Topswara.com -- Di penghujung tahun, ada dua hari besar yang diperingati oleh masyarakat luas dan juga agama tertentu, yaitu perayaan Natal dan tahun baru. Euforia menyambut tahun baru, begitu kental terasa dan semakin meriah, karena bertepatan pula dengan hari libur sekolah.
Seperti di beritakan media, sebagian kota besar menyemarakkan natal dan tahun baru, seperti kota Surabaya yang mengubah wajahnya untuk menyambut hari natal, ornamen ornamen natalpun di pasang di penjuru kota itu. Seolah hari ke agamaan itu untuk di ikuti bersama, padahal kita tahu di negeri ini mayoritas Muslim.
Dengan kondisi yang ada, umat Muslim yang kurang memahami agamanya, ada yang ikut merayakannya, bahkan mengucapkan selamat, dan ada pula yang menjaga tempat peribadatan mereka. Seolah mereka tidak tau aturan agamanya, Padahal sudah jelas dalam keterangan dalil, bahwa "untuk mu agamamu untuk ku agamaku." Al Kafirun ayat terakhir.
Di sana tersirat bahwa untuk membiarkan mereka dengan agamanya, beribadah sesuai dengan ajarannya, umat Islam janganlah mengikutinya ataupun ikut ikutan urusan agamanya, itulah makna dari toleransi, yaitu membiarkan mereka menjalankan ibadahnya.
Dapat kita lihat, rusaknya ide sekuler, yang mengajarkan toleransi kebablasan. Mempropagandakan pluralisme, menurut hawa nafsu mereka padahal dalam Al-Qur'an jelas bahwa agama di sisi Allah adalah Islam.
Di sinilah harus ada peran negara dalam menjaga akidah ummat, yang berpegang teguh pada tuntutan syariat, bukan membiarkan umat termakan arus liberal dan moderasi.
Umat Islam harus tau bahwa, kita harus berpegang teguh agama-Nya mengikuti seruan Allah dan rasul-nya, kita harus tunduk pada Wahyu Allah, baik dalam keadaan suka atau tidak, itu bentuk ketaatan kita terhadap Nya. Jika Allah mewajibkan sesuatu, maka kita harus melakukannya, dan sebaliknya, jika Allah melarang sesuatu, maka kita harus meninggalkannya. Wallahu'alam bishawab
Oleh: Yulia
Pendidik Generasi
0 Komentar