Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Hari Ibu Hanya Sekadar Euforia dan Seremoni Belaka


Topswara.com -- Dilansir oleh tirto.id pada 15/12/22, Peringatan Hari Ibu 2022 akan dilaksanakan pada 22 Desember. Tahun ini, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) telah membuat tema Hari Ibu 2022. Menurut KemenPPA, catatan penting dari Peringatan Hari Ibu di Indonesia adalah bukan perayaan Mother’s Day sebagaimana yang diperingati di negara lain. 

Pakar ekonomi dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Gadjah Mada, Poppy Ismalina Ph D menyebut data mengonfirmasi bahwa perempuan berperan besar dalam perekonomian. Karena itu, seharusnya perempuan menjadi faktor penting dalam penyusunan dan penerapan kebijakan, terkait krisis yang terjadi (www.voaindonesia.com).

“Perempuan adalah back bone dari perekonomian Indonesia. Maka ketika perempuan adalah kelompok yang paling terdampak, kelompok yang paling menderita atas krisis global ataupun perubahan iklim, ini harus mendapatkan perhatian khusus,” ujar Poppy dalam diskusi yang diselenggarakan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Jumat (16/12).

Dilansir oleh Republika.Co.Id,Menyambut peringatan Hari Ibu yang jatuh pada 22 Desember mendatang, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menggelar pameran bertema The Truth Inside You: Alunan Kisah Tentang Perempuan. Tema yang diangkat dalam pameran menampilkan kondisi dan peran perempuan dalam keseharian.

Menjadi seorang perempuan khususnya seorang ibu merupakan anugerah terbesar dari Allah. Karena pada dirinya terdapat karunia yang mulia. Namun pada hari ini perempuan sungguh jauh dari keadaan yang mulia, justru martabatnya sering dinistakan. Alih-alih diadakannnya peringatan hari ibu ini sebagai wadah dalam pemberdayaan perempuan tetapi isinya adalah ekploitasi bagi kaum perempuan.

Peringatan hari ibu sejatinya hanya sekedar euforia dan seremoni dalam hegemoni Barat. Hari ini, para ibu justru dibajak serta di eksploitasi hak dan peran mereka. Seharusnya ibu menjadi tiang daripada tonggak membangun generasi peradaban. Namun, sistem hari ini mengubah posisi, fungsi, dan peran ibu sebagai ladang eksploitasi. 

Tema utama PHI ke-94 adalah “Perempuan Berdaya Indonesia Maju” selain tema utama, ditetapkan sub tema untuk mendukung tema utama dimaksud, yang semuanya mengarah kepada pemberdayaan ekonomi. 

Pemberdayaan ekonomi kaum ibu selalu di atas namakan untuk meningkatkan perekonomian keluarga dan juga negara.  Pemberdayaan ekonomi kaum ibu sejatinya adalah eksploitasi karena pemberdayaan ibu seharusnya dikembalikan kepada peran utama ibu sebagai pendidik generasi calon pemimpin masa depan.

Pemberdayaan ekonomi dalam sistem kapitalistime telah melalaikan tugas utama ibu, karena fokus utamanya adalah meraup materi sebanyak mungkin. selain itu adanya kampanye terkait kesetaraan gender menambah ruwet. Sangat wajar dalam sistem kapitalisme sekularisme di mana dalam sistem ini ibu sangat mudah dirusak baik pemikiran, perasaan, serta jiwanya.

Sebenarnya adanya peringatan hari ibu merupakan ekploitasi terhadap perempuan khususnya para ibu. Peran ibu  dieksploitasi sebagai mesin pencetak uang, tenaga, pikiran semua dikerahkan untuk dieksploitasi dijadikan keuntungan sebesar-besarnya.

Pemberdayaan sebagai ibu generasi, tentu butuh sistem pendukung yang dibangun oleh negara. Oleh karenanya ibu bisa fokus dalam mengembangkan tugasnya dan tidak dibebani dengan kewajiban mencari nafkah.

Sistem pendukung tersebut yang baik dan tersistem adalah hanya dapat di rasakan dalam dukungan negara yang mengadopsi sistem Islam dalam sendi kehidupannya. Pemberdayaan ibu dalam Islam akan dikerahkan sebagaimana perannya yang sesuai dengan fitrahnya.

Sistem Islam akan benar-benar menjaga para perempuan apalagi ibu karena posisinya sangat mulia sebagaimana Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam pun menyebut nama ibu dengan sebutan tiga kali dalam sebuah hadis “seseorang datang kepada Rasulullah dan berkata, ‘wahai rasulullah kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali ? Nabi shallallahu alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ dan orang tersebut kembali bertanya kemudian siapa lagi ? Nabi shallallahu alaihi wasallam  menjawab, ‘Ibumu!’ orang tersebut bertanya kembali, kemudian siapa lagi? Beliau menjawa, ‘Ibumu!’ orang tersebut bertanya kembali, kemudian siapa lagi Nabi shallallahu alaihi wasallam  menjawab, kemudian ‘Ayahmu!’.(HR, Bukhari).

Dalam Islam pun berpandangan bahwa seorang ibu adalah guru pertama bagi anak-anaknya yakni mendidik anak-anaknya menjadi pejuang di jalan Allah dan mengerahkan setiap potensinya untuk menjadikan generasi tonggak peradaban.

Tugas seorang ibu dalam Islam merupakan sebagai ibu pengatur urusan rumah tangga bukanlah tugas yang ringan. Melainkan tugas yang sangat berat karena bukan hanya satu perkara yang dilakukan tetapi merupakan dasar pendidikan yang baik untuk generasi terbaik dalam membangun peradaban umat. 

Tugas ini sangat berkaitan erat dengan terbangunnya generasi khairu ummah yakni seorang perempuan adalah pemelihara di rumah suaminya, ia akan dimintai pertanggungjawaban mengenai apa yang menjadi tanggung jawab pemeliharaannya, (HR. Bukhari).

Islam memandang perempuan dan laki-laki sama. Yang membedakan adalah ketakwaan kepada Allah. Islam telah mengatur perempuan sesuai dengan fitrahnya. Oleh karena itu hanya sistem Islam yang mampu mensejahterakan kaum ibu. 

Oleh karena itu, wahai ibu peranmu sangatlah penting. Dari rahimulah akan lahir pejuang-pejuang Islam. Dari rahimu lahir generasi rabbani. Hanya sistem Islam yang mampu memanusiakan manusia, wallahu A’lam  Bissawab.


Oleh: Rasyidah
Mahasiswa STAI YPIQ Baubau
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar