Topswara.com -- Saat ini wabah campak tengah merajalela. Berbagai daerah menampakkan data penderita campak yang kian serius. Di Bogor misalnya, sebanyak 18 warga terjangkit penyakit campak. Dan sempat dijadikan KLB, Kasus Luar Biasa (Radar Bogor, 26/1/2023).
Belasan kasus itu ditemukan di Kecamatan Tenjo, sehingga ditetapkan sebagai KLB. Para surveilans pun telah melakukan pemeriksaan epidemiologi dan meneliti spesimen para pasien yang didominasi para balita.
Surveilans pun mengungkapkan bahwa peningkatan kasus campak sebagai akibat dari penurunan jumlah vaksinasi campak pada masa pandemi. Target 95 persen dari jumlah balita, hanya mampu tercapai 83 persen yang menerima vaksinasi pada tahun 2022. Utamanya di wilayah Tenjo.
Penyakit campak dinyatakan lebih menular daripada penyakit akibat virus Covid 19. Pakar kesehatan Prof. Dr. dr. Hinky Hindra Irawan Satari, Sp. A, Subsp. I.P.T., M.TropPaed, mengungkapkan bahwa penyakit campak lebih menular dari COVID-19 dengan daya tular pada 12 hingga 13 orang di sekitar pasien (antaranews.com, 27/1/2023). Campak bersifat sangat menular, lima atau enam kali lipat lebih menular daripada Covid 19. Demikian ungkapnya.
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia, penyakit campak berbahaya karena menimbulkan komplikasi serius seperti pneunomia atau radang paru-paru, gangguan pendengaran dan penglihatan hingga diare akut (kompas.com, 28/1/2023).
Kementerian Kesehatan melaporkan telah menerima laporan 40 suspek campak dari 4 propinsi di Indonesia, diantaranya Nusa Tenggara Barat, Sumatera Barat, Maluku Utara dan Papua yang melaporkan campak di awal tahun 2023 (liputan6.com, 21/1/2023).
Penyakit yang umum menimpa anak di bawah lima tahun ini bisa saja menimpa siapa saja. Terutama pada orang-orang yang belum pernah terserang penyakit tersebut. Atau belum mendapatkan vaksinasi. Karena itulah penyakit ini merebak sebagai akibat penurunan angka vaksinasi campak selama pandemi 3 tahun terakhir.
Kesulitan ekonomi pun memicu berbagai keadaan ini. Akhirnya banyak anak mengalami kekurangan gizi. Akibatnya kekebalan tubuh pun tak dapat bekerja optimal menghadang serangan penyakit.
Merebaknya kembali penyakit campak merupakan cerminan gagalnya negara memberikan layanan kesehatan terbaik untuk masyarakat. Karena pelayanan kesehatan yang baik akan menciptakan penjagaan maksimal bagi seluruh rakyat terhadap segala jenis serangan penyakit.
Mirisnya, angka infeksi campak ini tinggi pada saat angka prevalensi stunting tinggi, yakni 21,6 persen. Angka stunting merupakan cerminan tingginya angka kemiskinan dan kelaparan yang menimpa lebih dari 26 juta rakyat negeri ini. Memprihatinkan.
Penyakit menular jenis apapun tak akan tuntas tersolusikan di bawah kendali sistem ekonomi kapitalisme yang sekuleristik. Karena sistem rusak ini tak pernah menjadikan pelayanan kesehatan rakyat sebagai prioritas utama.
Bahkan sistem ekonomi destruktif ini justru menciptakan kemiskinan sistemik yang menciptakan kezaliman tak henti di tengah kehidupan. Sumber daya alam yang seharusnya dikuasai negara demi kesejahteraan rakyat secara keseluruhan, malah dikuasai korporasi dan oligarki.
Tentu saja, pengelolaan semacam ini adalah pengelolaan yang keliru. Sedangkan negara mengandalkan pemasukan negara dari hutang dan pajak. Akibatnya nasib rakyat kian terkatung-katung. Karena mahalnya biaya kehidupan yang mencakup pangan, sandang, papan, kesehatan hingga pendidikan. Ditambah adanya kebutuhan pajak yang semakin mencekik. Akhirnya rakyat pun tinggal di tempat tinggal seadanya, dengan makanan yang tak mencukupi gizi harian. Menyedihkan.
Sistem kapitalisme menjadikan layanan kesehatan sebagai obyek kapitalisasi. Sehingga setiap pelayanannya terasa sangat mahal bagian sebagian besar masyarakat. Karena semua biaya ditanggung mandiri oleh rakyat. Meskipun ada layanan BPJS, namun ternyata prinsipnya tetap memberatkan rakyat. Sakit ataupun tidak, harus tetap membayar iuran kesehatan secara mandiri.
Lantas bagaimana akan hidup sehat di tengah-tengah sistem yang sakit seperti ini?
Semua fakta ini berkebalikan dengan prinsip yang diterapkan dalam sistem Islam. Islam mewajibkan negara menanggung seluruh kebutuhan pokok rakyatnya. Termasuk layanan kesehatan dan keamanan bagi seluruh rakyat.
Rasulullah SAW. bersabda,
"Setiap pemimpin adalah ra'in (pengurus rakyatnya) dan dia bertanggung jawab atas rakyat yang ia pimpin" (HR. Bukhori).
Negara bertanggung jawab penuh atas kesehatan seluruh rakyatnya. Dan dapat terhindar dari segala jenis penyakit menular apapun. Negara pun wajib memberikan regulasi yang jelas tentang pencegahan penyakit menular.
Diantaranya, menetapkan karantina wilayah, isolasi dan metode atau teknik lainnya agar penyakit menular tak semakin menyebar kemana-mana. Tanpa menghitung-hitung untung rugi yanh ditimbulkan dari setiap kebijakan yang ditetapkan. Karena keselamatan rakyat adalah prioritas utama.
Inilah refleksi syariat Islam yang telah mendarah daging dalam setiap pemimpin negara. Karena semua dilakukan demi meraih ridha Allah SWT. saja. Atas dasar iman dan takwa yang menyeluruh. Karakter pemimpin yang penuh iman dan takwa hanya dapat terwujud dalam sistem Islam. Bukan yang lain.
Sistem Islam-lah satu-satunya sistem yang layak dan amanah dalam mengurusi dan menjaga setiap nyawa rakyatnya. Tidak perlu ada keraguan di dalamnya jika kita mengaku sebagai muslim yang beriman. Dan hanya Islam-lah solusi cerdas yang tuntas menyelesaikan seluruh masalah kehidupan.
Wallahu a'lam bisshawwab.
Oleh: Yuke Octavianty
Forum Literasi Muslimah Bogor
0 Komentar