu bulan.
Allah SWT berfirman dalam surah Al Qadr ayat 1-5,
"Sesungguhnya Kami telah menurunkan (Al-Quran) pada Lailatul Qadar. Dan tahukah engkau apakah Lailatul Qadar itu? Lailatul Qadar itu lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu turun para mlaikat dan Ruh (Jibril) dengan izin Rabbnya untuk mengatur semua urusan. Sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajar."
Diterangkan dalam Kitab Riyadhus Shalihin karya Imam An-Nawawi, Rasulullah SAW bersabda,
"Siapa saja yang mendirikan shalat pada Lailatul Qadar karena iman dan hanya mengharap pahala dari Allah, niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu."
(Muttafaq Alaih).
Keenam, ada doa yang mustajab. Ketujuh, bulan jihad dan perjuangan. Sejarah mencatat perang besar umat Islam, yaitu perang Badar terjadi pada bulan Ramadan, tepatnya tahun kedua setelah hijrah. Dr. Raghib As-Shirjani dalam bukunya Ramadhan wa Bina' al-Ummah menyebut bahwa kunci kemenangan perang tersebut adalah bulan Ramadan.
Kedelapan, bulan diampuni dosa
Rasulullah SAW bersabda,
"Siapa yang puasa Ramadan dengan iman dan ihtisab, telah diampuni dosanya yang telah lalu. Dan siapa yang bangun malam Qadar dengan iman dan ihtisab, telah diampuni dosanya yang telah lalu."
(HR. Bukhari Muslim)
Kesembilan, bulan berbagi. Di bulan ini umat Islam akan memperbanyak sedekah, infaq dan membayar zakat. Kesepuluh, bulan umroh.
Syaikh Rabi' Abdurrauf Az-Zawawi menyebut pahala umrah pada bulan Ramadan setara dengan haji bersama Rasulullah SAW.
MasyaAllah, terbayang kan pundi-pundi pahala yang akan kita dapatkan selama bulan Ramadan jika kita beramal dengan benar. Bahkan saking banyaknya keutamaan ini, membuat para penghuni di alam kubur berangan-angan agar bisa dibangkitkan walaupun satu hari saja di bulan Ramadan untuk kembali ke dunia agar mereka bisa memperbaiki amalannya.
Ibnu Jauzi Rahimahullah dalam kitabnya At-Tabshirah 2/78 berkata,
"Demi Allah seandainya ditanyakan kepada penghuni kubur: "Berangan-anganlah...!" Tentunya mereka pasti akan berangan-angan sehari saja di bulan Ramadan. (karena keutamaan yang begitu besar di dalamnya)
Sayangnya, kehidupan sekarang membuat sebagian besar umat Muslim tidak menganggap bulan Ramadan adalah hal penting yang harus disambut dan dipersiapkan. Mengapa? Karena mereka terserang penyakit wahn, yaitu cinta dunia dan takut mati.
Semua dikarenakan diterapkannya sistem kehidupan yang didasari oleh paham sekularisme, yaitu paham yang memisahkan agama dari kehidupan. Kita ketahui agama mengajarkan untuk mempersiapkan kematian sedangkan kehidupan membuat manusia berbondong-bondong mencari materi sebanyak-banyaknya.
Akhirnya manusia lalai dari kehidupan sesungguhnya, yaitu di akhirat. Lalu ketika sudah tiba ajalnya tidak sedikit yang menyesali bahwa kenapa semasa hidup tidak beramal dengan sebaik-baiknya.
Kehidupan sekularisme sekarang membuat banyak umat Islam lupa daratan. Padahal ketika kaum Muslimin hidup dalam naungan Islam, yaitu khilafah kebaikan itu ada di mana-mana.
Kehidupan dalam khilafah tidak hanya menjadikan kaum Muslimin baik secara individu saja. Yang beriman dan bertakwa itu mulai dari individu, masyarakat dan negara. Atas dasar keimanan inilah mereka beramal sesuai dengan porsi mereka.
Individu dalam khilafah adalah individu yang taat. Mereka akan berusaha senantiasa terikat dengan hukum syara' dalam setiap aktivitasnya.
Sedangkan masyarakat khilafah adalah masyarakat yang selalu melakukan amar makruf nahi mungkar dan saling tolong-menolong dan berlomba-lomba dalam kebaikan.
Sedangkan negara khilafah adalah institusi yang menerapkan hukum syariah dalam seluruh aspek kehidupan. Bahkan Rasulullah dan para sahabat berjihad di bulan Ramadan, Allahuakbar.
Terbayang sudah apa yang akan didapat ketika kita hidup dalam sistem khilafah. Dimana kita berpijak, menghirup udara, maka kita akan terpicu untuk beramal. Semua aktivitas kita akan berujung pada ketaatan. Kalaupun ada individu yang terlena dengan dunia, maka mereka akan segera sadar bahwa kesenangan dunia ini hanyalah sementara.
Makanya kita akan mendapati sosok-sosok individu yang luar biasa seperti para sahabat, para tabiin dan para generasi berikutnya. Kita akan mendapati masyarakat yang tidak takut menegur dan melaporkan anak khalifah, seperti kasus Abdullah bin Umar yang tidak sengaja menenggak miras kepada wali agar diberi sanksi.
Kita akan mendapati negara yang begitu mengayomi warganya dan menjamin hak-hak mereka terpenuhi. Sehingga mereka dalam kondisi tidak kekurangan seperti pada masa kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz. Di sistem inilah seharusnya kaum Muslimin hidup dan tinggal, bukan dalam sistem sekularisme.
Oleh karena itu, di bulan perjuangan ini mari kita mengkaji Islam kaffah dan semakin aktif mengemban dakwah Islam bersama kelompok dakwah ideologis.
Oleh: Nabila Zidane
(Analis Mutiara Umat Institute)
0 Komentar