Topswara.com -- Sekolah adalah tempat di mana cikal bakal generasi muda menjadi sosok pembangun peradaban gemilang di masa sekarang maupun yang akan datang. Berharap akan mendatangkan berbagai prestasi yang baik untuk diri, keluarga, dan negara. Tentu tidak terlepas dengan didikan ilmu yang mumpuni baik segi ilmu umum dan tsaqafah Islam, sehingga akhlak atau adab yang ditampilkannya adalah hal mulia bukan sebaliknya.
Namun, di zaman sekarang yang serba bebas tanpa bimbingan dari keluarga hingga negara, muncullah generasi yang tidak lagi menghormati orang yang lebih tua. Bertindak sesuka hati tanpa ada rasa malu.
Seperti kejadian yang baru beberapa hari ini viral, segerombolan remaja mengendarai kereta dan bertemu dengan seorang nenek yang fisiknya tidak bugar lagi, apakah remaja tersebut menolongnya hingga mengantarnya sampai ke rumah atau tempat yang dituju? Ternyata tidak, para remaja ini malah meledeki si nenek bahkan dengan sengaja menendang nenek sampai terjatuh, ironisnya bukannya meminta maaf dan menolongnya malah memvideokannya (kumparan.com, 20/11/2022).
Betapa mirisnya melihat generasi sekarang, potret buram pendidikan era demokrasi sekarang. Pendidikan modern tidak menjamin tingkah laku remaja.
Peran pemimpin dalam sistem demokrasi pun tidak aktif memantau setiap perkembangan generasi, alhasil mereka berbuat sesuka hati dengan dalih HAM.
Padahal, dengan tidak tegasnya pemimpin dalam memimpin dan tidak memantau perkembangan di dunia pendidikan, membuat sikap remaja dari tahun ke tahun bablasnya luar biasa selalu membuat masalah, apabila melakukan tindakan kriminal hukumannya sangat sedikit, dengan dalih masih dibawah umur.
Ketika pemimpin tidak tegas membuat aturan dan tidak adanya pemantauan secara intensif dalam pendidikan, maka kejadian bullying, tindakan kriminal, seks bebas akan terus bermunculan.
Yang dibutuhkan generasi remaja sekarang adalah perhatiannya pemimpin dengan memberikan pendidikan yang layak bagi mereka yang belum mendapatkan pendidikan layak, kemudian memberikan fasilitas yang mendukung kecerdasan dan berkembangnya kreativitas. Potensi yang mereka miliki diarahkan untuk perubahan bangsa, semakin mendekatkan diri kepada Allah.
Maka, dalam hal ini yang dibutuhkan generasi untuk mendukung perkembangan pendidikannya ke arah yang lebih baik, sehingga mampu mencetak generasi yang memiliki kepribadian Islam, kecerdasannya dapat dirasakan untuk siapa saja, dan mampu berkontribusi untuk Islam dan negara.
Sepanjang kegemilangan Islam, potret pendidikan tidak pernah mendatangkan kesuraman atau buram, tetapi selalu memancarkan kegemilangan. Mengapa bisa seperti itu? Karena pemimpinnya saja selalu menjalankan syariat Islam dalam segala lini kehidupan. Sehingga landasan pendidikan yang dipakai untuk generasi yakni hukum syarak.
Pendidikan yang ditanam untuk generasi Muslim dimulai dengan penanaman akidah dan keimanan, sehingga saat melakukan aktivitas standar yang dipakai adalah halal dan haram, sehingga segala aktivitasnya berlandaskan hukum syarak.
Ketika mau membully orang lain pun, secara otomatis remaja tersebut mampu berpikir jernih bahwa yang dilakukannya adalah tindakan tidak terpuji karena tidak mencerminkan sikap seorang mukmin.
Pastinya tidak terlepas adanya peran keluarga atau orang tua dalam membinanya agar menjadi generasi Muslim beriman dan bertakwa juga memiliki akhlak mulia yang mampu memuliakan manusia.
Tanpa peran keluarga, negara pun tidak bisa berbuat apa-apa sejatinya remaja memiliki sikap mulia tadi selalu berawal dari peran kedua orang tuanya. Karena pemimpin sebatas pembantu dan pemberi fasilitas terbaik saja, yang mengetahui kriteria remaja hanyalah kedua orang tuanya sehingga mampu membimbingnya ke arah yang lebih baik lagi.
Contohnya adalah hasil peran dan didikan orang tua Imam Syafi’i, bagaimana ekstra kerasnya ibunda Syafi’i yang mau membimbingnya menjadi sosok ulama saleh yang ilmunya bisa nikmati oleh siapa saja. Pemimpin di masanya adalah khalifah Harun Ar-Rasyid yang senantiasa bertanggungjawab kepada rakyat dan generasi di masanya, termasuklah kepada Imam Syafi’i.
Artinya, kehidupan generasi Islam terdahulu tidak terlepas adanya peran penting dari pemimpin dan keluarga yang saling melengkapi tumbuh dan berkembangnya remaja hingga mampu membangun peradaban yang tetap gemilang sepanjang 13 abad.
Apakah kaum Muslim sekarang tidak rindu dengan pendidikan yang begitu terjaga kecerdasannya dan istimewa dalam sistem kehidupan Islam?
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
اَفَحُكْمَ الْجَـاهِلِيَّةِ يَـبْغُوْنَ ۗ وَمَنْ اَحْسَنُ مِنَ اللّٰهِ حُكْمًا لِّـقَوْمٍ يُّوْقِنُوْنَ
“Apakah hukum jahiliah yang mereka kehendaki? (Hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang meyakini (agamanya)?”(QS. Al-Ma’idah [5]: 50).
Wallahualam bissawab.
Oleh: Muzaidah
Aktivis Muslimah
0 Komentar