Topswara.com -- Beban hidup saat ini semakin berat, banyaknya PHK (pengangguran), harga kebutuhan pokok yang meningkat, biaya pendidikan, kesehatan, transportasi yang sangat tinggi.
Membuat orang yang memiliki kepedulian terhadap nasib orang lain pun makin sulit didapat, karena untuk mencukupi kebutuhannya sendiri saja sangat kesulitan. Sikap egois lebih mendominasi kebanyakan manusia, kecuali orang-orang yang dirahmati oleh Allah SWT.
Memang terasa berat bagi semua orang dengan kondisi ekonomi yang makin terpuruk, untuk peduli, mencintai, menyayangi, memberikan bantuan tenaga, apalagi memberikan hartanya, tanpa adanya imbal balik.
Namun, berbeda halnya dengan seorang mukmin. Sifat egois itu bisa disingkirkannya. Hal itu karena dia beriman kepada Allah. Dia menjadikan ridha Allah sebagai tujuan utamanya, dunia hanya sementara, hanya tempat untuk mendapatkan bekal yang sebanyak-banyaknya untuk meraih surga-Nya.
Keindahan ajaran Islam mampu membentuk kepribadian seseoarang menjadi seorang Muslim yang mencintai orang lain, seperti ia mencintai dirinya sendiri. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
"Tidak beriman salah seorang di antara kamu hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri."
(Riwayat Bukhari dan Muslim).
Dari hadis ini menunjukkan apabila dia melihat kesempatan untuk mendahulukan orang lain, dia akan mendahulukannya atas dirinya. Terkadang dia rela kelaparan agar orang lain bisa merasa kenyang. Adakalanya dia harus menahan dahaga agar orang lain tidak kehausan. Bahkan, dia siap mati demi kehidupan seseorang.
MasyaAllah, Inilah mukmin sejati. Dia rela berkorban apa saja untuk saudara yang dicintainya, bergembira ketika mampu memberikan yang terbaik untuk orang lain, hanya mengharap tulus kepada Allah dan pengorbanan demi maslahat manusia. Mereka saling mencintai karena Allah.
Saling mencintai karena Allah dapat kita teladani dari saudara kaum Anshar terhadap kaum Muhajirin, telah diabadikan dalam Al-Qur’an surat Al-Hasyr ayat 9:
“Dan orang-orang (Anshar) yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah ke tempat mereka. Dan mereka tidaklah menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (Muhajirin), atas diri mereka sendiri, meskipun mereka juga memerlukan. Dan siapa yang dijaga dirinya dari kekikiran, maka mereka itulah orang–orang yang beruntung.”
Teladan sahabat lainnya pada saat perang Yarmuk (Al-Harits bin Hisyam, Ikrimah bin Abu Jahal dan Suhail bin Amr), saat itu masing-masing berada dalam kondisi sakaratul maut, berasa dahaga dan meminta air untuk menghilangkan kehausan
Namun, saat air diberikan ke sahabat tersebut Suhail, dia mendengar Al-Harits yang sedang kehausan. Lalu Suhail menyuruh agar air tersebut diberikan kepada Al-Harits terlebih dahulu. Belum sempat beliau minum air tersebut, Beliau menyedari Ikrimah yang sedang melihat ke arahnya, lalu beliau menyuruh agar diberikan air tersebut kepada Ikrimah.
Belum sempat air tersebut sampai kepada Ikrimah, ternyata ketiga sahabat tersebut telah menghembuskan nafas terakhir tanpa sempat menghilangkan haus mereka. (Hadis Riwayat Ibnu Sa’ad dalam at-Thabaqat dan Ibnu Abdil Barr).
Kisah ini menunjukkan bahwa cinta sahabat kepada saudara seislamnya sehingga sanggup mendahulukan orang lain walaupun masing-masing sedang amat memerlukan bantuan. Hal ini merupakan salah satu amalan mulia yang sangat berat untuk dilakukan namun mempunyai kelebihan dan nilainya sendiri di sisi Allah SWT.
Saat saudara kita yang berada di negeri lain (Palestina, Uigyur, Rohingnya dan lain sebagainya) mengalami penindasan, kekejaman dan penjajahan seharusnya kita ikut merasakan kesakitan dan perihnya penderitaan yang merka alami.
Negara seharusnya segera mengirimkan pasukan untuk membantu menghilangkan penderitaan itu. Tetapi kenyataannya negara tidak peduli dengan semua itu, karena adanya sekat-sekat wilayah dan nasionalisme.
Sebagaimana sabda Rasulullah: "Perumpamaan orang-orang yang beriman di dalam saling mencintai, saling menyayangi dan mengasihi adalah seperti satu tubuh, bila ada salah satu anggota tubuh mengaduh kesakitan, maka anggota-anggota tubuh yang lain ikut merasakannya, yaitu dengan tidak bisa tidur dan merasa demam.'' (HR Bukhari dan Muslim).
Hal ini hanya terwujud jika adanya Kholifah yang akan melindungi, meriayah, mengayomi dan mensejahterakan seluruh rakyatnya.
Adanya ikatan cinta yang kuat antar kaum muslimin, merupakan upaya menumbuhkembangkan persaudaraan dengan berlandaskan kepada kesamaan akidah Islam, iman dan takwa. Karena itu, bentuk persaudaraan ini tidak dibatasi oleh wilayah kebangsaan atau ras. Seluruh umat Islam di seluruh dunia adalah saudara dalam menyangkut seluruh aspek kehidupan masyarakat.
Ikatan jiwa yang melahirkan perasaan kasih sayang, cinta dan penghormatan yang mendalam terhadap saudara muslim, akan memperkokoh kekuatan kaum muslimin sehingga akan terwujudlah kejayaan Islam dan kaum muslimin dalam naungan Daulah khilafah islamiah dengan menerapkan syariat Islam kaffah.
Oleh: Yesi Wahyu I.
Aktivis Muslimah
0 Komentar