Topswara.com -- Kasus kekerasan terus terjadi pada pemuda di negeri ini, hal ini mengakibatkan keresahan pada diri kita dan orang yang ada di sekitar kita. Apa penyebab maraknya fenomena kekerasan di sekitar kita? Apakah mereka tidak takut hukum yang akan menjerat?.
Siswi SMP di Bone meninggal usai diperkosa ramai-ramai. Hal tersebut diketahui keluarga korban karena korban mengaku merasakan sakit di area alat vital hingga kesusahan untuk duduk, tetapi korban tidak mengungkapkan kejadian yang mengakibatkan korban merasa sakit, setelah dibujuk oleh pihak keluarga barulah korban menyatakan bahwa dirinya korban pemerkosaan rekannya. Korban sempat dirawat selama 5 hari dan akhirnya menghembuskan nafas terakhir.
Fenomena yang terjadi seperti ini bukanlah suatu hal yang baru. Kejadian ini sudah pernah terjadi pada orang lain dan kini terjadi pada orang yang berbeda pula.
Kasus yang berulang menimbulkan kekhawatiran terhadap diri kita dan orang yang ada di sekitar kita. Tidak menutup kemungkinan kejadian tersebut bisa terulang kembali apabila tidak ada tindak tegas dari pihak terkait.
Harusnya hal seperti ini tidak dianggap sebagai persoalan yang sepele dan tabu untuk diperbincangkan. Seharusnya korban harus berani untuk berbicara dan menyampaikan kepada pihak terkait.
Pihak yang terkait juga harus menyelesaikan masalah tersebut dengan seharusnya secara adil, tidak mengabaikan salah satu pihak dan bisa membuat pelaku jera.
Sehingga ketika ada orang yang berkeinginan melakukan tindak pemerkosaan tersebut mereka merasa takut dan berpikir ulang dalam berbuat.
Kasus kekerasan di Indonesia terus berulang terjadi, kian hari kian meningkat jumlah kekerasan yang terjadi. Lebih parahnya kekerasan ini dilakukan oleh pemuda. Meningkatnya kasus kekerasan menggambarkan betapa rusak moral pemuda saat ini.
Rusaknya pemuda pada saat ini buah dari sistem sekuler yang menjadikan akal sebagai penentu dalam suatu perbuatan, tanpa memikirkan apakah perbuatan tersebut mendatangkan dosa atau pahala.
Gagalnya Sistem Pendidikan Sekularisme
Sistem sekularisme yang digunakan mengakibatkan gagalnya sistem pendidikan dalam membentuk anak didik yang beriman dan beramal shalih. Buruknya sistem pendidikan sekularisme yang memisahkan agama dari kehidupan diemban oleh negeri ini.
Sehingga nilai-nilai Islam dijauhkan dari para pelajar dalam sistem pendidikan sekuler ini. Tidak ayal para pelajar saat ini sangat jauh dari identitas keislaman yang seharusnya melekat pada setiap individu pelajar muslim.
Alhasil, pelajar akan berperilaku sebagaimana budaya Barat yang berprofil sekuleristik dan liberalistik. Hal ini makin diperparah oleh keadaan di mana hilangnya peran keluarga khususnya ibu sebagai pendidik generasi, juga hilangnya fungsi kontrol masyarakat, serta rusaknya sistem sosial dan hukum akibat penerapan sistem sekuler liberalistik.
Karena hal itulah yang mengakibatkan kasus kekerasan yang terjadi pada para pelajar dan pemuda. Kasus ini terjadi akibat dari penerapan sistem yang salah, kasus kekerasan yang terjadi pada para pemuda harusnya tidak bisa didiamkan.
Islam Sebagai Solusi Problematika
Umat menjadikan Islam-lah satu-satunya sistem kehidupan yang berjalan di negeri ini. Karena Allah menurunkan Islam sebagai solusi atas setiap permasalahan pada umat. Islam memberi perhatian besar kepada setiap generasi sebagai pembangun peradaban gemilang.
Menghentikan kasus kekerasan dapat dilakukan melalui upaya pencegahan dan pengobatan. Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan mengembalikan peran keluarga, masyarakat dan negara.
Sedangkan upaya pengobatan dapat dilakukan untuk mengobati mereka yang memiliki kecenderungan melakukan kekerasan enggan pendekatan yang akan mempengaruhi pola pikir pemuda saat menghadapi kehidupan sehingga mengubah dan meninggalkan perilakunya dengan penuh kesadaran.
Orang tua hendaknya membekali anak mereka dengan akidah yang kokoh dan akhlak yang terpuji. Maka dari itu seharusnya para orang tua khususnya Ibu dapat membekali dirinya dengan ilmu sebagai bekal untuk diajarkan kepada anak mereka. Islam memandang menjaga generasi bukan hanya tugas orang tua, tetapi juga tugas masyarakat dan negara.
Masyarakat memiliki tanggung jawab untuk saling menasihati, mengajak pada kebaikan, dan mencegah pada perilaku yang tercela. Masyarakat harusnya tidak abai dengan permasalahan yang asa di sekitarnya.
Negara juga memiliki peran dalam menyaring segala tontonan yang ada di media. Tontonan di media memiliki peranan yang cukup besar dalam mempengaruhi pembentukan perilaku generasi.
Sistem pendidikan yang berakidahkah Islam tidak hanya mencetak generasi yang mampu menguasai sains dan teknologi, tetapi juga mencetak generasi yang berbuat takwa dan takut berbuat maksiat atau pelanggaran. Akan sulit menyelesaikan permasalahan kekerasan apabila tata kehidupan yang digunakan yaitu sekuler liberal.
Hanya tata kehidupan yang sesuai dengan aturan Sang Pencipta yakni hanya syariat Islam-lah yang mampu membentuk suasana ketakwaan di tengah masyarakat, sehingga menjauhkan mereka pada kemaksiatan. Sistem kehidupan Islam ini hanya dapat terwujud dalam institusi Islam yakni khilafah islamiah yang menerapkan aturan Islam yang sesuai dari sang pencipta.
Sebagaimana Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
ÙˆَÙ…َاۤ اَرْسَÙ„ْÙ†ٰÙƒَ اِÙ„َّا رَØْÙ…َØ©ً Ù„ِّـلْعٰÙ„َÙ…ِÙŠْÙ†َ
“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.” (QS. Al-Anbiya [21]: 107).
Wallahualam bissawab.
Oleh: Sindi Laras Wari
Aktivis Muslimah
0 Komentar