Topswara.com -- Al-Qur'an telah menjadi simbolik yang unik.
Dalam setiap pelantikan pejabat tersumpah.
Al-Qur'an berada di atas kepala.
Setelah sah pelantikan Al-Qur'an hilang dalam kepala.
Sungguh ajaib manusia.
Al-Qur'an turunnya diperingati.
Kalau diminta taat secara kaffah bilangnya nanti.
Kiranya Al-Qur'an derajatnya kembali biasa.
Al-Qur'an sebagai peringatan
Berulang-ulang ayat-ayat disampaikan.
Telinga mendengar hati tidak bergetar.
Layaknya angin lalu sekadar berita masa lalu.
Peringatan demi peringatan.
Dalam megah sebuah hajatan.
Dari peringatan di pejabat teras.
Hingga peringatan di kampung yang meluber ke teras-teras.
Oh kalaulah Al-Qur'an sekadar jadi peringatan.
Lalu kapan mulai diterapkan wahai kawanan orang beriman?
Meyakini kitab termasuk Al-Qur'an bagian rukun iman.
Tidak boleh bercelah harusnya dalam kesempurnaan.
Al-Qur'an bisa dilaksanakan secara individu.
Bagian kecil dari akidah dan ibadah seluruh.
Terbatas pada ritual.
Dalam dimensi yang bersifat individual.
Al-Qur'an bisa dilaksanakan pada individu.
Urusan akhlak, makanan, minuman, dan pakaian.
Terbatas pada ruang lingkup yang terbatas.
Dalam dimensi personal-personal.
Al-Qur'an bisa dilaksanakan dalam konsep kebangsaan dan kenegaraan.
Jika orang beriman ikhlas dan mau menjalankan.
Hukum diterapkan hingga urusan ekonomi, pendidikan, dan kesehatan.
Dimensi luas yang butuh institusi penjaga sebagai kelanggengan.
Itulah Al-Qur'an sebagai peringatan.
Bukan sekadar peringatan hari besar Islam.
Lebih pada peringatan sebagai rambu kehidupan.
Agar hidup ini paham berjalan di atas firman.
Oleh: Hanif Kristianto
Analis Politik dan Media Pusat Kajian dan Analisis Data
0 Komentar