Topswara.com -- Beras yang menjadi sumber makanan pokok di Indonesia memiliki banyak jenis dan beragam mutu, mulai dari premiun hingga medium. Tentunya harganya dari jenis beras satu dengan yang lain berbeda.
Laporan Bank Dunia menyebutkan, harga beras Indonesia termasuk paling tinggi di Asia Tenggara. Disisi lain, Indonesia punya ketentuan tentang standar kualitas beras. Acuan mutu beras melalui SNI 6128:2020. Dilansir dari pertanian go.id.SNI beras bersifat suka rela atau tidak wajib.Tempo.com.
Berbagai persoalan yang anda di negeri ini terjadi di segala sektor baik dibidang ekonomi sosial dan politik. Termasuk harga dan tersedia aneka pangan yang menjadi perbedaan antara Bank Dunia dan pemerintah Indonesia mengenai harga beras yang dinyatakan tinggi di Asia Tenggara. Faktanya harga beras yang ada itu tidak stabil dan cenderung meningkat.
Terlepas dari harga yang naik, dibalik itu ada satu pengelolaan mengenai pertanian mulai dari pembibitan, penanaman, pemeliharaan. Kemudian distribusi sampai proses menjadi beras, banyak faktor yang membuat harga melambung tinggi. Kebijakan ini mengakibatkan segala sektor mejadi sulit untuk menurunkan harga beras.
Sistem ekonomi kapitalisme yang di terapkan saat ini, menjadikan dari beragai kebutuhan pokok petani, pengelolan distribusi, menyebabkan tidak pernah stabil mengenai harga beras.
Dalam hal ini tingginya harga pangan dan turunnya daya beli masyarakat tidak bisa terlepas dari akumulasi kebijakan pemerintah yang dianggap tidak pro intensifikasi pertanian, malah makin membuat lesu produksi pertanian. Seperti berkurangnya subsidi pupuk benih yang membuat ongkos produksi menjadi semakin mahal. Pada saat yang sama kebijakan impor pangan malah dibuka lebar.
Walhasil harga pangan lokal kalah bersaing dengan harga pangan impor. Akibatnya semangat petani menanampun menjadi pudar, kemudian penurunan produksi yang menyebakan ketersedian pangan turut berkurang. Akibatnya ancaman bagi kedaulatan pangan.
Diberlakukannya sistem ekonomi kapitalisme karena sistem pemerintahan demokrasi yang rapuh dan hanya bisa menghasilkan penguasa rasa pengusaha. Karena terkait dengan mafia beras dan pemerintah seolah tidak bisa mengatasi dengan tuntas kondisi ini sehingga membuat rakyat menderita.
Adapun dalam pandangan Islam bagaimana memenuhi kebutuhan pokok rakyat itu adalah tugas yang seharusnya di emban oleh negara, dan sungguh negara akan menerapkan sistem ekonomi Islam yang berdiri di atas hukum syariat Islam, semua kebijakan yaitu berdasarkan kemaslahatan umat dan kebijakan yang diambil adalah bagaimana memenuhi kebutuhan pangan rakyat dan mudah mendapatkannya.
Kebijakan yang diambil dalam sistem pemerintahan Islam (khilafah), mempermudah dan nenguatkan kedaulatan pangan dengan memfasilitasi sarana dan prasarana dalam produksi, pemerintah selalu hadir untuk rakyat dan bukan untuk korporasi. Dan negara akan menjamin pemenuhan kebutuhan rakyatnya termasuk sandang, pangan dan papan, di bidang lainnya pendidikan , kesehatan dan keamanan .
Khilafah adalah suatu pilihan yag terbaik dalam sistem pemerintahan selama 14 abad, karena mensejahterakan penduduknya dengan sebaik-baiknya pengurusan.
Allah SWT berfirman dalam surat Al-A’raf [7]: 7 yang artinya:
“Dan sungguh Kami telah menempatan Kamu di muka bumi dan disana Kami sumber sediakan (sumber) penghidupan untukmu.
Surat Al-Mulk 15, “Allahlah yang menjadikan bumi ini unuk kamu yang mudah dijelajahi, maka jeljahilah di segala penjurunya, dan makanlah sebagian dari rejeki- Nya.”
Allah telah mnyediakan sumber penghidupan untuk manusia dikelola sesui dengan syriat yang datanya dari Allah SWT dan di kelola Negara untuk kesejahteraan rakyaknya menjadi rahmatan lil’ alaman, firman Allah SWT Srat Al-A’raf [7] : 96
وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰٓى اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ وَلٰكِنْ كَذَّبُوْا فَاَخَذْنٰهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ
”Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.”TQS (Al-‘Araf[7]: 96
Wallahu ‘alam bi ashawwab
Oleh: Kania Kurniaty
Aktivis Muslimah Ashabul Abrar Kayumanis Bogor
0 Komentar