Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Generasi Muda dalam Jebakan Paylater


Topswara.com -- Kecanggihan teknologi saat ini sangat luar biasa hingga melenakan masyarakat terutama generasi muda. Misalnya dalam urusan kebutuhan perut, style sampai urusan pinjaman dan bayar utang serba online. 

Serba digampangkan, pesan sekarang, bayarnya nanti, dan tanpa perhitungan langsung main klik saja. Uang belakangan yang penting barang datang demi memuaskan keinginan. Paylater dikatakan hadir sebagai solusi tanpa ribet. Benarkah?

Generasi muda saat ini mencari sesuatu yang instan, belanja apa saja, bisa tunda bayar dan bisa utang, paylater memberikan kemudahan tersebut dan apa yang diinginkan terpenuhi sekejap. Tanpa sadar sebenarnya masyarakat dan generasi muda saat ini berada dalam jebakan yang mematikan. Survei dari Katadata Insight Center dan Kredivo kepada 3.560 responden (Maret 2021), menuturkan sebanyak 55% masyarakat terhipnotis dengan paylater (bbc.com, 29/12/2022).

Kecenderungan terbesar yang terlilit utang adalah generasi muda kisaran umur di bawah 19 tahun sebagai penyumbang kasus pinjaman macet. Padahal mereka belum ada penghasilan sendiri, kebanyakan masih sekolah. Awalnya hanya iseng membeli benda kesukaan, lambat laun pesan lebih banyak, akhirnya kalap hingga tak sadar utang sudah menggunung disertai riba dan kompensasi keterlambatan.

Rata-rata kredit macetnya Rp. 2,8 juta perorang, angka fantastis dari kelompok umur lainnya, menurut Indef, 29/12/2022. Teknologi saat ini dijadikan sebagai alat transaksi generasi muda untuk memilih fasilitas kredit melalui platform online seperti paylater dibanding kredit perbankan. Minim persyaratan memberikan peluang banyak orang bisa lolos, padahal dari sisi keuangannya nol persen.

Kondisi ini menunjukkan bahwa generasi muda tidak mampu mengendalikan diri dengan rayuan paylater, tertawan hati mereka karena melihat berbagai iklan dan promo super murah yang dikemas cantik oleh marketing. Gaya hidup kapitalis yang serba konsumerisme dan hedonisme yang menghantam generasi muda saat ini telah dimanfaatkan oleh lintah darat untuk mengeruk keuntungan sebesar-besarnya. Pemanfaatan teknologi digital dengan merancang aplikasi untuk mempermudah melakukan utang justru sangat diincar masyarakat dan generasi saat ini.

Jika kita menilik kondisi saat ini tidak lepas dari peran negara. Hadirnya fintech (financial technology) adalah kemudahan fasilitas  yang di berikan oleh negara dengan syarat terdaftar di OJK (Otoritas Jasa Keuangan) artinya telah membuktikan keamanan sistem yang telah dibangun dan akuntabilitas layanan yang dihadirkan. 

Dengan begitu dapat memberikan bunga yang rendah tanpa utang, sehingga membantu masyarakat mengatasi kesulitan untuk berbelanja. Apakah ini semua dapat melindungi kepentingan konsumen, masyarat, dan generasi muda? 

Padahal jika dicermati, ini bukanlah jalan keluar yang komprehensif, tidak dapat menuntaskan masalah, hanya tambal sulam dan menjadi masalah baru bagi masa depan generasi muda. Jebakan kapitalisme semakin menambah penderitaan. Jelas sekali, bahwa utang dari paylater mengandung riba, hanya karena kejar dunia akhirat dilepas.

Sebagai Muslim, harusnya hidup dalam aturan Islam dengan memahami bahwa kita adalah hamba Allah yang hakikat hidupnya hanya untuk beribadah kepada Allah SWT. Ini harus menjadi dasar pertama dalam menjalani kehidupan. Menjadi pelindung dari segala godaan hidup konsumtif dan hedonistik. 

Dalam sistem Islam, tidak dibenarkan untuk hidup berlebihan apalagi berutang hanya untuk belanja keperluan yang tidak penting, menggunakan jasa utang dan ujung-ujungnya riba, jelas diharamkan dalam Islam. 

Allah menjelaskan dalam QS. Al-Baqarah: 275, “Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”.

Imam Ibnu Qudamah berkata: “Setiap pinjaman (qardh) yang mensyaratkan adanya tambahan padanya, maka tambahan itu adalah riba tanpa perbedaan pendapat [di kalangan Ulama].” (Ibnu Qudamah, Al Mughni, Juz IV, hlm. 360)

Dengan sistem Islam, pemuda akan terhindarkan dari jebakan fatamorgana dunia yang ditawarkan kapitalisme. Menggunakan standar halal haram dalam setiap aktivitasnya, pemuda akan terjamin hidupnya, aman dari godaan gaya hidup Barat, dan mendapatkan pendidikan yang berkualitas untuk mengantarkannya menjadi insan mulia.


Oleh: Mimi Husni 
(Aktivis Muslimah)
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar