Topswara.com -- Ada yang curhat suaminya galak, kalau marah kasar, emosian. Aku langsung tebak, "dia itu introvert Mbak. Memang gitu karakternya. Sabar saja. Hindari dan jauhkan hal-hal yang memicunya marah. Berikan sebanyak-banyaknya perhatian dan cinta. Jangan kasar dilawan kasar. Kalau marah diamkan. Hadapi dengan lembut."
Saya tahu, karena itu adalah saya. Introvert.
Ada lagi istri kedua yang curhat. Sulit menerima suami yang kurang perhatian. Pikirannya terus terfokus pada rasa kecewa yang terpendam. Merasa takut memulai komunikasi agar hubungannya mencair dengan suami. Merasa kaku dan canggung memulai kemesraan. "Pasti introvert ya," kata saya. "Kok tahu?" Ya, karena itu saya. Walaupun saya bukan istri kedua.
Ada lagi postingan seorang akhwat. Saya jarang baca statusnya. Tetapi sekali waktu curcolnya lewat. Dia cuma dua tahun melalui pernikahan. Pisah. Lalu selalu gagal ketika ada pria-pria ikhtiar ingin ta'aruf dengannya.
"Mbak pasti introvert yang sulit menjalin hubungan interpersonal," tebak saya.
"Betul Mbak," jawabnya. Saya tahu, karena, sekali lagi, itu saya.
Benar. Menjadi pribadi introvert itu sangat sulit. Ketika menikah, bertemu pasangan dengan karakter apapun, tetap akan sulit. Persoalannya terletak di mindset. Rasa minder, canggung, cemas, dan emosi yang tidak stabil. Sangat berpotensi terjadi gesekan dengan pasangan. Andai tidak segera menerapi diri sendiri, mungkin sudah lama saya memutuskan pisah.
Introvert cenderung menyukai kegiatan produktif. Ia lebih suka berkutat tentang suatu hal yang dianggapnya berguna. Daripada buang waktu bercengkerama. Komunikasi menjadi kurang baginya. Inilah salah satu sumber problema.
Beruntung Allah SWT memberikan saya jalan keluar. Beruntung saya biasa menganalisa. Beruntung saya penulis yang biasa mengurai sebuah keruwetan.
Soal komunikasi, saya rumuskan di modul Couple Talk. Ternyata introvert bisa mengatasi kendala komunikasi. Bahkan bisa menjadi pakarnya. Asal tahu rumusnya. Saya sudah mencoba.
Lalu Allah menuntun saya melakukan terapi diri. Membuat sugesti-sugesti yang intinya, saya terlalu berharga untuk menderita. Kesembuhan dari depresi saya syukuri dengan berbagi.
Khususnya kepada sesama istri introvert. Tolong. Bersabarlah. Bangkitlah. Cintai diri sendiri. Be yourself. Pernikahan harusnya jadi tempat penyembuhan. Bukan semakin menenggelamkan. Bertahanlah.
Juga kepada para istri yang berjodoh dengan suami introvert. Tolong bersabarlah. Suami juga ujian. Tidak hanya yang introvert, semua suami di dunia ini dihadirkan Allah SWT di hadapan para istri sebagai ujian. Pilih taat, atau talak?
Bukankah Rasulullah SAW pernah mengingatkan, betapa neraka penghuninya kebanyakan wanita? Ya, sebab wanita banyak yang diuji dengan suaminya. Kerap, dengan tidak sabar, memuncaklah benih-benih kebencian. Berujung salam perpisahan.
Padahal jika bersabar sebentar saja, Allah pasti memberi jalan. Sebab, setelah kesulitan ada kemudahan. Setelah fase kritis, terbitlah fase stabil. Jika tidak ingin melaluinya membabi-buta, mari kita duduk muhasabah bersama.
Salam Strong!
Bogor, 6 Maret 2020
Oleh: Kholda Najiyah
Founder Komunitas Istri Strong (KIS) & Kelas Pasca Nikah Bengkel Istri
0 Komentar