Topswara.com -- Akhir-akhir ini beredar video mantan presiden Indonesia yang menuai kontroversi dari masyarakat. Dalam video tersebut, ibu Megawati Soekarno Putri mengaitkan ibu-ibu yang suka datang ke pengajian dengan kondisi anak yang terlantar hingga menyebabkan stunting.
Hal ini ia sampaikan pada Seminar Nasional Pancasila dalam Tindakan: Gerakan Semesta Berencana Mencegah Stunting, Kekerasan Seksual pada Anak dan Perempuan, Kekerasan dalam Rumah Tangga, serta Mengantisipasi Bencana di Jakarta Selatan pada Kamis (16/22023).
Pernyataannya tersebut sungguh tidak memiliki dasar data yang kuat. Apakah benar semua ibu-ibu yang suka datang ke pengajian berarti anaknya terlantar dan terkendala masalah gizi? Tentu tidak bukan? Ini adalah salah satu bentuk salah paham terhadap aktivitas menuntut ilmu agama yang hukumnya fardhu ‘ain bagi setiap Muslim termasuk Muslimah.
Setiap Muslim memiliki kewajiban untuk menuntut ilmu, terlepas ia masih lajang atau sudah memiliki anak. Maka tidak ada alasan bagi setiap Muslim untuk tak hadir di mejelis pengajian. Justru ketika seorang ibu datang ke majelis pengajian ia akan mendapat ilmu-ilmu baru yang nantinya ia sampaikan kepada anak-anaknya atau keluarganya.
Pengajian menjadi tempat alternatif untuk memahami berbagai aturan Allah yang dibutuhkan dalam mengarungi kehidupan. Daripada pergi ke tempat-tempat yang akan menimbulkan aktivitas sia-sia atau kemaksiatan. Duduk di majelis ilmu menjadi healing tersendiri bagi ibu-ibu yang kesehariannya disibukkan dengan urusan domestik rumah tangga.
Selain itu, Rasullullah pun mengatakan bahwa majelis ilmu merupakan taman surga di dunia. Sebagaimana hadis tentang keutamaan majelis ilmu berikut,
"Tidaklah suatu kaum berkumpul dalam satu rumah di antara rumah-rumah Allah Ta’ala (masjid), sembari membaca Kitab Allah, saling mendaras (mengkaji) di antara mereka, melainkan turun ketenangan pada mereka, rahmat menyelimuti mereka, malaikat mengerumuni mereka dan mereka akan disebut Allah pada makhluk di sisi-Nya.” (HR. Abu Dawud).
Dalam hadis tersebut dijelaskan bahwa dalam majelis ilmu akan ada malaikat yang mengerumuni, malaikat tersebut akan mendoakan kebaikan untuk para hadirin yang hadir dalam majelis tersebut. Pengajian juga akan melahirkan ketenangan bagi yang mengikutinya dengan penuh khidmat.
Dari berbagai keutamaan hadir di pengajian seperti yang dijelaskan di atas, maka tidak sepatutnya seorang ketua dewan BPIP (Badan Pembinaan Ideologi Pancasila) menyinggung aktivitas ibu-ibu yang suka hadir ke pengajian dan mengaitkannya dengan permasalahan stunting. Stunting adalah masalah gizi anak yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu lama.
Sedangkan hadir di pengajian hanya membutuhkan waktu dua jam, apakah akan berpengaruh dengan kondisi gagal gizi tersebut? Tidak. Sama sekali tidak. Tingginya kasus stunting di negara kita tidak terlepas dari peran pemerintah dalam meri'ayah (mengurusi) rakyatnya.
Rakyat dengan taraf ekonomi di bawah rata-rata akan sulit untuk 'membeli' gizi tersebut. Bagi mereka yang terpenting adalah bisa makan, terlepas makanannya sudah memenuhi standar gizi atau belum.
Lalu apakah peran pemerintah sudah maksimal dalam memenuhi gizi rakyatnya? Seharusnya pemerintah selaku pengurus rakyat mencari cara untuk mengatasi permasalahan ini. Bukan dengan mempermasalahkan ibu-ibu yang hadir di pengajian.
Walaupun dalam perkataannya diawali dengan kata 'beribu maaf', akan tetapi tetap saja makna dari kata yang diucapkan merupakan pengerdilan dari arti pengajian.
Di dalam negara Islam, mengkaji Islam secara kaffah (menyeluruh) menjadi program pembinaan kepribadian setiap individu. Setiap individu akan dibina dari segi aqliyah (pola pikir) dan nafsiyah-nya (pola sikap) yang nantinya akan menghasilkan syaksiyah (kepribadian) Islam yang kuat.
Lalu terintegrasi dengan kurikulum dan kebijakan negara lainnya, sehingga menghasilkan individu yang beriman dan bertakwa, tinggi taraf berpikirnya, kuat kesadaran politiknya. Hal ini akan menjadi bekal bagi para ibu untuk mendidik anaknya menjadi Muslim yang berkepribadian Islam calon pemimpin masa depan.
Oleh: Siti Nursobah
(Aktivis Muslimah)
0 Komentar