Topswara.com -- Virus "Korean Wave" kian masif menjangkiti generasi muda di era kapitalisme ini. Remaja seolah hidup bahagia ketika dapat bertemu langsung dengan idolanya. Konser girl band Blackpink yang baru-baru ini diluncurkan telah menghipnotis kawula muda Indonesia. Mirisnya lagi, negara turut memfasilitasi konser ini, bahkan hingga merogoh dana yang sangat fantastis.
Konser Blackpink telah digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK) selama 2 hari, pada tanggal 11-12 Maret. Girl band korea ini digadang-gadang telah berhasil memecahkan rekor lagu yang paling banyak peminatnya pada Spotify seluruh dunia. Penghargaan rekor tersebut telah disampaikan oleh Guiness World Records (cnbcindonesia.com, 12/3/2023).
Selain itu girl band ini juga berhasil meraih penghargaan sebagai penyanyi wanita dengan "subscriber" terbanyak di kanal youtube. Dalam konsernya yang diadakan di indonesia, Kabid Humas Polda Metro Jaya, Trunoyudo Wisnu Andiko menyampaikan, bahwa Kepolisian Daerah Metrojaya telah mengerahkan 1.022 personil demu menjaga keamanan konser ini.
Sebanyak 30 personel Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan 60 personel Pemerintah Daerah pun ikut bergabung dalam pengamanan tersebut. Dilantas (Direktorat Lalulintas) juga menghimbau penonton konser untuk tidak melalui jalan Jenderal Sudirman, Jalan Gatot Subroto dan Jalan Gerbang Pemuda agar terhindar dari arus kepadatan lalu lintas (kompas.com, 12/3/2023)
Konser Blackpink ini telah berhasil membius hampir semua kalangan pemuda. Bagaimana tidak, para penggemar Blackpink alias Blink rela merogoh kocek lebih dalam, demi menghadiri konser idolanya.
Outfit, lightstick, tas kecil, bando, hand-banner dan atribut lain, ikhlas mereka beli demi menyambut dan memeriahkan kedatangannya. Jumlahnya hingga menembus angka jutaan rupiah. Sungguh luar biasa.
Mencermati kondisi ini, adalah hal yang sangat memprihatinkan. "Ada apa dengan pemuda negeri?" Usia muda, di mana beban tanggung jawab dan amanah bangsa berada di pundak mereka, tercerabut sia-sia demi kesenangan semu.
Kapitalisme telah berhasil mengamputasi peran pemuda. Asas sekularisme negeri mencampakkan agama dari aturan kehidupan, turut menyerang kehidupan pemuda lewat 3F (Food, Fun, Fashion).
Fun secara istilah diartikan dengan hiburan. Para pemuda seolah terbius, menjangkiti telinga hingga ke hati mereka. Nahasnya lagi, hiburan yang dapat melalaikan manusia ini, justru mendapat ruang dari pemerintah negeri ini dan mengkapitalisasi hal demikian kepada masyarakatnya.
Keadaan ini dapat dibuktikan dengan menjamurnya fenomena hanriu (hallyu) dan korean wave yang telah mendapat pemakluman dari sebagian masyarakat karena dianggap hanya sebagai hiburan tersendiri.
Padahal, spora jamur korean wave ini telah berhasil berdifusi membentuk budaya tersendiri di kalangan remaja. Hingga menjadi pandangan hidup dan melupakan teladan atau idola sejati dalam kehidupan.
Seharusnya keadaan ini dapat menjadi fokus penguasa. Tetapi justru sebaliknya, pemerintah turut mendukung dan memberi ruang sehingga masyarakat dibuat lupa untuk tidak menyadari akan kelalaian penguasa ini.
Hal yang remeh-temeh diurusi, tetapi persoalan utama seperti taraf kemiskinan yang melonjak tiap tahun, persoalan stunting yang meoanda anak-anak, hingga naiknya harga kebutuhan pokok yang tentu saja semua itu menyusahkan bagi rakyat, tidak menjadi perhatian serius yang harus diurus.
Serangan Hallyu Kian Masif
Hallyu merupakan perubahan budaya yang terjadi di Korea Selatan. Dan ini terjadi di tahun 1997, di mana sebuah siaran radio "Seoul Music Room, memperkenalkan musik dan tarian K-pop. Tentu para penggemar musik K-pop sudah mengenal istilah ini. Hallyu ini dibawa oleh sang pemilik perusahaan musik K-pop. Ia ingin mengubah kebudayaan menjadi budaya Korea yang bermula dari musik, hingga merambah ke fashion, gaya hidup, dan lain sebagainya.
Tentu, di belakang fenomena hallyu ini, ada tujuan tersembunyi yang tanpa kita sadari adalah bagian dari strategi sistem kapitalisme yang saat ini mencengkeram negeri. Mereka ingin menjauhkan Islam dari pemikiran umat, khususnya para pemuda.
Bila kita cermati, Korea Selatan merupakan sebuah negara yang budayanya turut berkiblat pada budaya Amerika Serikat sebagai negara adidaya kapitalisme terbesar saat ini. Gaya hidup hingga perekonomian pun tidak lepas dari kebarat-baratan. Hingga berdampak pada musik dan tarian Korea bercampur dengan pesona Amerika (Barat). Kemudian menyebar ke negara-negara mayoritas kaum muslim tak terkecuali Indonesia.
Hallyu ini menjangkiti semua kalangan. Tidak hanya remaja, bahkan anak usia dini dan para ibu muda pun terkena dampak dari hallyu dan Korean wave. Tidak jarang para ibu millenials "K-pop lovers" menularkannya kepada anak mereka yang bahkan mungkin bisa dibilang masih di bawah umur.
Betapa miris dan sedih. Generasi Indonesia terancam rusak. Dampak hiburan akan membuat lalai. Iman pun akan tergadai hanya demi idola yang mereka elu-elukan.
Begitulah kapitalisme. Asas sekularismenya turut memperparah kondisi pemuda muslim. Pemisahan agama dalam kehidupan telah mengikis keimanan masyarakatnya, dan menjerumuskan mereka ke dalam kubangan maksiat yang amat pekat. Hingga semuanya buta.
Seolah agama bukan lagi sebagai pijakan, melainkan hanya sebagai pengatur rohani saja. Ketakwaan kepada Allah dan keteladanan kepada Rasul-Nya sirna akibat serangan hallyu dan Korean wave yang begitu masif dan tidak terduga.
Lemahnya Iman Masyarakat dan Penguasa
Sekularisme telah melahirkan kerusakan akidah penguasa maupun masyarakat. Penguasa dibuat sibuk mengurus hal-hal yang sifatnya manfaat dan materi. Masyarakat pun dibuat sibuk hingga dibutakan akan adanya propaganda yang membahayakan akidah.
Seperti konser Blackpink, yang mampu menghipnotis setiap individu untuk berkorban maksimal baik harta, waktu, bahkan hidup mereka hanya demi bisa menyaksikan idolanya secara langsung, hingga mengubah gaya hidupnya seperti idola mereka. Minimnya pemahaman terhadap agama mereka, telah berhasil membabat habis keimanan mereka.
Serangan pemikiran ini semakin dibuat apik, agar hegemoni kapitalisme tetap berdiri. Dengan lalainya kaum Muslim dan penguasanya, semakin kuatlah kekuatan penjajah dalam menghancurkan negeri ini. Tentu pencegahan maksiat yang kita lakukan hanya sebatas individu, tetapi negaralah yang mempunyai kekuatan terbesar untuk membentuk masyarakat yang jaub dari maksiat dengan menerapkan hukum syariat.
Tampak jelas bagaimana bobroknya kapitalisme mengatur kehidupan di masyarakat. Memangkas keimanan dan memberikan tujuan hidup hanya demi materi semata. Tidak ada lagi keimanan pada hari pertanggungjawaban perbuatan, membuat masyarakat hidup demi mengejar kekayaan.
Islam Pelindung Generasi
Berbeda dengan Islam yang memiliki visi, untuk membentuk karakter pemuda Islami. Karena aturan Islam yang sempurna, menjadikan pemuda dan masyarakatnya hidup bersandar hanya pada halal dan haram. Maka, ketaatan penguasa hingga masyarakatnya tidak di ragukan lagi. Karena Islam menekankan kesadaran ruhiyah kepada setiap individunya termasuk penguasanya.
Di tangan Islam, lahirlah para pemuda luar biasa yang lisannya selalu berdakwah dan ber-amar makruf nahi mungkar. Karena Islam betul-betul memperhatikan potensi pemuda, sehingga pemuda pada masa kejayaan Islam sudah di persiapkan menjadi pemuda yang tangguh.
Islam memfasilitasi hiburan yang bermanfaat, sehingga para generasi muda dan masyarakat tidak keluar dari koridor ketaatan mereka. Hal ini tidak lepas dari peran negara yang mampu menyejahterakan masyarakat. Negara tidak lepas tangan dalam menangani problem yang dialami masyarakatnya, serta melindungi mereka dari hiburan yang melalaikan.
Islam juga mempunyai filter terhadap hiburan-hiburan yang melalaikan, sehingga masyarakatnya tetap diarahkan pada koridor syariat ketika akan memilih hiburan. Dan mengenai hiburan, Islam mempunyai ketentuan sendiri dalam mengadakan hiburan. Kita bisa menoleh ke belakang, pada masa Rasulallah saw. beliau menggunakan musik sebagai sarana hiburan ketika hari raya.
Hal ini disampaikan dalam hadis yang telah diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, "Pada saat Abu Bakar As-Shidiq pernah bertemu dengan Rasulallah ketika mengunjungi kediaman Aisyah. Nampak dua orang perempuan yang sedang bernyanyi tepat di samping Aisyah, kemudian Abu Bakar langsung mengusir dan memukul kedua perempuan itu. Namun, Rasulullah mencegah dan berkata, "Biarkanlah mereka wahai Abu Bakar, karena ini adalah hari raya ". (sumber : halal dan haram, Yusuf Al-Qaradhawi)
Dalam hadis di atas sangatlah terlihat bahwa Rasulallah membolehkan kita menggunakan hiburan, dengan catatan syairnya tidak mengandung keharaman dan bukan maksiat.
Pada masa pemerintahan Khilafah Utsmaniyah, musik hanya digunakan sebagai terapi orang-orang yang memiliki gangguan jiwa. Dalam sejarah penaklukan konstantinopel, musik digunakan untuk membakar kembali semangat kaum muslimin dalam berperang melakukan futuhat. Tentu, semua tetap dalam koridor syariat, bukan pada koridor maksiat.
Berbeda dengan kapitalisme yang hanya memandang musik dari segi asas manfaat, semua di komersialkan tanpa melihat ada unsur halal atau haramnya. Pemerintah kapitalis yang mendukung dan memfasilitasi hiburan semata-mata demi keuntungan.
Namun dalam Islam, pemerintah justru melarang keras hiburan-hiburan yang mengandung unsur keharaman, seperti mengumbar aurat, berjoget ria, "tabarruj" hingga syair yang melalaikan. Dan hiburan musik dari Barat tidak akan diperbolehkan masuk dalam negara Islam.
Tentu sebagai muslim, kita harus memilih hiburan yang tepat. Semua harus disandarkan pada ketentuan yang Allah ridha saja. Dan idola yang kita jadikan panutan pastinya akan mempengaruhi kehidupan kita. Figur yang patut kita jadikan panutan hanyalah Allah dan Rasulullah, bukan yang lain. Karena hanya inilah jalan satu-satunya yang akan menyelamatkan kita di akhirat nanti.
Ganti hiburan melalaikan tersebut dengan hadir ke taman-taman surga-Nya. Karena sejatinya, hanya bergabung dengan majelis Ilmu kita akan terhindar dari kemaksiatan kepada Allah SWT.
Maka akan sangat aneh, jika mengaku Muslim, namun aturan yang diterapkan di kehidupan kita bukanlah aturan Islam. Sudah saatnya, aturan Islam ditegakkan, lawan kemunkaran, dan jadilah hamba Allah yang taat. Karena janji Allah sangat nyata, dan surga hanya diberikan untuk orang-orang yang beriman. Allahu a'lam bisshawab.
Oleh: Antika Rahmawati
Aktivis Dakwah
0 Komentar