Topswara.com -- Margarin. Tentu bukan kata yang asing bagi masyarakat Indonesia. Apalagi kalangan kaum ibu. Sebab margarin menjadi salah satu unsur pelengkap dapur. Meskipun mungkin tidak semua rumah tangga menggunakannya. Namun bagi masyarakat perkotaan, margarin boleh dikatakan sebagai bagian dari kebutuhan sehari-hari.
Selain berguna dalam pembuatan jenis dunia perkuean, margarin juga banyak digunakan dalam masakan sehari-hari pengganti minyak goreng. Seperti memasak omelette, tumis, ataupun panggang. Karena dari segi rasa dan aroma, margarin lebih harum dan rasanya lembut dibandingkan dengan minyak goreng.
Hanya saja, dikarenakan harga margarin lebih mahal dibandingkan minyak goreng, mayoritas penduduk Indonesia cenderung memilih minyak goreng. Karena secara penggunaan juga, minyak goreng lebih hemat dibandingkan margarin.
Nah, tentu diantara masyarakat kita pernah berfikir, kenapa sih harga margarin itu lumayan mahal? Bahkan untuk harga satu kilogram mencapai Rp. 100.000,00. Padahal, Indonesia adalah penghasil CPO terbesar di dunia?
Ternyata, mahalnya harga margarin bukan karena bahan bakunya yang langka atau sulit didapatkan. Melainkan lebih kepada proses pembuatannya yang rumit dan melalui proses yang sangat rumit. Serta melibatkan penggunaan mesin-mesin yang pada umumnya masih diimpor dari luar seperti Cina dan Eropa.
Tentu saja hal ini mempengaruhi biaya produksi atau modal. Ketika dipasarkan, para produsen sudah barang tentu menghitung keuntungan yang dianggap layak mereka dapatkan.
Berikut akan dijelaskan proses pembuatan margarin yang tadi dikatakan rumit. Margarin dihasilkan dari pembentukan Sterin (hasil fraksinasi Refened Bleached deodored Palm Oil [RBDPO]).
Awalnya, gas hidrogen dimasukkan ke tank Hidrogenator lalu minyak margarin (sebelum di cairkan) ditambahkan dengan katalis. Selanjutnya ketiga unsur tersebut dicampurkan kemudian dialirkan dalam filtrator. Hasilnya akan didapatkan berupa cairan minyak yang homogen.
Minyak tersebut lalu dialirkan ke tank deoderizer dan di beri uap. Sehingga diperoleh minyak hasil deodorisasi yang seterusnya dialirkan ke tank Bleaching. Langkah selanjutnya memasukkan karbon aktif lalu dicampurkan.
Hasil minyak setelah dari proses Bleaching dipompakan ke tank filtrator. Maka zat padat akan turun ke tank filtrator, yang hasilnya berupa minyak yang letaknya bagian atas (disebut minyak hidrogenisasi). Setelah itu maka tahapan yang terakhir adalah minyak tadi akan dimasukan ke oil fhase tank bersamaan dengan betakarotin (zat pewarna alami), vitamin A dan vitamin D. Setelah itu kembali dicampurkan untuk mendapatkan bahan larut minyak.
Secara bersama di tempat lain (tank lain), yaitu water fhase tank dimasukkan garam, susu krim, Natrium Benzoat, anti oksidan lalu dicampurkan juga. Hasilnya dipompa ke Tank Emulsifikator bersamaan dengan minyak dari proses sebelumnya, lalu dicampurkan lagi. Maka diperolehlah emulsi cair. Seterusnya dipompakan ke alat pasteurizer. Fungsi alat ini mematikan mikroorganisme pengganggu.
Kemudian dipompakan lagi ke coler sehingga dapatlah emulsi padat. Seterusnya diletakkan ke alat Temporing maka didapat lagi emulsi padat dengan havor yang lebih baik. Terakhir, masukkan ke alat kneading sehingga didapatlah emulsi padat. Maka jadilah margarin yang siap di packing untuk di pasarkan.
Jadi, prosesnya memang rumit bukan? Tetapi jangan khawatir, margarin masih bisa disebut aman bagi kesehatan jika dikonsumsi sesuai aturan/kebutuhan tubuh manusia. Allahu a'alam bissawab.
Oleh: drg. Alisyah Putra Harahap
Praktisi Kesehatan
0 Komentar