Topswara.com -- Malang menimpa seorang wanita berinisial W (21) usai membuat konten yang membuatnya tewas di kamar kontrakannya di Leuwiliang, Kabupaten Bogor.
W tewas saat membuat konten melalui panggilan video atau video call dengan teman-temannya. Teman-temannya sudah berusaha mencegah, namun
ternyata korban tetap membuat konten tersebut dan kursi pijakannya terpeleset sehingga membuat W benar-benar meninggal tergantung dengan posisi kain melilit di leher (detik.com, 3/3/2023).
Innalillahi wa inna ilaihi raaji'uun, lagi-lagi demi konten nyawa melayang. Iming-iming viral memang membuat banyak orang nekat membuat konten unfaedah. Mengapa? Karena dalam masyarakat mindset kapitalis konten yang diminati justru yang aneh-aneh. Makin aneh, maka masyarakat kapitalis akan semakin penasaran untuk menontonnya.
Hal tersebut membuat konten kreator menjadi mempunyai ide yang ekstrem seperti itu. Selain itu, mereka juga membutuhkan pengakuan. Tidak sedikit konten ekstrem yang menuai hujatan seperti Muslimah makan babi pakai bismillah, aksi menantang maut di jalan tol, aksi makan makanan superpedas dan masih banyak lagi.
Tapi bagi para konten kreator itu semuanya adalah no problem yang penting bisa viral, eksis alias diakui, toh juga ada jalur klarifikasi jika menimbulkan kehebohan di kalangan netizen.
Mengingat standar perbuatan di dalam masyarakat kapitalis hanya bersifat materi bisa uang atau eksistensi diri. Karena itu mereka berlomba-lomba membuat video, nonton hingga memviralkan sesuatu yang unfaedah.
Standar kebaikan dalam masyarakat kapitalis juga dinilai dari materi bahwa hidup itu harus senang, membuat diri sendiri puas, bisa mendapatkan pujian dan pengakuan. Sehingga apa pun akan dilakukan tidak peduli halal dan haram, bermanfaat atau justru membawa kerusakan yang penting konten bisa viral lalu terkenal.
Kurangnya pemahaman tentang Islam membuat masyarakat mengalami kesalahan berpikir seperti ini. Kurang pemahaman karena tidak belajar dan tidak belajar karena memang tidak menyempatkan waktu khusus untuk mengkaji Islam gara-gara ada anggapan bahwa Islam itu hanya mengatur soal ibadah ritual dan katanya tidak harus paham Islam, yang wajib paham Islam hanya kalangan ustaz dan ustazah saja. Tentu ini pemahaman yang menyesatkan.
Lalu ke mana institusi pendidikan yang berkewajiban membentuk pola pikir dan pola Islam untuk rakyatnya? Ingat, kita hidup di dalam sistem kapitalisme sekularisme.
Kalau pun negara menyediakan pendidikan, maka itu tidak cukup untuk membentuk individu yang benar pola pikir dan pola sikapnya. Karena sistem pendidikannya membebek pada Barat dan basisnya adalah sekuler di mana Islam dipisahkan dari kehidupan. Alhasil meskipun agamanya Islam seseorang akan tetap mempunyai mindset kapitalis.
Itulah mengapa harus menyadari bahwa kita sangat membutuhkan inisiatif sendiri untuk mengkaji Islam secara kaffah agar tidak terjerumus dengan kesesatan berpikir kaum kapitalis.
Jika kita ngaji, maka kita akan mempunyai kerangka berpikir Islam yang benar dan kita akan paham benar bahwa kita diciptakan untuk beribadah kepada Allah SWT. Dalam artian mentaati seluruh aturan Allah SWT.
Maka dalam segala perbuatan kita akan pilih-pilih sesuai prioritas amal. Yang mendatangkan ridha Allah akan kita lakukan, sedangkan yang tidak dengan mudah akan kita tinggalkan. Sehingga tidak ada ceritanya orang mati konyol karena gagal paham tujuan hidupnya.
Tidak cukup ngaji saja, setelah ngaji harus ada upaya untuk melaksanakan. Agar kita terikat syariat dalam semua perbuatan kita, maka kita juga harus berdakwah untuk menghilangkan keburukan yang meracuni masyarakat kita saat ini. Dengan dakwah, kita bisa merubah pemikiran masyarakat. Yang awalnya kapitalis sekuler bisa menjadi Islam sejati.
Bila sudah begini tidak ada standar perbuatan suka-suka. Standar perbuatan hanya halal Dan haram sebagaimana Islam mengajarkan. Kemudian standar kebahagiaannya adalah meraih ridha Allah SWT.
Kalau masyarakatnya sudah seperti ini, maka konten-konten unfaedah yang membawa musibah tidak akan pernah diminati karena masyarakat akan lebih memilih beramal shalih dan akan menghabiskan waktu dengan konten-konten yang bisa menambah ilmu dan amal jariyah. Dengan begini, maka konten kreator tidak akan tertantang untuk membuat konten-konten unfaedah demi eksistensi diri atau uang.
Ditambah lagi, masyarakat Islam mempunyai karakteristik khas yaitu semangat menasihati dalam kebenaran. Sehingga para konten kreator akan merasa malu jika memproduksi konten-konten yang unfaedah dan justru merusak. Masyarakat bisa sepenuhnya menjadi islami ketika mereka sudah diikat dengan perasaan dan peraturan yang sama, yaitu Islam dan ini adalah tugas negara.
Negara yang wajib menerapkan syariat Islam secara kaffah, yaitu negara khilafah. Khilafah memiliki sistem pendidikan yang shahih, yaitu sistem pendidikan Islam.
Dalam kitab Usus Al Ta'liim Al Manhaji disebutkan tujuan pendidikan,
Pertama, membentuk kepribadian Islam bagi peserta didik.
Kedua, membekali peserta didik dengan ilmu keislaman (tsaqafah Islamiyyah).
Ketiga, membekali peserta didik dengan ilmu-ilmu yang diperlukam dalam kehidupan, seperti sains dan teknologi.
Jadi fungsi strategis pendidikan tidak hanya mentransfer segala jenis ilmu pengetahuan seperti sains dan teknologi untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Lebih dari itu, pendidikan adalah instrumen untuk pembentuk peradaban dan pandangan hidup suatu bangsa atau umat.
Khilafah juga akan mengontrol media. Tidak akan diizinkan konten-konten yang mengandung pemikiran kapitalis tayang di media. Kalau sampai itu terjadi, maka dengan segera khilafah akan menghapusnya dan meminta pertanggungjawaban pembuatnya, maka generasi kita akan selamat.
Agar dapat memberikan efek jera, maka khilafah akan memberi sanksi untuk pembuat dan pemilik media tersebut. Sanksinya adalah sanksi takzir, yaitu sanksi yang kadarnya ditetapkan oleh khalifah. Tetapi segala kebaikan itu hanya akan menjadi mimpi jika tidak ada orang yang mau mengusahakannya di tengah-tengah kita.
Beruntungnya masih ada golongan yang istiqamah untuk terus berusaha mengembalikan kehidupan Islam ditengah-tengah masyarakat. Merekalah orang-orang yang beruntung yang disebut Allah SWT di dalam Al-Qur'an surah Al Imran ayat 104,
وَلۡتَكُنۡ مِّنۡكُمۡ اُمَّةٌ يَّدۡعُوۡنَ اِلَى الۡخَيۡرِ وَيَاۡمُرُوۡنَ بِالۡمَعۡرُوۡفِ وَيَنۡهَوۡنَ عَنِ الۡمُنۡكَرِؕ وَاُولٰٓٮِٕكَ هُمُ الۡمُفۡلِحُوۡنَ
Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.
Berarti mereka adalah orang yang taat, yang menyambut kewajiban dari Allah SWT untuk menjalankan kewajiban berdakwah. Merekalah yang akan membangkitkan peradaban dengan Islam, kita kah itu? Bisa jadi. Asalkan kita mau memenuhi syaratnya, yaitu mau mengkaji dan mendakwahkan Islam secara kaffah bersama kelompok dakwah Islam ideologis.
Oleh: Nabila Zidane
(Analis Mutiara Umat Insititute)
0 Komentar