Topswara.com -- Album pemuda kini pemuda yang kehilangan jati diri, pemuda yang hidupnya lepas tak terkendali dalam kebebasan. Pemuda yang minus idealisme, pemuda yang krisis daya juang, pemuda yang “melambai”, generasi yang tidak produktif, generasi yang hedonis, tawuran, narkoba. Pemuda lemah dan tidak kritis, lanjut pada sebutan generasi yang tak peduli dan beberapa sebutan yang tidak jelas lainnya.
Album ini adalah memori pemuda yang jauh dari kata generasi terbaik. Jauh dari pemuda yang ber-amar makruf nahi mungkar.(Q.S. Ali Imran : 110) dan pemuda yang tumbuh jauh dari lingkungan kehidupan negara yang bersih.
Cukupkah album ini dibuka di akhir tahun 2022 dan ditutup lalu dilanjut ke tahun berikutnya? seperti apa kira-kira selanjutnya? Mau seperti apa lagi mereka? Selama ini hanya cukup dikritisi, dinasihati, sampai di sekolahkan tinggi-tinggi! Tetapi ruhnya mati.
Potret melalui pengaderan pemuda pada bidang pendidikan.
Gaung pendidikan untuk menjadikan insan yang bertakwa dan mencerdaskan kehidupan bangsa, gagal hanya sukses di teori dan pada stempel di kertas saja.
Terbukti sampai pada tingkat pendidikan pesantren pun sangat sulit untuk mewujudkan generasi yang shalih. Ini menunjukkan bahwa proses pendidikan di sekolah belum mampu mencetak generasi muda muslim yang taat syariat. Berarti, kerusakan generasi menandakan Indikasi gagal didik yang sistemis.
Keresahan tersebut dapat dirasakan langsung oleh Hj. Tingting Rohaeti sebagai mubaligah dan pengasuh pesantren. Beliau mengungkapkan perasaannya kerusakan santri disebabkan adanya dua regulasi. Yaitu:
“pertama undang-undang nomor 18/2019 pemerintah mewajibkan pesantren berasaskan Islam moderat atau wasathiyah yang mengedepankan toleransi dan kebangsaan”
Akibat penerapan moderasi ini, pesantren dilarang mengajarkan ajaran Islam tentang jihad dan khilafah. Bila pelajaran dilangsungkan mereka akan dilabeli radikal dan sarang teroris. Padahal nyatanya ini hanya memutar balikkan fakta saja. “Lempar batu sembunyi tangan” sebutnya. Lalu yang melakukan korupsi berjamaah itu disebut apa? Sedangkan yang mempelajari ajaran Islam di justifikasi sebagai seorang teroris!
“Kedua adanya kebijakan pemerintah melalui pemberdayaan ekonomi pesantren dengan program One Pesantren One Product (OPOP)” sepintas terlihat keren, tapi sesungguhnya mengganggu belajarnya santri. Karena mereka berpikir bercabang mencari materi, untuk mencukupi kebutuhannya. Ini sebenarnya cara pemerintah “cuci tangan dalam memfasilitasi pendidikan,” bebernya pada acara RATU (risalah Akhir Tahun) 2022: “Peduli Generasi Pemimpin Umat”, Sabtu (31-12-2022).
Ini fakta rusaknya generasi muda baru lewat beberapa poin di bidang pendidikan. Masalahnya menjadi krusial sebab tidak adanya kaitan yang jelas, antara kurikulum, para guru, dan negara.
Akhirnya dapat dipahami bahwa sistem pendidikan pada sistem negara saat ini tidak akan pernah memberikan ruang perubahan generasi yang sistemis. Hal ini terbentur pada kurikulum, peran guru, dan lingkungan yang tidak sinkron dan harmonis. Masing-masing di antaranya akan disibukkan diri supaya jauh dari aturan syariat.
Walaupun para guru sudah berupaya maksimal, namun selalu dibenturkan dengan regulasi dan kebijakan pemerintah.
Selamatkan Pemuda Peradaban Islam
Islam mampu mencetak pemuda Muslim yang produktif. Beralur dari pendidikan yang berbasis akidah Islam, didukung guru-guru berstandar dan lingkungan negara yang berideologi Islam, sebagai penyelenggara pemuda berperadaban Islam. Sebab selain sistem Islam tidak ada tempat aman yang mendukung perlindungan terbentuknya generasi muda yang saleh, produktif, berani dan kritis, beramar makruf nahi mungkar, serta berpaham Islam kaffah.
Pada pendidikan yang berbasis syariah output nya pemuda didik mempunyai qiyadah fikriyah Islam kaya norma, cerdas yang religius. Sebab agama dijadikan landasan berpikir dan bertindak. Dekat dengan unsur ketuhanan.
Tentu hal ini jauh dari perolehan cetakan sistem sekuler. Hasilnya kelihatan, kerusakan pemuda karena dibonsai oleh lingkungan dan sistem negara. Regulasi yang membrended guru dan murid untuk pisah menjauh dari agama. Yang seharusnya pendidikan agama diletakkan sebagai dasar penguat moral, menjadi lepas landas disekulerisasi dan liberalisasi.
Saatnya sekarang mengembalikan kerusakan lingkungan pemuda ini. Berarti harus ada energi pembangkit jiwanya untuk kembali. Jalanya, melalui kajian-kajian Islam kaffah, adalah satu-satunya cara menumbuhkan jiwa pejuang dengan pemahaman Islam yang benar, sampai energi pembangkit kepemudaannya timbul dan mencuat sangat kuat secara berjamaah untuk meraih kembali ke bisyarah Rasulullah mengembalikan kehidupan Islam.
Kondisi kebangkitan pemuda ini butuh dukungan dari semua pihak. Kesadaran mulai dari orang tua bahwa, para pemuda kini sedang dan sudah dirusak dijajah oleh sistem dunia, sistem demokrasi sekuler kapitalis. Yang membungkam pemuda dengan suguhan hipnotisnya seperti game, hari-hari pemuda selalu diwarnai kegalauan ingin ketemu fans-nya, dan juga melayang-layang dengan nafsu yang diwadahi kebebasannya. Seks bebas, miras, gangster, dan lain-lain.
Dukungan lain tak kalah penting adalah kontrol lingkungan/masyarakat. Yang akan mengingatkan kebenaran tindaknya. Dan terpenting adalah regulasi negara sebagai penyelenggara pemuda berakal sehat, saleh, dan siap menjaga negara dengan mabda Islam di dada.
Pesan ini, pesan yang harus segera diwujudkan demi keamanan dan ketahanan hidup bernegara di bawah institusi negara khilafah. Wahai pemuda bangkitlah. Identitas negara ada di pundakmu. Jadilah umat terbaik. Kami yakin bahwa generasi yang baik lahir dari sistem yang baik. Yaitu sistem Islam. Maka berjuanglah untuk tegaknya sistem Islam.
Semoga segera tercipta negara khilafah yang menaungi seluruh kebutuhan umatnya berkat pemuda tangguh peradaban bangsa.
Oleh: Titin
Owner Angkringan Jahe Merah
0 Komentar