Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Qariah Disawer Darurat Adab


Topswara.com -- Akhir-akhir ini pola tingkah manusia Indonesia semakin aneh. Kelakuannya jauh melampaui nalar manusia normal. Hilangnya adab dan rasa hormat, melanggar kesopanan, hingga lenyapnya rasa menghargai dalam diri dan hati sanubari mereka, tidak hanya kepada sesama manusia tetapi juga terhadap nilai-nilai agama. 

Dikutip dari kompas.com, qariah Nadia Hawasy angkat bicara usai videonya disawer saat mengaji Al-Qur'an viral di media sosial. Nadia mengaku merasa tidak dihargai dengan aksi sawer tersebut. "Saya merasa tidak dihargai," ujar Nadia dalam pesan singkatnya kepada Kompas.com, Jumat (6/1/2023). Namun, dia tidak bisa marah saat itu karena posisinya sedang mengaji. 

Dari cnnindonesia.com, 5/1/2023, Qariah Nadia Hawasyi juga mengatakan bahwa ia langsung menegur panitia usai disawer saat membacakan ayat suci Al-Qur'an di sebuah acara di Pandeglang, Banten. Nadia tidak terima diperlakukan seperti itu. Pernyataan itu disampaikan melalui akun instagramnya @nadia_hawasyi6050 dalam kolom komentar unggahan video yang memperlihatkan dirinya disawer saat ngaji. Video itu diunggah oleh Ustaz Hilmi. "Setelah saya turun panggung baru saya tegur panitianya," kata Nadia, Kamis (5/1). 

Nadia merasa tidak dihargai. Namun, saat orang-orang menyawer dengan uang, dia tidak bisa melakukan apapun karena sedang membacakan ayat suci. Nadia hanya bisa menahan kekesalannya sampai dirinya menyelesaikan pengajian. Nadia pun hanya bisa mencabuti uang-uang yang disempilkan di kepalanya. Dia baru bisa protes usai selesai membaca ayat suci. "Saya tidak mungkin langsung marah pada saat saya sedang ngaji. Makanya saya cuma cabut uang yang ada di kerudung saya," imbuhnya. 

Sekularisme Melahirkan Niradab 

Polah tingkah manusia yang telah menghilangkan kesakralan Al-Qur'an. Lantunan ayat yang dibacakan tidak lagi dapat menyentuh hati nurani mereka. Tindakan yang melukai hati qariah Nadia, yang disawer layaknya biduan dangdut. Pun telah menyakiti hati umat Islam. Semestinya kekhusyukan, kemuliaan, dan rasa menghargai bagi muslimah yang harus dilakukan. Bukan pelecehan laiknya perundungan bagi seorang wanita muslimah, ya, wanita muslimah. 

Begitulah kondisi saat ini. Telah jelas bagaimana sekularisme bekerja. Asas yang meniadakan hukum agama dari kehidupan telah berhasil membekukan manusia dari lantunan ayat-ayat Allah, Pencipta manusia. Pelecehen demi pelecehan terhadap Islam datang silih berganti. 

Tidak hanya Al-Qur'an dan muslimah, bahkan Allah dan Nabi pun tidak luput dari hinaan mereka. Semakin nampak arus sekularisasi benar-benar sudah membutakan hati manusia dan kaum muslimin. Sehingga pelecehan dan tindakan niradab dapat terjadi. Pemikiran umat pun semakin jauh dari Islam dan syariatnya. 

Ringkihnya Ideologi Kapitalisme 

Kasus ini adalah bukti betapa minimnya adab yang dimiliki masyarakat saat ini. Ideologi kapitalisme yang telah mendominasi negeri telah menjadikan asas sekularisme sebagai standar kehidupan. Hukum dibuat oleh manusia, dan menutup akses hukum agama buatan Tuhan. Pedoman hidup masyarakat bukan lagi halal dan haram, tetapi kemanfaatan dan materi. 

Dan bukanlah hal aneh jika tindakan pelecehan muslimah dan ayat-ayat Al-Qur'an telah dinormalisasikan dan dilindungi negara. Mereka menganggap tindakan saweran mendatangkan manfaat materi. Pun tak ada kata pelecehan bagi Islam, sehingga kasus pelecehan demi pelecehan kerap muncul ke permukaan tanpa dapat diredam apalagi dihilangkan. 

Mekanisme sistem pun telah merusak fungsi negara sebagai pengatur dan pengurus urusan rakyat demi mencapai hidup sejahtera, aman, dan tentram. Negara hanya menjadi pembuat kebijakan bagi kepentingan oligarki bukan rakyat keseluruhannya. 

Kepentingan kapitalis telah mengikis sendi-sendi kerakyatan. Hukum tajam ke bawah dan tumpul ke atas. Merambah hanya keduniawian dan mengukur kesejahteraan dari sisi materi dan kemanfaatan. 

Selama tidak ada delik aduan, maka hukum tidak akan dijatuhkan pada seseorang yang berbuat maksiat meski melanggar syari'at sekalipun. Seperti kasus disawernya qariah ini, selama tidak mengganggu dan dianggap wajar maka tidak akan terkena hukuman. 

Sudah menjadi hal yang lumrah di negara kapitalisme ini, masyarakat yang minim adab, dan akhlak yang jauh dari kata mulia. Betapa ringkih sistem saat ini, tak mampu mengatasi setiap persoalan manusia, apalagi melindungi kehormatan wanita. 

Materi mengalahkan adab

Sekulerisme sepertinya berhasil membunuh keimanan kaum muslimin hari ini. Standar materi yang dijadikan sandaran, mampu menggerus kewarasan akal maupun hati nurani masyarakatnya. Ini disebabkan jauhnya kaum muslimin dari pemahaman agama tersebab asas skulerisme. Tidak lagi seorangpun yang hormat terhadap ayat-ayat Al-Qur'an, karena materi membutakan cara pandang mereka terhadap sesuatu yang mereka lakukan. 

Islam telah mengajarkan kita tentang bagaimana adab memberi, tentu ada caranya. Bukan dengan cara yang menyamakan sesuatu yang mulia dengan sesuatu yang hina. Namun selama kapitalisme ini masih menjerat negeri muslim termasuk Indonesia, kita tidak akan menemukan adab dan kesopanan. Bak punggung merindukan rembulan, sepertinya itu perumpamaan yang pantas untuk menggambarkan situasi umat hari ini. 

Umat tidak lagi menemukan jatidirinya, hingga melupakan kesucian Al-Qur'an serta melupakan bahwa wanita juga harus dihormati. Dan itu akan terus menjadi polemik yang amat sulit dihentikan ketika Islam bukan menjadi problem solvernya. Memang sudah menjadi tabi'at dari kapitalisme ini yang memandang sesuatu bukan dari halal haram namun dari materi serta manfaat semata. 

Hilangnya Junnah Kaum Muslim 

Ketiadaan junnah bagi kaum muslimin adalah hal utama yang perlu diperhatikan. Tidak hanya pelecehan terhadap Islam, kehormatan wanita,  merajalela di banyak negeri. Namun, kemuliaan Al-Qur'an juga terus menerus diinjak injak tanpa siapapun mampu membelanya. 

Padahal, betapa mulianya Islam menempatkan kehormatan, apalagi bagi wanita, Nabi shalallahu alaihi wasallam mewasiatkan agar martabat muslimah dijaga, dihargai, dan dimuliakan, sabdanya: 

اِسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا 

“Aku wasiatkan kepada kalian untuk berbuat baik kepada para wanita.” (HR Muslim: 3729). 

Betapa mulianya perlakuan Nabi SAW. Sebagai pemimpin Islam saat itu di Madinah dalam menjaga harga diri seorang muslimah yang dilecehkan oleh seorang laki-laki Yahudi Bani Qainuqa yang berakhir dengan penyerangan dan pengusiran mereka. 

Juga kepada Al-Qur'an. Sebagai kitab suci dan pedoman hidup manusia, Al-Qur'an datang langsung dari Allah, Pencipta manusia, melalui malaikat Jibril yang disampaikan dengan wahyu kepada Nabi Muhammad SAW. Adalah hal yang penting untuk senantiasa dijaga oleh kaum muslimin dari semua penistaan. 

Apabila ayat-ayat Allah ini dibacakan, maka mendengarnya saja pun akan mendapatkan pahala apalagi membaca, memahami, dan menerapkannya dalam kehidupan. Karena Al-Qur'an adalah rahmat bagi manusia. Allah SWT. berfirman: 

أَوَلَمْ يَكْفِهِمْ أَنَّا أَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ يُتْلَىٰ عَلَيْهِمْ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَرَحْمَةً وَذِكْرَىٰ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ 

Dan apakah tidak cukup bagi mereka bahwasanya Kami telah menurunkan kepadamu al-kitab (al –Qur`ân) sedang ia (al-Qur’ân) dibacakan kepada mereka? Sesungguhnya dalam (al-Qur`ân) itu terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman. (QS. Al-Ankabût: 51) 

Begitu dahsyatnya pengaruh Al-Qur'an di zaman sahabat. Getaran hati bahkan aliran air mata telah meluluhkan jiwa mereka. Adalah nasihat dan pengingat saat ayat-ayat Allah dibacakan. Inilah kondisi yang selayaknya dilakukan kaum muslimin. 

Firman Allah dalam QS. Al-Anfal ayat 2 yang artinya :"Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetar hatinya, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, bertambah (kuat) imannya dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakal" (TQS. Al-Anfal : 2) 

Inilah yang semestinya ada di tengah kaum muslimin. Junnah atau pelindung yang akan mempersatukan umat di seluruh dunia. Yang mampu membela umat dari kezaliman serta menjaga kehormatan serta kemuliaan perempuan. Junnah yang hilang dari seorang pemimpin, akibat terhapusnya Islam dari kehidupan. 

Sistem kapitalisme yang diadopsi negara mayoritas Muslim termasuk Indonesia saat ini telah berhasil menghantarkan Islam dalam kondisi terpuruk yang dalam. Penistaan agama telah terang-terangan dihalalkan. Manusia tanpa adab dan jauh dari akhlak mulia banyak bertebaran. Kezaliman demi kezaliman banyak menimpa umat Islam. 

Tidakkah ada keinginan damai dan kesejahteraan ingin kita rasakan? Minim maksiat dan terhindar dari kezaliman adalah misi pemimpin Islam dalam menegakkan syariat Allah. Wallahu a'lam bish shawab.


Oleh: Antika Rahmawati
Aktivis Dakwah Masyarakat
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar