Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Eksploitasi Anak Demi Popularitas


Topswara.com -- Aksi sepasang YouTuber Indonesia tengah mendapat perhatian dan kecaman para netizen. Pasalnya sang YouTuber beserta suaminya dan sang bayi menaiki jet ski tanpa pengamanan. 

Jelas aksi ini membahayakan keamanan sang bayi. Aksi ini pun mendapat kecaman dari media internasional.  Salah satu media asing asal Amerika, Insider, menyoroti aksi tersebut. Berita yang bertajuk "A YouTube mom with 30 million subscribers filmed her baby on a jet ski with no life jacket, sparking concern among viewers" (CNBCIndonesia.com, 11/1/2023), memberikan perhatian khusus tentang aksi tersebut.

Bagaimana tak mendapatkan perhatian, sang YouTuber mengunggah video cuplikan sang anak, menaiki jetski tanpa jaket pelampung. Dan hanya digendong satu tangan oleh sang ayah sambil mengendarai jetski. Dan video ini diunggah di akun media sosialnya.

Hal serupa pun pernah dilakukan oleh YouTuber asing yang juga merupakan orang tua. YouTuber tersebut merekam video anak mereka yang masih berusia 6 tahun, bermain ski tanpa alat pengaman keselamatan. Padahal, sebagian besar panduan keselamatan dari pabrik jetski menekankan agar seluruh penumpang jetski telah sempurna menyentuh lantai jetski dengan aman. 

Artinya, jetski tidak direkomendasikan bagi anak usia di bawah 13 tahun. Demi keselamatan pengendara. Tak hanya itu, pengendara jetski pun direkomendasikan agar selalu menggunakan perangkat keamanan, seperti jaket pelampung selama mengendarai jetski di tengah perairan luas. Lagi-lagi demi keamanan dan kenyamanan.

Demi konten dan popularitas, individu menjadi lalai dengan segala prosedur keselamatan. Bahkan cenderung menyepelekan aspek keamanan. Apalagi, sambil membawa bayi yang masih butuh pengamanan dan pengawasan. 

Perbuatan ini tentu saja merupakan salah satu bentuk eksploitasi terhadap anak, mirisnya lagi usia anak adalah bayi yang belum genap 1 tahun. Memprihatinkan.
Demi viewers segala bentuk aturan pun didobrak. Cerminan kapitalisme yang liberal sungguh tampak. Segala perbuatan dilakukan hanya berdasarkan keuntungan materi semata. 

Tak peduli atas segala bentuk bencana yang akan menimpa. Tentu perbuatan ini tak layak dijadikan contoh bagi ibu-ibu muda lainnya. Padahal, masih banyak pilihan jenis permainan yang memiliki nilai edukasi dan tak menimbulkan trauma atau ketakutan pada anak.

Namun, sayangnya, sistem ini justru menjegal seluruh aspek kehidupan. Dianggap sebagai sesuatu yang lumrah saat perbuatan sang YouTuber pujaan hati dijadikan panutan. Mem-booming-kan segala sesuatu dengan subscriber dan viewers jutaan. Hal ini tak boleh dibiarkan begitu saja. Ketenaran menjadi tujuan kehidupan. Tentu ini merusak arah pandang dan tujuan utama kehidupan. Hingga akhirnya timbulkan marabahaya dan kezaliman.

Negara pun seolah tak peduli dengan fakta yang ada. Setiap masalah yang ada dianggap sebagai masalah individu per individu. Sebetulnya terkait kasus tersebut, negara memiliki andil besar untuk menciptakan regulasi terkait konten-konten yang diizinkan beredar di tengah masyarakat. 

Konten unfaedah dilarang beredar dengan cara mem-blok server atau tegas memberikan sanksi kepada para pembuat konten. Agar tak terulang dan tidak ditiru oleh content creators lainnya. Namun, hal ini nampaknya mustahil dilakukan dalam sistem kapitalisme yang destruktif. Karena sistem ini mengemban ide kebebasan yang kebablasan.

Sistem kapitalisme liberal menciptakan kerusakan berpikir. Pemikiran barat dianggap sebagai sesuatu yang modern, keren dan kekinian. Wajar saja saat pola tindakan yang dilahirkan adalah tindakan absurd yang unfaedah. Diperparah dengan sifat sistem yang sekuleristik. Menjauhkan segala aturan agama dalam pengaturan kehidupan. Sempurnalah kerusakannya.

Islam memandang bahwa generasi adalah bibit unggul yang harus dijaga sejak kecil. Bahkan dijaga sejak dalam kandungan sang ibu. Generasi yang ada dipelihara dengan sebaik-baik kebijakan negara, mulai dari pemeliharaan, perawatan, serta edukasi menyeluruh tentang kehidupan tanpa mereduksi aturan agama di dalamnya. 

Segala aturan ditetapkan negara guna menjaga gemilangnya generasi. Karena sistem Islam sadar betul bahwa generasi adalah aset peradaban. Dari tangannya-lah perubahan dapat diraih demi tercapainya kebangkitan.

Sementara dari sisi keluarga, orang tua wajib menjaga anaknya sesuai perintah Allah SWT. Islam memberikan tuntunan tentang aturan seorang perempuan dalam merawat dan mendidik anak serta keluarganya. Termasuk menjaga keselamatan anak-anaknya. 

Islam pun menegaskan bahwa negara memiliki andil besar dalam pemeliharaan setiap warga negara termasuk menjaga keselamatan nyawa anak-anak.

Orang tua wajib mengawal keberlangsungan hidup setiap anaknya hingga dewasa dan siap menghadapi segala tantangan kehidupan. Sistem pendidikan berbasis akidah Islam pun dominan dibutuhkan. 

Agar setiap individu menyadari bahwa iman dan takwa adalah pondasi setiap aktivitas dalam kehidupan. Dan ini menjadi kewajiban utama bagi negara, yang memegang wewenang membentuk kebijakan berdasarkan syariat Islam. 

Akhirnya orang tua pun menyadari bahwa anak adalah harta paling berharga dan utama untuk dijaga sesuai aturan paling sempurna. Yaitu aturan (syariat) Islam yang dibingkai dalam sistem Islam dengan wadah kepemimpinan global untuk mengatur segala urusan rakyat.

Syariat Islam tegas menetapkan bahwa popularitas bukanlah hal dominan yang penting. Namun, keimanan dan ketakwaan setiap individu -lah yang menjadi nilai berharga bagi setiap insan. Dan inilah pembeda bagi setiap manusia di hadapan Allah SWT. Yang Maha Teliti PenghisabanNya.

Wallahu a'lam bisshawwab.


Oleh: Yuke Octavianty
Forum Literasi Muslimah Bogor
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar