Topswara.com -- Tahukah kawan kini peradaban dalam kegelapan?
Peradaban Islam yang agung mulia
Atas izin Allah dipergilirkan dengan peradaban lainnya
Komunisme sempat digdaya dilanjut kapitalisme durhaka
Peradaban apa yang dibangunutuhkan?
Siapa arsitek pembangunan peradaban?
Bagaimana mewujudkan peradaban mulia?
Bersama Imam Agungkah atau cukup di dalam dada?
Membangun peradaban meniscayakan perang ideologi besar
Corak komunisme menihilkan Tuhan dan lupa kalau manusia diciptakan
Siluet kapitalisme meminggirkan peran agama dalam mengatur kehidupan
Spirit Islam bersumber dari Wahyu dan diemban utusan pilihan
Peradaban Islam sudah dicontohkan dan dipraktikkan
Rasul mulia telah bertitah dan mendapatkan tuah
Sebuah peradaban dilandasi akidah Islam
Lantas ditopang dengan dakwah ke seluruh alam
Peradaban komunisme digdaya sebab ada negara
Peradaban kapitalisme digdaya sebab ada negara
Peradaban Islam digdaya sebab ada negara
Lalu, seperti apa mewujudkan peradaban Islam di masa kini?
Semenjak Barat bersama anteknya mengerat-erat penjaga peradaban Islam
Semenjak putra-putri Islam pikirannya terkooptasi ala berifikir Barat
Semenjak umat hidup dalam nikmat tak sadar syariah Islam dipinggirkan dan dijauhkan
Semenjak itu nasib pilu umat bertalu-talu
Sedih...Hina...
Terpinggirkan...Terpojokkan
Negara penjaga syariah dianggap masa lalu dan phobia
Syariah Islam diambil sebagian yang menguntungkan dan mengenakkan
Membangun peradaban dimulai dari pembinaan umat dengan tsaqafah Islam
Ditempa dalam pergulatan amar makruf nahi mungkar
Disatukan dalam ukhuwah Islamiah yang melewati batas biladiyah
Tidak perlu menunggu Ratu Adil datang yang entah apa definisi jelasnya
Membangun peradaban Islam
Seiring penerapan syariah kaffah dalam kehidupan
Umat rindu berada dalam ekosistem aturan keilahian
Umat rindu sang khalifah dambaan penerus manhaj kenabian
Adakah kawan yang siap berjuang?
Atau kawan sekadar berpangku tangan dan sinis doang?
Adakah kawan yang siap memanggul amanah suci?
Atau sekadar menonton dan berdendang mengahalangi dan mengunci?
Oleh: Hanif Kristianto
Analis Politik dan Media Pusat Kajian dan Analisis Data
0 Komentar