Topswara.com -- Kasus kematian ibu dari hari ke hari makin meningkat dan cenderung tinggi. Padahal yang menjadi salah satu indikator kesejahteraan masyarakat di suatu negara adalah dengan menurun atau rendahnya angka kematian ibu (AKI).
Laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebutkan, setiap dua menit ada satu perempuan yang meninggal dunia selama mengandung atau melahirkan. Hal itu tercantum dalam laporan berjudul "Trends in Maternal Mortality" yang dirilis Kamis (23/2/2023) lalu. Adapun kasus kematian ibu yang meningkat merupakan kemunduran yang mengkhawatirkan. (Kompas.tv, 26/02/2023).
Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, kehamilan seharusnya menjadi masa penuh harapan dan pengalaman positif bagi semua perempuan.
Namun tragisnya hal ini menjadi pengalaman yang sangat berbahaya bagi jutaan orang di seluruh dunia yang tidak memiliki akses perawatan kesehatan berkualitas.
Berdasarkan penelitian, penyebab kematian ibu terjadi karena pendarahan pasca persalinan, preeklamsia, obesitas, komplikasi pada masa nifas dan kehamilan di bawah umur. Mirisnya para pakar mengatakan krisis kesehatan ibu dikhawatirkan akan makin memburuk.
PBB pun mengingatkan para pemimpin negara untuk bertindak mengakhiri kematian ibu dengan memberi sistem perawatan kesehatan dan menutup kesenjangan sosial dan ekonomi yang melebar yang berdampak pada kematian.
Sayangnya solusi yang ditawarkan PBB adalah solusi utopis, sebab dalam kapitalisme kesehatan di kapitalisasi dan kemiskinan tidak mungkin dientaskan.
Data ini sejatinya membuka bobroknya kapitalisme dalam menyelesaikan persoalan angka kematian ibu (AKI). Tanpa kesejahteraan dan layanan kesehatan murah AKI akan terus terjadi. Dalam sistem kehidupan kapitalisme tidak ada jaminan kesehatan bagi setiap warga negara dan tidak ada jaminan pemenuhan kebutuhan pokok yang tercukupi bagi mereka.
Sistem ekonomi kapitalisme menciptakan minimnya ketersediaan lapangan pekerjaan, mahalnya bahan-bahan pokok dan mahalnya biaya kesehatan. Padahal peningkatan pelayanan kesehatan menjadi salah satu kunci menahan peningkatan kasus AKI.
Masyarakat harus segera menyadari bahwa sistem kehidupan sekuler kapitalisme tidaklah selaras dengan fitrah perempuan, tidak juga berpihak pada kebutuhan dan kesehatan ibu hamil dan kehamilannya.
Sistem ini telah menjadikan semua hajat hidup rakyat sebagai komoditas, dan negara hanya sebagai fasilitator bagi dominasi korporasi. Kemudian, sistem ini hanya mengedepankan nilai materi, tidak dengan nilai insaniyah, moral maupun spiritual yang dibutuhkan bagi kesehatan dan keselamatan jiwa ibu hamil dan kehamilannya.
Jauh berbeda dengan Islam, Islam menjadikan layanan kesehatan termasuk pada ibu hamil dan persalinannya sebagai kewajiban negara. Islam juga menjamin kesejahteraan rakyat dengan berbagai mekanisme sehingga tercapai tingkat kesehatan yang tinggi, dengan demikian AKI bisa diberantas hingga tuntas.
Jaminan kesejahteraan rakyat dalam Islam terealisasi melalui politik ekonomi Islam yang dijalankan para khalifah. Khalifah akan mengelola harta untuk memenuhi seluruh kebutuhan rakyatnya, baik harta bergerak maupun yang tidak bergerak yang diambil dari baitul mal.
Khilafah akan mengelola sumber daya alam secara adil dengan mengatur secara baik kepemilikan umum, negara dan individu sehingga tidak menimbulkan kemudharatan bagi rakyat. Negara Islam menetapkan sumber daya alam sebagai kepemilikan umum yang wajib dikelola oleh negara. Negara tidak boleh menyerahkan pengelolaannya kepada pihak swasta atau asing.
Selanjutnya hasil pengelolaan kekayaan sumber daya alam tersebut akan didistribusikan kepada seluruh rakyat dalam bentuk pelayanan diseluruh kebutuhan dasar masyarakat seperti pendidikan dan kesehatan yang gratis.
Alhasil kesehatan bisa diakses siapa saja tanpa membedakan status sosial, ras, warna kulit dan agama. Maka dari itu hanya dengan penerapan Islam secara kaffah jaminan kesehatan ibu hamil dan yang telah melahirkan dapat terwujud dengan baik.
Wallahua'lam Bisshawwab.
Oleh: Reni Safira
Aktivis Muslimah
0 Komentar