Topswara.com -- Musibah gempa Cianjur beberapa waktu lalu masih menyisakan duka yang mendalam, khususnya bagi korban yang terdampak. Trauma, rasa takut dan khawatir munculnya guncangan susulan masih mereka rasakan.
Tidak berselang lama, musibah serupa kembali mengguncang Jawa barat. Tepatnya di Garut kemudian menyusul Sukabumi, yang konon terjadi akibat aktivitas pergeseran lempeng atau sesar lokal.
Dilansir dari Ayobandung.com, di Jawa Barat setidaknya terdapat 5 sesar yang aktif yaitu sesar Cileunyi-Tanjung Sari, sesar Jati, sesar Cicalengka, sesar legok Kole, dan sesar Lembang.
Kelima sesar tersebut memiliki kemungkinan dapat memicu gempa di Jawa Barat. Kepala sub-bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Wilayah Jawa Barat di Pusat Vulkanologi dan Bencana Geologi (PVMBG), Ahmad Solihin menyatakan bahwa Sesar Garsela terdapat di perbatasan Kabupaten Bandung hingga ke Garut bagian selatan.
Lebih lanjut ia mengungkapkan bahwa sesar Garsela mempunyai arah barat daya-timur laut dan dibagi kedalam dua segmen, yaitu: Rakutai (utara) dan Kencana (selatan) yang masing-masing mempunyai panjang 19 kilometer dan 17 kilometer.
Berdasarkan fakta diatas dapat disimpulkan bahwa Jawa Barat memiliki potensi gempa bumi yang tinggi, sehingga perlu meningkatkan kewaspadaan untuk meminimalisir kerusakan dan jatuhnya korban.
Bermodalkan informasi dari PVMBG tersebut, seharusnya negeri ini lebih siap dalam menghadapi bencana gempa bumi, pemerintah bisa melakukan pembenahan mitigasi bencana secara maksimal, melakukan edukasi terhadap masyarakat dan melakukan evakuasi pada wilayah yang akan terdampak, agar kerusakan dan korban bisa diminimalisir.
Namun yang terjadi di negeri ini tidak demikian, walau berkali-kali ditimpa bencana, tidak terlihat upaya pemerintah mengambil pelajaran, sehingga kerusakan dan korban berjatuhan pun tidak dapat dihindari.
Penanganan pun terkesan kurang sigap, bisa dilihat dari evakuasi korban tertimbun reruntuhan yang memakan waktu hingga berhari-hari, pendistribusian bantuan terhambat karena akses jalan yang rusak berat.
Inilah kenyataan yang terjadi dalam sistem kapitalisme. Standar materi yang mereka junjung tinggi membuat mereka menjadikan kemanfaatan sebagai patokan segala sesuatu. Penguasa yang sejatinya merupakan pengayom masyarakat, justru lebih memprioritaskan kepentingan para pemilik modal, walaupun harus mengorbankan rakyatnya sendiri.
Berbeda dengan sistem Islam yang fokus dalam mengayomi urusan individu dan masyarakat secara keseluruhan. Baik dalam hal kebutuhan makanan, pakaian dan tempat tinggal, yang merupakan kebutuhan pokok. Di samping itu, kesehatan, keamanan, pendidikan yang merupakan masalah pelayanan umum, menjadi hal lainnya yang harus dijamin oleh negara.
Tidak terkecuali penanggulangan untuk mencegah dan penanganan pasca terjadinya bencana, yang juga merupakan tanggung jawab negara khususnya penguasa. Karena kelak ia akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah SWT.
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW. dalam "Seorang imam adalah pemelihara dan pengatur urusan rakyatnya dan ia akan dimintai pertanggung-jawaban terhadap rakyatnya." (HR Muslim Bukhari).
Namun hal seperti itu tidak akan kita jumpai kecuali pada sistem pemerintahan dalam Islam yang akan menjamin penuh atas urusan rakyatnya tanpa melihat latar belakang kaya atau miskin, Muslim atau non muslim karena semua berhak mendapatkan perhatian dari pemerintah.
Sudah saatnya kita mencampakkan sistem kapitalisme yang hanya mementingkan urusan segelintir orang saja dan kembali menerapkan aturan Allah SWT. sebagaimana yang pernah dilakukan para sahabat dan para khalifah sepeninggal Rasulullah SAW. agar Islam menjadi rahmat bagi seluruh alam.
Wallahu a'lam bishawab
Oleh: Euis Purnama Sari
Sahabat Topswara
0 Komentar