Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Pemberdayaan Ekonomi Perempuan, Propaganda Kapitalis


Topswara.com -- Narasi pemberdayaan ekonomi perempuan semakin kencang digaungkan. Pun bagi perempuan muslimah di Bekasi. Hal ini seolah menjadi angin segar bagi kaum muslimah yang dianggap sebagai kemuliaan bagi martabat perempuan itu sendiri. 

Sehingga negara turut memfasilitasinya, komunitas UMKM yang sebagian besar anggotanya adalah muslimah seolah membawa angin segar bagi kehidupan ekonomi mereka. Padahal, hal ini merupakan kedok propaganda kapitalisme untuk menjadikan muslimah sebagai pemutar roda ekonomi dan mengalihkan fitrahnya demi tujuan materi. 

Dalam rangka pemberdayaan ekonomi, pemerintah Bekasi Kota telah menyelanggarakan acara di gedung Sasana Kriya Ballrom Cerani Taman Mini Indonesia Indah Jakarta. Pada acara ini akan dilantik Wanita Bekasi Keren (WBK) yang juga dihadiri oleh sejumlah Pejabat Eselon II Kota Bekasi. Rabu,(7/12/12). 

Acara pelantikan ini juga menggandeng para UMKM Kota Bekasi dengan kemeriahan bazar dan pameran produk-produk hasil tangan wanita Bekasi, yang diharapkan akan menarik pengunjung untuk hadir dan menyaksikan pelaksanaan pelantikan di gedung Sasana Kriya TMII ini (Bekasikota.go.id, 7/12/2022) 

Berbagai macam stand bazar dipamerkan. Hasil produk lokal yang sudah sangat terkenal dan mampu bersaing terhadap produk luar negeri. Bahkan produk UMKM ini telah mampu menembus pasar ekspor sampai ke luar negeri. 

Wiwiek Hargono Tri Adhianto yakni Founder WBK sekaligus Ketua Tim Penggerak (PKK) Kota Bekasi menyampaikan pelantikan yang hari ini sudah dilantik berharap mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas terhadap program kerja kedepan Wanita Bekasi Keren (WBK) menciptakan inovasi unggul juga mengedepankan UMKM di Kota Bekasi sehingga kehadiran WBK ini mampu menjadi rolmodel oleh Kota Bekasi. 

“Wanita Bekasi Keren ini bukan hanyalah sekedar wanita yang hanya masak di dapur aja. Melainkan WBK ini ialah didalamnya orang-orang hebat yang mempunyai keberanian dan mempunyai ide kreativitas sehingga mampu menciptakan WBK ini semakin unggul dan berkembang pada bidang Ekonomi maupun lainnya”. Pungkas Wiwiek. 

Sejalan dengan itu, Ketua Umum Panitia Nasional Ministerial Conference on Women’s Empowerment (MCWE) G20 2022 Lenny N. Rosalin mengatakan bahwa pertemuan G20 mengangkat tema pemberdayaan perempuan di bidang ekonomi. Ini merupakan titik awal dalam mengatasi berbagai permasalahan terkait perempuan dan anak. 

Lenny mengatakan, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak telah memperoleh arahan dari Presiden untuk memberdayakan perempuan di bidang ekonomi, khususnya di bidang kewirausahaan yang berperspektif gender. Ia menambahkan, keluarga yang sejahtera dapat memberikan pendidikan dan kesehatan yang baik bagi anak-anak serta mencegah terjadinya kekerasan dalam rumah tangga. 

Tentunya, ada peran dari pejuang kesetaraan juga. Hak perempuan seolah abu-abu, karena memang semua demi kesejahteraan kaum perempuan secara ekonomi. Gaya hidup hedonis pun turut menuntut agar perempuan mandiri. Mandiri secara ekonomi agar mampu membeli barang yang mereka mau dengan uang sendiri. 

Hal ini yang akhirnya banyak juga menimbulkan konflik internal dalam keluarga seperti perceraian. Bakti istri seolah bukan lagi menjadi tujuan, dan ridha Allah lewat kepemimpinan suami terabaikan. Karena mereka mengira bahwa mereka sudah mapan secara ekonomi dan mandiri sehingga lupa akan baktinya pada suami mereka. 

Pemikiran sesat tersebut hanya lahir dari sistem yang lemah. Kapitalisme yang berasaskan skuler (pemisahan agama dari kehidupan) menjadikan pengaburan peran perempuan dan laki-laki. Kesetaraan selalu disuarakan tanpa henti lewat cara apapun. Termasuk narasi pemberdayaan ekonomi perempuan yang melibatkan banyak muslimah Bekasi. 

Mereka tidak menyadari bahwa sekulerisme tengah menyerang mereka untuk menjauhkan Islam dari benak kaum muslim termasuk perempuannya. Suatu negara akan hancur ketika kaum perempuan nya hancur pula. Gambaran itu telah terjadi di sistem kapitalisme saat ini. 

Banyaknya tugas yang terabaikan ibu yaitu mendidik dan mengasuh anak-anaknya. Yang akhirnya tak mampu menjadikan anak mereka shalih dan shalihah. Itu adalah fakta yang nampak jelas pada saat ini. Bahwa peradaban sekuler dan kapitalistik memberikan ruang yang buruk bagi perempuan. 
       
Tujuan Program Pemberdayaan Perempuan

Sekali lagi, pelantikan perempuan Bekasi KEREN ini merupakan strategi kapitalisme dan Barat dalam melenggangkan sepak terjang kehidupan sekuler ini. Program-program yang mengatasnamakan perlindungan dan kesejahteraan perempuan ini semua hanya omong kosong belaka. 

Tujuan sebenarnya, yang berasal dari pemerintahan kapitalis Barat adalah dalam rangka mengamankan keuntungan ekonomi bagi negara. Pada akhirnya, ini membuat kaum perempuan kehilangan peran keibuan, merampok hak-hak anak mereka, dan berdampak biaya yang besar bagi kesejahteraan perempuan dan masyarakat. 

Kapitalisme tidak benar-benar serius membawa kaum perempuan khususnya muslimah ini kepada kemuliaan dan kesejahteraan, melainkan semua narasi-narasi nya ini hanya propaganda yang menjerumuskan perempuan muslimah ke dalam kungkungan kesengsaraan. 

Perempuan yang seharusnya mampu menjadi ujung tonggak peradaban bagi masa mendatang, harus di aborsi perannya hanya demi kepentingan penguasa dan pemilik modal. 

Islam Memuliakan Kaum muslimah

Peradaban sekuler kapitalisme menjadikan laki-laki dan perempuan berkontribusi menyelesaikan kiris ekonomi yang dihadapi. Bahkan, para perempuan justru menjadi “sapi perah” bagi kepentingan kaum kapitalis. 

Di sisi lain, posisi negara dalam mengatur pemenuhan kebutuhan pokok keluarga adalah sekadar regulator yang membuat berbagai paket kebijakan untuk mendorong perempuan ikut berperan ekonomi. Adapun peran negara dalam memenuhi kebutuhan pokok massal (pendidikan, kesehatan, dan keamanan) adalah dengan memprivatisasi layanan pendidikan dan kesehatan akibat keterbatasan keuangan negara. 

Sangat berbeda dengan peradaban Islam dalam kepemimpinan khilafah. Sistem ini menuntut penguasa untuk melayani dan menyejahterakan rakyatnya. Hasilnya, terbentuklah ekonomi rakyat laki-laki dan perempuan yang kukuh yang mampu memenuhi kebutuhan primer, sekunder, hingga tersier dengan kualitas terbaik. 

Khalifah melayani untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya, bukan berhitung keuntungan (profit) sebagaimana kepala negara sistem demokrasi. Dalam khilafah, tidak akan ada perempuan yang terpaksa bekerja mencari nafkah dan mengabaikan kewajibannya sebagai istri dan ibu. Sekalipun Islam tidak melarang perempuan bekerja, mereka bekerja semata mengamalkan ilmu untuk kemaslahatan umat, sedangkan tanggung jawab sebagai istri dan ibu akan tetap terlaksana. (Muslimahnews.id) 

Seperti sabda Nabi SAW. Tentang mulianya kedudukan wanita, "Dunia adalah perhiasan, sebaik-baiknya perhiasan dunia adalah istri yang shalihah.” (HR. Muslim dari Abdullah bin Amr) hadis ini jelas bahwa kedudukan seorang wanita dimata Allah adalah sedemikian mulianya, ketika ia menjadi seorang istri maka ia diberi kedudukan yg tinggi yaitu seperti perhiasan dunia, maka darinya harus dijaga dengan baik. Ketika menjadi seorang ibu, maka surga ada pada telapak kakinya. 

Hal ini juga menunjukkan bahwa Islam benar-benar memposisikan wanita dengan sedemikian baik serta memuliakannya. Bukan seperti sistem hari ini yang memandang wanita itu hanya sebagai alat untuk mengumpulkan keuntungan ekonomi negara semata, menjadi mesin-mesin pencetak uang dan membunuh peran mereka sebagai seorang pengurus rumah tangga dan seorang pencetak generasi yang akan memperjuangkan agamanya kelak. Itu semua karena para penganut kapitalisme ini tak ingin hegemoni sistem ini runtuh jika perempuannya berhasil mencetak generasi yang 'rabbani'. 

Padahal, Allah telah menetapkan porsi masing-masing antara laki-laki dan perempuan dengan posisi mereka masing-masing. Apalagi terkait nafkah, Allah membebankan kewajiban mencari nafkah itu kepada laki-laki, karena memang Allah menetapkan laki-laki sebagai 'qawwam' yaitu pemimpin bagi istrinya, pemimpin disini artinya laki-laki ini harus mampu melindungi keluarganya, memberikan tempat tinggal bagi istri dan anaknya, dan nafkah lahir batin yang cukup. 

Seperti yang termaktub Pada Al-Qur'an Surah Al-Baqarah ayat 33 
وَعَلَى ٱلْمَوْلُودِ لَهُۥ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِٱلْمَعْرُوفِ

Artinya: “Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma'ruf.” Tetapi, kenyataannya dua dalil ini tidak direalisasikan untuk wanita masa kini. 

Wanita dalam sistem hari ini benar-benar sangat rendah karena mereka terus menerus dijadikan objek eksploitasi berkedok pemberdayaan dengan iming-iming kesejahteraan. Miris memang ketika pemerintah tak mampu menjadi ra'in bagi kaum muslimah yang seharusnya mereka menjadi ujung tonggak peradaban dimasa depan, harus menjadi tulang punggung bagi kehidupan mereka yang sebenarnya itu bukan lah kewajiban mereka. 

Sebagai pejuang, kita harus lebih speak up lagi sebagai bentuk cinta kita pada saudara kita di negeri ini dan dinegeri muslim yang lain juga. Kita tidak boleh bungkam atas apa yang terjadi saat ini, seperti yang kita tahu bahwa kondisi kaum muslimah hari ini tidak ideal karena banyak kebijakan bahkan beban ekonomi semua ditimpakan pada kaum muslimah. 

Jangan pernah lelah mengingatkan bahwa Islam lah yang mampu menjadi problem solver dalam setiap permasalahan muslimah hari ini. Yakinlah bahwa perjuangan kita takkan pernah sia-sia Dimata Allah. Kita berjuang sampai Allah katakan "pulang", jangan diam sampai Islam benar-benar kembali tegak. Allahuakbar !!



Oleh: Antika Rahmawati
Sahabat Topswara
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar