Topswara.com -- Dunia ibarat bangkai wangi
Harum yang busuk tetap dicari
Rela manusia merengkuh dunia dengan susah
Atas nama kemapanan dan kesejahteraan semua
Kekayaan menjadi tolok ukur status
Pakaian, perhiasan, dan anak keturunan menambah deret ukur status
Sebuah cara pandang inderawi
Seolah abaikan pandangan ukhrawi
Jurus kaya-kaya dipamerkan semua
Demi harta dan bisa miliki semua
Ada yang rakus sampai harus menguasai isi bumi
Cara kapitalis memperkaya diri dan kroni
Kalau mau cepat kaya itu mudah
Jualan batu bara bukan batu bata
Jualan minyak bumi bukan minyak wangi
Jualan air kemasan bukan air comberan
Sesungguhnya air, api, dan padang rumput itu milik siapa?
Pemberian gratis Allah pada manusia tanpa diminta
Cukup itu semua dikelola dengan ramah
Apalagi kalau bukan dengan sistem syariah?
Sebenarnya hati ini tidak pernah cemas
Sebab dalam bumi pertiwi ada emas
Sayang seribu sayang itu dikuasai asing, Mas!!
Inilah yang akhirnya bikin lemas
Kok bisa bumi pertiwi kaya
Rakyat hidup seolah-olah terlunta
Kok bisa bumi pertiwi gemah ripah
Rakyat susah mendapat predikat sejahtera
Ah sudahlah...
Mungkin ini semacam igauan ingin kaya
Apa daya korporasi oligarki begitu sadisnya
Kepada Tuhan akhirnya berdoa:
"Ya Allah kapan pengelolaan kekayaan alam dikuasai negara lalu diberikan hasilnya kepada rakyat semua. Hingga rakyat hidup sejahtera tanpa minta-minta. Hingga semua sandang, pangan, papan dijamin negara. Plus pendidikan, kesehatan, dan keamanan gratis untuk semua."
Oleh: Hanif Kristianto
Analis Politik dan Media Pusat Kajian dan Analisis Data
0 Komentar