Topswara.com -- Dunia memang penuh tipu daya, keindahannya semu. Apabila dikejar tidak akan memberi kepuasan, apabila ditinggalkan tidak akan membawa keberhasilan.
Manusia dituntut untuk memperlakukan dunia sebagaimana wajarnya yaitu menggenggamnya dengan tangannya saja dan tidak menggenggamnya dengan hatinya. Karena hati manusia harus dipenuhi dengan kehidupannya setelah di dunia.
Banyak orang yang terjebak mengejar kebahagiaan semu. Mati-matian mengejar dunia yang tidak bisa dibawa mati. Melalaikan kehidupan akhirat yang siap menuntut balas atas segala perbuatannya di dunia.
Inilah kehidupan, kita hidup sebentar untuk mempersiapkan kehidupan yang abadi. Siapa-siapa yang bisa memaknai kehidupan dengan benar, dia akan selamat.
Namun, jika tidak, dia akan sengsara sepanjang hayat. Memaknai kehidupan yang benar adalah memaknai siapa kita? Untuk apa hidup di muka bumi? Besok setelah mati akan ke mana? Inilah simpul besar yang harus diurai manusia agar mampu mengejar dan memaknai kebahagiaan hakiki.
"Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku." (TQS. Az-Zariat: 56).
"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi.” (Surah al-Qashash [28]:77).[] Ika Mawarningtyas
0 Komentar