Topswara.com -- Manisnya gula tidak semanis ketika ia masuk ke tubuh kita. Terlalu banyak mengkonsumi makanan yang mengandung gula dapat menyebabkan timbulnya penyakit kencing manis atau diabetes. Diabetes adalah penyakit dimana kadar gula dalam darah terlalu tinggi.
Padahal kadar gula (glukosa) merupakan sumber energi utama bagi sel tubuh manusia, yang mana dikendalikan oleh hormon insulin yang diproduksi pangkreas.
Jika pangkreas tidak mampu memproduksi insulin maka sel-sel di dalam tubuh tidak dapat menyerap dan mengelola glukosa menjadi energi. Nah inilah yang menyebabkan manusia menderita penyakit kencing manis atau diabetes.
Penderita diabetes biasanya adalah mereka orang dewasa. Karena faktor umur dan makanan yang dikonsumsinya selama hidup. Namun berbeda dengan masa kini, penderita diabetes ternyata tidak cuma mereka yang dewasa maupun orang tua. Anak-anak yang memiliki usia yang masih muda pun juga dapat menderita karena pola makan mereka.
Jajanan serta minuman kemasan yang di jual bebas di pasaran banyak mengandung pemanis buatan serta tinggi gula. Tidak hanya yang memiliki rasa manis, namun jajanan yang rasanya gurih pun kandungan garamnya juga tinggi. Inilah yang menjadi salah satu faktor yang membuat anak-anak dapat menderita diabetes.
Di Indonesia sendiri jumlah anak yang menderita diabetes meningkat tajam di Januari 2023. Data ini dikeluarkan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) yang menyebutkan bahwa peningkatan jumlah penderita diabetes.
Menurut Ketua Unit Kerja Koordinasi Endokrinologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Muhammad Fizi, kasus diabetes melitus tipe satu pada anak pun meningkat sebanyak 70 kali lipat sejak tahun 2010 hingga 2023. Pada tahun 2010 prevalensi kasus diabetes mellitus terhadap anak di Indonesia hanya 0,028 per 100 ribu jiwa. Kemudian, pada tahun 2023 prevalensi kasus diabetes melitus menjadi 2 per 100 ribu jiwa.
Ketua Umum IDAI, Piprim Basarah Yanuarso, menjelaskan pola makan sangat berkaitan erat dengan penyakit diabetes mellitus pada anak. “Apabila makanan seorang anak dari awal mula yaitu sudah selalu tinggi karbohidrat, gula, dan minyak. Ini yang menjadi cikal bakal musibah (diabetes) seluruh dunia. Karena kalau anak-anak kita diberi makanan berupa snack-snack junk food. Gula darah mereka cepat naik kemudian turun drastis. Mereka lapar lagi, makan yang seperti itu terus menerus sehingga insulinnya akan diproduksi secara terus-terusan,” jelasnya (voaindonesia.com, 01/02/2023).
Dari paparan data tersebut dapat disimpulkan bahwa peningkatan jumlah penderita Diabetes pada anak, disinyalir efek dari konsumsi makanan yang tidak sehat. Makanan, jajanan serta minuman dengan kandungan gizi yang rendah sangat mudah di dapatkan. Banyak pula gerai-gerai serta stand-stand penjual makanan cepat saji dan minuman kekinian yang tinggi gula menjamur di berbagai tempat.
Bahkan produsen skala rumahan pun juga memproduksi makanan minim kandungan gizi, tinggi gula dan garam. Yang sering di sebut makanan kosong, enak dilidah namun tidak bermanfaat bagi tubuh. Hal ini juga yang mendorong terjadinya peningkatan jumlah penderita diabetes anak.
Di sisi lain, kebijakan yang diambil pemerintah untuk menanggulangi kasus ini dianggap belum dapat menyelesaikan persoalan. Mulai dari naiknya harga kebutuhan pokok serta mahalnya bahan makanan yang berkualitas.
Sehingga mengakibatkan masyarakat lebih memilih untuk membeli bahan makanan yang lebih murah dan seadanya. Belum lagi pendapatan dan gaji rakyat yang tidak meningkat namun harga kebutuhan kian hari kian melambung.
Hal ini terjadi karena negara abai dalam mewujudkan keamanan pangan bagi rakyatnya. Kasus ini juga menunjukkan rakyat belum memiliki pola makan sehat. Tingginya kemiskinan juga makin menambah besarnya kesalahan dalam pola makan.
Di sisi lain, terbatasnya modal karena kemiskinan serta biaya produksi yang tidak kalah mahalnya, membuat produsen skala kecil harus memutar otak agar produksi tetap berjalan dan mendapat keuntungan.
Sehingga membuat para pedagang menggunakan bahan yang murah meski berbahaya. Keserakahan manusia juga mengakibatkan industri makanan abai terhadap syarat kesehatan demi mendapatkan keuntungan yang besar.
Inilah negara dengan sistem kapitalisme, yang lalai atas kewajiban kepada rakyatnya. Yang tidak memberikan makanan yang sehat dan bermanfaat. Peningkatan jumlah penderita diabetes anak yang kian hari kian bertambah pasti juga akan menambah beban negara. Padahal generasi penerus bangsa seharusnya mereka yang memiliki badan yang sehat agar dapat menjadi tonggak kebesaran negara.
Berbeda dengan Islam, karena umatnya dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang halal lagi thayib. Bahkan dijelaskan di Al-Qur’an, "Wahai manusia, makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu." (Q.S Al-Baqarah: 168)
Islam menentukan makanan yang dikonsumsi harus halal dan thayyib. Oleh karena itu, negara dengan sistem Islam memberikan jaminan perlindungan atas terpenuhinya kebutuhan makanan yang halal dan thayib bagi rakyatnya. Yaitu dengan memberikan pengawasan terhadap produksi serta peredarannya kepada masyarakat.
Negera pun juga memberikan edukasi kepada masyarakat terkait berbagai jenis makanan yang halal serta sehat dan bermanfaat untuk badan. Memberikan harga yang murah untuk bahan kebutuhan sehari-hari maupun produksi. Juga pemberian sanksi yang tegas kepada mereka yang tak mematuhi regulasi. Sehingga terciptanya masyarakat sehat yang melahirkan generasi penerus berkualitas. Waalahu’alam bishawab.
Oleh: Deny Rahma
Komunitas Menulis Setajam Pena
0 Komentar