Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Pengobatan Alternatif Jadi Pilihan, Bukti Negara Tak Mampu Berikan Layanan Kesehatan


Topswara.com -- Viralnya kisah Ida Dayak, makin merebak. Cara Ida Dayak yang anti mainstream menjadi sorotan. Bahkan kisahnya melanglang buana hingga ke mancanegara. Ida Dayak dipercaya dapat mengobati berbagai penyakit dalam waktu sekejap. 

Tidak hanya penyakit-penyakit biasa saja, namun beredar kabar, bahwa Ida Dayak mampu "mengembalikan" posisi tulang bengkok dalam waktu singkat (CNBC.com, 9/4/2023).

Ida Dayak, seorang ibu yang berasal dari Paser, Kalimantan Timur, selalu tampil dengan pakaian adat Dayak khas Kalimantan. Saat proses pengobatan, sang ibu selalu menyertainya dengan minyak khusus. Tidak hanya itu, di tengah-tengah proses pengobatan, dia selalu melakukan ritual tarian yang katanya dapat mempercepat penyembuhan.

Pengobatan alternatif sejenis ini cenderung lebih disukai masyarakat. Karena rata-rata, tak dipungut biaya apapun. Jikapun ditetapkan biayanya, tarifnya tak mahal seperti biaya berobat di rumah sakit. 

Mayoritas masyarakat lebih memilih pengobatan alternatif karena dipercaya dapat cepat menyembuhkan tanpa proses bertele-tele. Maka sangat wajar, saat "kepercayaan" masyarakat lebih memilih jenis pengobatan alternatif dibandingkan pengobatan medis, yang dikenal dengan biaya selangit.

Serupa dengan fenomena Ida Dayak, dulu Ponari, melejit luar biasa. Hanya bermodalkan air sakti yang dipercaya menyembuhkan berbagai penyakit. Dan masih banyak jenis pengobatan lain yang menjanjikan hal serupa dan kebanyakan dibumbui aroma mistis, khas nusantara. 

Inilah wajah sekularisme kapitalistik. Segala bentuk kehidupan dijauhkan dari aspek agama. Aturan agama hanya dianggap sebagai aturan ibadah semata. Tanpa memandangnya sebagai aturan kehidupan. Keadaan ini pun diperparah dengan penerapan sistem kapitalisme akut. Segala pelayanan kesehatan yang sejatinya dicurahkan optimal demi kesehatan rakyat, justru dijadikan obyek bisnis para oligarki kapitalis. 

Alhasil, pelayanan kesehatan yang ideal, harganya mahal. Di tengah mahalnya berbagai harga kebutuhan pokok, pelayanan kesehatan pun harus dibeli dengan harga yang tak murah. Maka sangat wajar, saat rakyat memikirkan solusi yang praktis dan pragmatis. Yaitu memilih cara pengobatan alternatif. 

Metode ini cenderung dijadikan harapan kesembuhan. Padahal hasilnya belum teruji kebenarannya. Bisa jadi, cara ini pun dapat merusak akidah seseorang. Berpikir bahwa kesehatan berasal dari "keajaiban kekuatan supranatural" seseorang. Tentu saja, pemikiran semacam ini adalah pemikiran keliru. Dan dapat menghantarkan keimanan seseorang menjadi kesyirikan. Kesalahan yang benar-benar fatal.

Negara selayaknya bertanggung jawab terhadap seluruh kebutuhan masyarakat. Termasuk kebutuhan rakyat dalam sektor kesehatan. Namun sayang, sistem saat ini menihilkan segala bentuk pelayanan terhadap masyarakat. 

Masyarakat pun dengan terpaksa harus mencari solusi secara mandiri. Ironis. Di tengah kekayaan alam yang melimpah luar biasa, justru rakyat sengsara. Segalanya mahal tak terkira. Bahkan kesehatan harus diperoleh dengan menggadaikan keimanan individu. Benar-benar merusak.

Sistem rusak ini sangat berbeda dengan paradigma Islam. Sistem Islam menyajikan solusi sempurna dalam setiap jengkal kehidupan. Dalam pelayanan kesehatan, negara berupaya optimal dalam melayani masyarakat. 

Sejarah Islam menyajikan jejak gemilang dalam pelayanan kesehatan. Bymaristan, salah satu lembaga pelayanan kesehatan saat Islam diterapkan sempurna, saat peradaban Islam menjadi mercusuar dunia. Rumah sakit ini memberikan pelayanan luar biasa bagi seluruh rakyat dengan cuma-cuma. 

Tanpa mempermasalahkan status sosial. Bahkan pasien yang telah sembuh dari sakitnya, dibekali sejumlah uang dan baju baru. Luar biasa.

Dr. Raghib As Sarjani, dalam buku “al-Qishshah al-Thibbiyyah fî al-Hadhârah al-Islâmiyyah” (2009: 77-82) menuliskan tentang hebatnya pelayanan kesehatan pada masa Kekhilafahan. 

Rumah sakit pertama didirikan saat Kekhilafahan Umawiyah, pada masa Khalifah Walid bin Abdul Malik (86-96 H). Pelayanan kesehatan pun sangat optimal. Seluruh lapisan masyarakat merasakan kemudahan dalam pelayanan kesehatan.

Pada masa Khalifah Mahmud Saljuqi, pada tahun 511-525 H, digagas tentang konsep Rumah Sakit berpindah-pindah. Segala kelengkapan kesehatan dibawa sekitar 40 unta. Segala usaha ini diterapkan demi memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat pelosok negeri. 

Semua kebutuhan kesehatan masyarakat pun terpenuhi sempurna. Karena negara menerapkan konsep Islam yang amanah. Negara menyadari bahwa setiap nyawa rakyat adalah prioritas utama untuk dijaga. Gambaran pelayanan kesehatan yang sempurna.

Selayaknya kaum muslimin tidak meragukan sistem Islam dalam pengaturan kehidupan. Karena sistem Islam-lah satu-satunya yang  dibutuhkan umat. Sistem Islam dalam satu institusi khas yang diperintahkan Rasulullah SAW., Khilafah manhaj An Nubuwwah.

Wallahu a'lam bisshawwab.


Oleh: Yuke Octavianty
Forum Literasi Muslimah Bogor 
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar