Topswara.com -- Arnoud van Dorn, mantan anggota partai kebebasan Belanda atau Dutch Freedom Party mengakui bahwa Islam adalah agama yang luar biasa dan mampu menjawab semua keraguan yang ada pada dirinya. Meskipun ia mengatakan bahwa kenyataan tersebut ia temukan melalui proses yang panjang.
“Saya harus melewati sebuah proses yang panjang. Namun, dalam kurun waktu itu, semakin mempelajarai Islam, semakin banyak yang mengalir dari kepala ke dalam hati saya. Ini adalah agama yang luar biasa. Saya merasa agama (Islam) menjawab semua keraguan saya. Tentu kita tidak bisa menolak kenyataan itu,” tuturya dalam unggahan video singkat berjudul Jika Islam Dianggap Musuh Bukankah Harus Dipelajari? Kisah Mualaf, di kanal YouTube Ayatuna Ambassador, Selasa (21/03/2023).
Ia mengatakan bahwa persepsi masyarakat Barat selama ini tentang Islam ternyata salah. Karena kenyataannya, selama setahun mempelajari Islam, ia justru mendapatkan bukti dan kebenaran untuk menepis semua prasangka buruk terhadap Islam yang ia yakini selama ini.
Terlebih lagi ia mengaku bahwa ia merasa puas. Sebab semua pertanyaan besarnya terkait agama Kristen yang dianutnya, mampu dijawab dengan mudah dan sederhana dalam ajaran Islam.
Arnoud van Dorn mulai dikenal luas pada tahun 2008, saat ia bersama rekannya Geert Wilders yang tergabung dalam partai kebebasan Belanda atau Dutch Freedom Party gencar menyebarkan propaganda kebencian serta isu islampobhia di seantero Belanda.
“Saya dulu anggota parpol anti-Islam Bernama PVV. Tujuan utama anggotanya adalah menjatuhkan Islam. Saya pun turut mendukung tujuan itu. Saya merasa harus melakukan itu dan mempercayainya. Mereka telah mencuci otak saya dan menjadi anti-Islam saat itu,” ungkapnya.
Bahkan Arnoud sendiri sempat terlibat dalam pembuatan serta penyebaran film Fitna, yang menghina Nabi Muhammad SAW. dan telah memicu kemarahan umat Islam dunia. Namun, ia mengakui penyesalannya karena terlibat dalam mempromosikan film tersebut.
“Saya bersama beberapa orang bertanggungjawab untuk menyebarkan film itu dan mempromisikannya, di sosmed dan semacamnya. Saya dulu pernah jadi bagian ini. Tentunya sekarang saya merasa sangat menyesal atas hal itu," kata Arnoud.
Kebencian dan prsangka buruk Arnoud terhadap Islam diakuinya banyak dipengaruhi oleh pemberitaan buruk media dan para politikus di negaranya tentang Islam. Hingga ia berkesimpulan bahwa kekerasan dan teror di negaranya bersumber dari ajalan Islam.
“Saya mendegar tentang Islam seperti kebanyakan orang di negara Barat lewat media, dan para politikus. Jadi semua yang saya tahu tentang Islam adalah hal- hal yang negatif dan berbahaya. Saya membenci agama (Islam). Saya sungguh berpikir bahwa Islam adalah ancaman bagi masyarakat dan negara," beber Arnoud.
Namun, di sisi lain, Arnoud merasa ada yang aneh. Karena menurutnya, jika Islam memang sedemikina buruk seperti yang diberitakan oleh media dan para politikus, lantas mengapa Islam begitu berkembang sampai memiliki milyaran penganut. Pikiran inilah yang mendorong Arnoud untuk mempelajari Islam lebih dalam.
"Jumlah yang mencapai satu miliyar manusia beragama Islam. Bukankah itu sangat banyak? Sebenarnya secara pribadi, banyak Muslim yang saya kenal baik dan ramah. Mereka sering mengatakan agar saya sebaiknya belajar tentang Islam karena pandangan saya tentang Islam itu salah. Lalu saya mulai belajar tentang Al-Qur’an dan membacanya. Saya pergi ke mesjid untuk berbincang dengan imam dan Muslim lainnya,“ sebut dia.
Namun, lagi-lagi prasangka buruk Arnoud membuat semua kebaikan dan kehangatan para Muslim ia dapatkan saat itu tampak sebagai sebuah kebohongan di matanya. Meskipun ia menerima tawaran untuk mempelajari Islam, awalnya tetap saja bagi Arnoud, orang Islam yang ia kenal baik dan ramah hanya sebatas sosok pembual dan tidak ada yang benar.
Ia berpikir bahwa kebaikan kaum Muslim yang ia terima adalah cara mencuci otaknya dan tidak tulus. Walaupun ia juga disuguhkan minum teh, berbincang-bincang di masjid, dan sebagainya.
Akhirnya, Arnoud memantapkan langkahnya untuk menjadi seorang Muslim. Dan mengucapkan syahadat pada tahun 2013 lalu. Walaupun kemudian, kepustusan itu berdampak pada kehidupan sosialnya. Ia mengaku kehilangan pekerjaan, kesulitan keuangan, dan harus rela melepas kehidupannya yang mewah dan serba berkecukupan.
“Perjalanan dari nonmuslim menjadi Muslim berlangsung sekitar satu tahun. Saya masuk Islam tahun 2013. Alhamdulillah sudah hampir 10 tahun. Setelah publik mengetahui saya menjadi Muslim, saya kehilangan pekerjaan. Saya juga menjual mobil dan tidak lagi mewah. Bagiku itu bukan pengorbanan. Karena semua kemewahan hanyalah benda,“ imbuhnya.
Kini, Arnoud memilih untuk mengabdikan diri dengan aksi sosial dan menjabat sebagai presiden Yayasan Dakwah Eropa, serta Duta Besar dari hubungan Pesohor dan Asosiasi Dakwah Kanada di Eropa.
Ia jug tengah menekuni proyek-proyek kemanusian yang tujuannya adalah membantu keluarga atau orang-orang yang kurang mampu baik Muslim maupun nonmuslim. Sehingga, mereka bisa bersekolah, punya perlengkapan, dan sebagainya.
Arnoud mengatakan bahwa proyek-proyek kemanusia yang ia lakukan banyak dibantu oleh para pengusaha Muslim.
“Lalu kami bangun rumah sederhana untuk orang-orang yang hidup di jalan. Hal-hal kecil semacam itu, setelah masuk Islam saya akui merasa kekurangan dalam hal uang. Tetapi saya jauh lebih bahagia dibandingkan sebelumnya. Itu membuktikan bahwa semua harta termasuk mobil mewah tidak bisa mengisi kekosongan dalam hati saya,” pungkasnya. [] M. Siregar
0 Komentar