Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Paylater Menjebak Generasi


Topswara.com -- Seiring berkembang pesatnya teknologi digital, termasuk di sektor keuangan, lahirlah metode baru pembayaran yang disebut paylater atau bayar nanti. Kelebihan yang ditawarkan paylater adalah kemudahan transaksi, cepat, dan efisien. 

Kemudahan transaksi ini cukup diminati masyarakat terutama kawula muda. Mayoritas pengguna paylater ini merupakan milenial dan gen Z yang notabene belum punya penghasilan sehingga berujung gagal bayar. 

Sejumlah pengguna Twitter sempat membagikan tangkapan layar yang menunjukkan tagihan paylater yang membuatnya merasa “sesak” membayar. Data keseluruhan OJK pun menyatakan bahwa angka kredit macet paylater telah mencapai 7,61 persen pada September lalu.

Faktanya, konsumerisme dan hedonisme memang tengah melanda generasi muda saat ini. Mereka berlomba-lomba mendapatkan barang branded yang sebenarnya tidak dibutuhkan dan hanya untuk eksistensi diri semata. 

Kondisi ini kemudian dimanfaatkan oleh rentenir gaya baru untuk menjadikan para remaja sebagai mangsa. Akhirnya, akses dalam meminjam uang telah menjadi jalan bagi para kawula muda untuk  memenuhi keinginan demi gaya hidup ala Barat. 

Makin terasa ketika negara memfasilitasi jeratan haram tersebut dengan berbagai dalih, seperti terdaftar di OJK, bunga rendah, tanpa syarat adanya penghasilan, dan lainnya, padahal nyatanya jeratan tersebut membahayakan masa depan mereka. Lantas apa yang menyebabkan banyak para pemuda terjebak dengan gaya hidup konsumtif?

Adanya pemahaman yang salah terkait standar kebahagiaan dalam kehidupan merupakan salah satu penyebabnya. Saat ini banyak orang  memandang bahwa kebahagiaan mereka terletak pada materi semata. 

Hal ini bisa terjadi karena diterapkannya pendidikan berbasis sekuler, yakni memisahkan agama dari kehidupan. Kepribadian pemuda yang dihasilkan dari pendidikan sekuler ini menjadikan materi sebagai standar kebahagiaan dan ukuran kesuksesan. Akibatnya, pemuda berlomba-lomba meraih materi sebanyak-banyaknya demi memenuhi hawa nafsu mereka. Tanpa peduli apakah dengan cara yang halal atau haram. 

Jika materi yang mereka miliki tidak mencukupi, maka paylater ini menjadi pilihan mereka. Kondisinya diperparah dengan adanya arus digitalisasi dan penerapan kurikulum merdeka yang kental akan ide-ide kebebasan ala Barat di semua jenjang pendidikan, mulai dari Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi. 

Akibatnya tujuan pendidikan bukan lagi mencetak pemuda yang bertakwa yang memberikan maslahat bagi masyarakat. Inilah salah satu bencana generasi yang disebabkan oleh penerapan sistem kehidupan berdasarkan sekularisme.

Hal ini tak akan terjadi dalam sistem Islam. Pendidikan dalam Islam akan mengacu pada kurikulum yang berbasis akidah Islam, sehingga mencetak pemuda yang memandang sesuatu berdasarkan pandangan akidah Islam. Batas halal dan haram menjadi ketentuan dalam berperilaku. Ridha Allah SWT adalah satu-satunya standar kebahagiaan mereka. 

Walhasil, para pemuda akan terhindar dari jebakan gaya hidup hedonisme yang membahayakan. Kondisinya semakin terjaga karena negara berperan dalam mensterilkan segala aktivitas yang berbau riba melalui penerapan Islam kaffah. Dengan pengaturan seperti ini, maka generasi berkualitas bukan lagi impian.


Oleh: Anisa Puji Astuti
Pemerhati Remaja
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar