Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Penanggulangan Bencana dalam Sistem Islam


Topswara.com -- Gempa berskala 5,6 SR dengan kedalaman 10 Km yang mengguncang Cianjur, pada hari Senin 23 November 2022, telah menewaskan 350 lebih korban jiwa. Gempa ini diduga karena adanya pergeseran Sesar Cimandiri yang mengakibatkan banyak rumah roboh dan ratusan orang menjadi korban karena tertimpa bangunan. 

Banyak warga yang terpaksa tidur/tinggal di tenda-tenda pengungsian karena berbagai pasilitas publik banyak yang rusak, sementara bantuan dari berbagai daerah, tidak semua bisa didistribusikan kepada seluruh korban yang terdampak gempa, padahal mereka sangat membutuhkan makanan, obat-obatan dan kebutuhan pokok lainnya. (Ayobandung.com, 24/11/2022)

Negeri ini sudah lama dikenal sebagai daerah rawan gempa, tetapi gempa itu sendiri tidak dapat diprediksi kapan datangnya, apalagi dicegah atau dihalangi. Seperti yang terjadi di daerah Cianjur yang dilalui Sesar Cimandiri yaitu patahan geser aktif sepanjang kurang lebih 100 kilometer. 

Gempa Cianjur termasuk gempa dangkal dengan dampak kerusakan yang cukup besar. Bangunan roboh, tanah longsor, dan ratusan warga tertimbun tanah serta runtuhan gedung. Hingga hari ini pun para korban masih tinggal di pengungsian dengan keadaan yang seadanya.

Apa yang menimpa masyarakat Cianjur dan warga lainnya akibat musibah gempa, adalah kesedihan kita bersama sekaligus momen introspeksi. Baik individu, masyarakat, atau negara harus sama-sama mencari solusi agar kejadian serupa tidak terulang. 

Di antaranya adalah edukasi tentang gempa dan penyebabnya, sehingga warga masyarakat tidak serampangan membangun rumah di atas jalur sesar. Negara dalam hal ini harus memberikan akses untuk memudahkan masyarakat membangun di area aman atau direlokasi ke tempat nyaman.

Jika musibah dan bencana alam terus terjadi, dimungkinkan karena faktor di atas tidak terealisasi. Terlebih lagi negara sebagai penanggung jawab urusan dan pelayanan publik masih belum berbuah riil dirasakan rakyat. 

Negara dianggap kurang serius memberi rasa aman kepada masyarakat. Hal ini wajar terjadi karena aturan yang diterapkan negara memang tidak didesain menyejahterakan atau pun melindungi rakyat. Aturan ini datang dari ideologi kufur bernama kapitalisme. Akibatnya, negara seolah lebih pro terhadap kelompok tertentu yang mempunyai keuntungan materi, sementara perhatian terhadap keadaan publik terabaikan.

Pelayanan serta mitigasi bencana sepertinya belum menjadi visi yang utama para pemangku kebijakan, baik preventif maupun kuratif. Untuk urusan publik negara banyak berdalih tak memiliki anggaran, sementara penyelenggaraan G20 di Bali kemarin negara mampu menggelontorkan biaya fantastis. 

Jika pun ada recovery yakni pemulihan atau kembali ke keadaan yang lebih baik, secara fisik dan mental, negara menyerahkannya pada individu masyarakat dan mengandalkan empati warga lain. 

Pembangunan pasca bencana pun tak jauh berbeda. Lambat dan kurang berorientasi pada kemaslahatan. Sebab, fasilitas publik yang dibangun masih berorientasi pada keuntungan dan pasar. Demikian pula banyak rakyat yang tidak mengerti mitigasi bencana, karena memang tidak paham dan tidak memperoleh simulasi dan penyuluhan. Mitigasi struktural, berupa pembangunan konstruksi tahan gempa dan non struktural hanya sekedar konsep semata. 

Dampak kepemimpinan sekuler kapitalistik membuat penguasa tidak memiliki sensitivitas dan keinginan yang serius untuk menyolusikan bencana. Minimnya perhatian negara terhadap bencana dan nasib rakyat, harusnya bisa membuka mata masyarakat bahwa sistem ini tak bisa menjadi solusi masalah publik. 

Masyarakat harus berupaya untuk mewujudkan adanya negara yang hadir dengan peran hakikinya. Sebab negeri ini butuh kepemimpinan politik yang berkarakter pelindung dan pelayan masyarakat sebagaimana dalam sistem pemerintahan Islam. Nabi SAW. bersabda; 

"Iman/pemimipin adalah pengurus  dan ia bertanggung jawab atas rakyat yang di urusnya." (HR Bukhari dan Muslim)

Pemimpin dalam Islam akan memberikan edukasi kepada rakyat mengenai bangunan seperti apa yang tahan gempa. Bahkan bukan hanya sekadar edukasi, tetapi juga akan menjamin tersedianya bahan-bahan bangunan untuk rumah tahan gempa dengan harga murah. 

Maka ketika terjadi gempa, bangunan/rumah yang telah dibangun sudah mampu menahan gempa, tidak runtuh dan ini tentu mencegah adanya korban jiwa saat gempa. Pemimpin akan mengatur tata ruang dan pembangunan kota yang dapat memudahkan penanganan ketika terjadi bencana. Atau menata pemukiman penduduk maupun bangunan lain secara keseluruhan agar tindakan evakuasi dapat berlangsung cepat.

Pemimpin juga akan menyediakan anggaran untuk menghadapi bencana yang bisa dikeluarkan dari pos zakat, kekayaan milik umum, maupun negara. Dengan demikian, penguasa bisa bertindak cepat tanpa membebani korban atau mengandalkan orang lain.  

Dalam sistem pemerintahan Islam, negara benar-benar berperan sebagai ra'in dan junnah bagi umat. Baik dalam kondisi normal atau kondisi abnormal seperti wabah bencana dan musibah. Negara akan menempuh langkah-langkah strategi yang bersifat preventif dan kuratif.

Kebijakan preventif dilakukan sebelum terjadinya bencana. Tujuannya, untuk mencegah atau menghindarkan penduduk dari bencana yang meliputi pembangunan sarana fisik. Negara akan bertindak tegas dalam kegiatan mitigasi bencana, khususnya dalam aspek pembangunan infrastruktur dan pengaturan tata kelola serta penempatan lahan yang dapat dijadikan tempat bermukim atau bukan. 

Bantuan logistik pun akan menjadi prioritas lainnya yang diperhitungkan dan disiapkan negara semisal makanan, pakaian, peralatan, air, obat-obatan, tenaga medis, serta ruang perawatan.

Adapun kebijakan kuratif, langkah ini dilakukan setelah terjadinya bencana yang meliputi, pertama, merecovery korban bencana agar mereka mendapat pelayanan yang baik selama dalam pengungsian. Memulihkan kondisi psikis agar tidak depresi, stres atau pun dampak psikologis lainnya, serta memenuhi kebutuhan vital, seperti makanan dan pakaian juga tempat tinggal yang memadai  obat-obatan serta pelayanan medis. 

Kedua, recovery lingkungan tempat tinggal, kantor-kantor pemerintahan, maupun tempat umum lainnya seperti tempat ibadah rumah sakit, pasar dan lain-lain, harus segera diperbaiki bahkan jika perlu negara akan merelokasi penduduk ke tempat-tempat lain yang lebih aman dan kondusif. 

Demikianlah langkah-langkah negara Islam dalam menangani bencana yang menimpa rakyatnya. Negara hadir membawa perannya sebagai pelayan umat dengan  berpegang teguh pada syariat Islam dalam menyelesaikan seluruh urusan rakyatnya. 

Negara juga akan mengajak kaum muslimin untuk banyak bertaubat, muhasabah dan muqarabah kepada Allah SWT. Sesungguhnya musibah yang menimpa manusia  merupakan ujian dan teguran dari Allah SWT. agar manusia kembali menjalankan seluruh syariahNya dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Wallahu A'lam bishawab.


Oleh: Popon Marliah
Sahabat Topswara 
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar