Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Meningkatnya HIV AIDS Buah Sistem Kapilalisme


Topswara.com -- Seks bebas dan L987 tidak lah asing lagi di tengah-tengah kita. Bahkan telah dijadikan budaya. Kaum-kaum seperti mereka memang sudah dibebaskan di berbagai negara. 

Dan di Indonesia sendiri, sudah banyak remaja terjangkit akan perilaku menyimpang tersebut. Karena tidak dibatasi, tetapi malah diberikan peluang. Maka akibatnya infeksi baru HIV/AIDS terus meningkat dan banyak menular pada perempuan dan anak.

Beberapa hari lalu, UNAIDS Indonesia, Jaringan Indonesia Positif, Ikatan Perempuan Positif Indonesia, Lentera Anak Pelangi dan Yayasan Pelita Ilmu membuat Aliansi Nasional untuk mengakhiri AIDS pada anak di Indonesia dalam memperingati Hari AIDS Sedunia pada 1 Desember 2022. 

Aliansi ini digagas untuk memperbaiki salah satu masalah yang paling mencolok dalam respon penanggulangan AIDS. Bila dilihat dari data epidemiologi UNAIDS menyebutkan bahwa hingga 2021 jumlah orang dengan HIV mencapai 38,4 juta jiwa. Ini sudah masuk dalam tingkat yang cukup tinggi. Lantas bagaimana fakta HIV di Indonesia sendiri?

Penderita HIV/AIDS di Indonesia

Dinas Kesehatan Kota Batam mencatat jumlah kenaikan kasus HIV/AIDS di Kota Batam mencapai 446 orang pada 2022. Yang mencengangkan, dari temuan Dinkes itu, disebutkan bahwa kasus kenaikan didominasi penyimpangan perilaku pasangan sejenis. 

Dari 446 kasus positif HIV/AIDS di Batam, diantaranya meliputi 333 pria dan 113 perempuan, terdiri dari 2.594 orang yang dites. Sedangkan meninggal dunia sebanyak 57 orang dari total 8.800 orang terindikasi positif HIV/AIDS. 

Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kota Batam, Melda Sari mengatakan, "Tahun ini ada sekitar empat ratusan lebih penderita HIV/AIDS, kalau kita akumulasi dari tahun 1992 hingga 2022, itu jumlah penderita HIV/AIDS mencapai 8.800 orang," ujar Imelda. (Liputan6.com)

Di Banda Aceh sendiri tercatat sebanyak 88 warga di daerah itu positif HIV/AIDS yang penularannya didominasi karena perilaku seks bebas. "Jadi total kasus positif HIV/AIDS di Kota Lhokseumawe mencapai 88 kasus. Rata-rata penularannya akibat seks bebas," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe, Safwaliza pada Jumat (2/12/2022). 

Safwaliza mengatakan, terjadi peningkatan delapan kasus pada 2022. Sedangkan kasus positif HIV/AIDS di Kota Lhokseumawe pada 2021 sebanyak 80 kasus. Selain seks bebas, penularan virus HIV/AIDS di kota yang berjuluk petro dolar tersebut juga disebabkan oleh homoseks. Selanjutnya, penularan terjadi melalui jarum suntik bagi pengguna narkotika. (REPUBLIKA.CO.ID)

Berbagai daerah sudah banyak yang terinfeksi dengan HIV/AIDS. Jika dihitung seluruh masyarakat Indonesia terdapat sekitar 543.100 orang hidup dengan HIV dengan estimasi 27 ribu kasus infeksi baru pada 2021. Sekitar 40 persen kasus infeksi baru terjadi pada perempuan, sedangkan lebih dari 51 persennya terjadi pada kelompok remaja (15-24 tahun) dan 12 persen infeksi baru pada anak. 

Dengan fakta yang dijelaskan di atas, kita tahu bahwa di Indonesia ternyata banyak yang terinfeksi HIV/AIDS, sehingga penularan terbesar ada pada perempuan, remaja dan anak. Penyebab tersebarnya ialah karena perbuatan zina yaitu dibiarkan seks bebas dengan dalih 'asal sama-sama suka' dan homoseks. 

Kebanyakan penderita HIV/AIDS tidak mendapatkan pengobatan yang serius, ada pula yang tidak mau berobat dengan alasan tidak memiliki biaya, tidak mendapatkan fasilitas kesehatan, serta tekanan dari lingkungan sekitarnya. Jadi pada kasus ini membutuhkan fasilitas dari negara langsung. Jika digantungkan pada setiap individu dengan kesulitan ekonomi, tentu bukan jalan keluar atau solusi yang tepat. 

Solusi Absurd Sekularisme bagi Penderita HIV/AIDS

AIDS adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus mematikan HIV. Dari berbagai data nasional serta internasional, ternyata ada beberapa faktor yang menyebabkan tersebarnya virus HIV tersebut. 

Pertama, ibu biologis positif HIV. Walau tidak semuanya menular namun ada kemungkinan bisa terjadi melalui tali plasenta dan ketika persalinan secara tidak sengaja darah atau cairan tertentu yang dimiliki ibu positif HIV dapat masuk dalam tubuh bayi. 

Kedua, sterilitas. Penularan bisa terjadi pada pengguna narkoba. Mereka membagi alat suntik untuk digunakan bersama. Ketika jarum tersebut dipakai oleh pemakai narkoba ODHA, lalu pengguna lainnya menggunakan alat yang sama, maka disitu lah penularan HIV terjadi. 

Ketiga, pemberian ASI oleh ibu positif HIV pada bayi dan ada pemberian cairan vagina. Dan faktor ini cukup beresiko tinggi bahkan HIV banyak tertular karena lecet atau luka mikro di puting atau sekitar puting. Sehingga virus yang ada di aliran darah ibu masuk ke saluran cerna bayi. 

Keempat, transfusi darah disebabkan adanya pertukaran, pencampuran, atau proses lainnya yang melibatkan kontak cairan darah ODHA. Beberapa di antaranya adalah donor darah yang dilakukan oleh pendonor positif HIV atau transfusi darah yang tercemar virus HIV. Kelima, hubungan seks juga menjadi faktor terbesar HIV dan selain gonta-ganti pasangan, gay juga yang menjadi faktor tertinggi.  

Dengan beragam faktor tersebut, jelas akan memberikan ketakutan kepada masyarakat. Dan dari berbagai data dan penyebab HIV/AIDS, kemudian kapitalis memberikan solusi ABC yaitu, pertama abstinence ditujukan khususnya pada masyarakat yang belum menikah agar tidak boleh melakukan seks di luar nikah. 

Kemudian, be faithful atau setia, ditujukan pada mereka yang telah memiliki pasangan untuk setia, tapi dengan pengaruh liberalisme (kebebasan) di era digitalisasi ini, media sangat mudah untuk masuk dan berbagai rangsangan pun hadir. Sehingga solusi ABC pun diberikan pada pilihan terakhir yakni kondom. Ketika berhubungan seksual, walau tidak dilegalkan dalam negara, namun untuk melindungi diri dari penularan tersebut. 

Solusi yang diberikan masih membiarkan yang namanya seks bebas, walau disarankan untuk menghindarinya. Namun, dengan munculnya solusi terakhir maka terbukalah pintu seks bebas tersebut. Secara tidak langsung difasilitasi oleh negara, walau tidak dilegalkan. 

Sehingga mereka semakin eksis, merasa aman karena ketidakadaan ketegasan dari negara. Bahkan tidak diprovokasi, apalagi pelaku datang dari publik figur yang memiliki pengaruh besar. Ditambah dengan fakta internasional yang bebas berekspresi sehingga dijadikan patokan bagi mereka. Kebebasan ini pun berlanjut pada penggunaan barang-barang terlarang, seperti sterilitas narkoba. 

Barang candu tersebut sudah beredar di berbagai daerah, bahkan penggunanya kebanyakan anak remaja. Sudah banyak yang tertangkap oleh pihak kepolisian, namun bukan berarti dapat menghentikan peredarannya. Karena pabrik produksi barang tersebut tetap berjalan. 

Ditambah keamanan negara yang kurang ketat dalam penjagaan, akan dengan mudah mereka memasukkan barang tersebut dalam negara dan jumlahnya tidak sedikit. Di berbagai diskotik, bar, hingga tongkrongan anak muda menjadi tempat penjualan narkoba. Memang pada faktanya kapitalisme lah yang memberikan fasilitas tanpa mempedulikan akan resiko yang dialami oleh masyarakat. 

Dalam pemahaman mereka yang paling menguntungkan itulah yang diterapkan. Seks bebas, homoseks, gay, penyebaran narkoba merupakan faktor yang menguntungkan untuk para kapitalis. Kesehatan masyarakat menjadi kepentingan terakhir yang dipikirkan oleh kapitalisme. 

Bila dianalisis, kapitalisme secara tidak langsung ingin mengurangi populasi manusia itu sendiri. Pada dasarnya kapitalisme memang dalang dari semua masalah, karena kebebasan yang dibiarkan menyalahi fitrah dari manusia. 

Sistem kapitalisme sendiri adalah pemisahan agama dari kehidupan dan memberikan kebebasan hidup dalam berperilaku. Sehingga semuanya disaring sesuai keuntungan. 

Sekalipun penderita HIV berjuta-juta korban, tidak akan dihiraukan dan hanya memberikan solusi yang ngawur. Meskipun mengharapkan ada solusi yang benar, pasti kapitalisme tidak memiliki solusi terhadap apapun problematika umat, karena pada dasarnya memang sudah rusak, sulit untuk diperbaiki. 

Islam Atasi HIV/AIDS

AIDS adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus mematikan HIV. Seperti yang sudah dijelaskan di atas, bahwa penyebabnya adalah seks bebas yang gonta-ganti pasangan, homoseksual dan anak hasil dari hubungan di luar nikah, bahkan yang menikah dengan pezina. Bagaimana khilafah menangani ini?

Islam sendiri sangat menjaga perempuan dan laki-laki, pergaulannya dipisah. Tidak boleh Ikhtilat (campur baur) kecuali dalam kondisi tertentu. Ditegaskan untuk tidak berkhalwat seperti duduk berduaan apalagi dengan Istilah 'pacaran'. 

Ditegaskan dalam hadis bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda, “Ingatlah, bahwa tidaklah seorang laki-laki itu berkhalwat dengan seorang wanita kecuali yang ketiganya adalah setan.” (HR. Ahmad, At-Tirmidzi dan Al-Hakim)

Dan Allah berfirman dalam Al-Qur'an surat Al-Isra ayat 32; "Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk."

Islam juga menganjurkan perempuan dan laki-laki untuk menutup aurat mereka secara sempurna, menjaga pandangan, dan tidak tabbarujj. Semua yang diperintahkan dan dilarang tersebut untuk menjaga perempuan dan laki-laki agar tidak jatuh dalam perbuatan zina. Hingga virus menular yang tidak diinginkan seperti HIV/AIDS menimpa. 

Penanganan terhadap HIV oleh khilafah akan dilakukan dengan memahami akar masalahnya. Dan penyakit AIDS ini muncul karena perbuatan menyimpang. Maka penderita HIV yang melakukan zina akan diberikan sanksi. Bagi yang sudah menikah akan diberikan hukuman berupa rajam (melempari batu hingga mati) agar virus itu tidak menular dan sebagai cara untuk menghentikannya, tentu sesuai dengan perbuatannya. 

Bagi yang belum menikah akan diberikan hukuman berupa jilid (dicambuk 100 kali), setelah itu baru diberikan perlakuan khas. Dan perlakuan khas akan diberikan kepada penderita HIV yang tidak berzina. Yang terpenting adalah kesehatan dalam daulah khilafah gratis seumur hidup bagi semua rakyatnya. Bagaimana dengan yang berduaan? Ternyata dalam khilafah, yang berkhalwat, berduaan dengan yang bukan mahram juga akan diberikan sanksi sesuai dengan perbuatannya. 

Walau hukumannya tidak ditemukan secara pasti, tapi akan tetap diberikan sanksi berupa ta'zir. Apa itu ta'zir? Ta'zir adalah hukuman atas perbuatan dosa (maksiat) yang hukumannya belum ditetapkan oleh pemerintah karena tidak ada nash yang jelas dalam Al-Qur'an dan Al-Hadis. 

Dengan penanganan yang dilakukan oleh khalifah dalam khilafah akan memberikan rasa jera terhadap pelaku zina, juga memberikan rasa takut pada oknum yang ingin berbuat zina dan dosa. Selain itu virus HIV akan berkurang, dan dapat terselesaikan. 

Dari fasilitas daulah yang gratis, membuat penderita HIV dapat dengan mudah melakukan pengobatan. Dan masyarakat juga tidak akan mengalami ketakutan terhadap penularan virus tersebut, seperti yang ada pada kapitalisme sekarang. 

Pencegahan yang dilakukan daulah, mampu untuk menyelesaikan secara tuntas. Sebab, aturan dalam daulah khilafah sangat tegas dan keras akan perbuatan yang diharamkan. Karena aturan yang diterapkan adalah bersumber dari Al-Qur'an (Allah) dan hadis (Rasul) dan yang akan menentukan pahala dan dosa. Bukan semata-mata karena keinginan dan kerakusan, serta menyalahgunakan kekuasaan atau zalim terhadap rakyat. 

Disimpulkan bahwa sistem kapitalisme tidak bisa dijadikan aturan hidup. Karena akan menimbulkan banyak masalah dan juga krisis solusi. Sedangkan sistem Islam begitu sangat detail mengatur kehidupan, baik dari bangun tidur hingga bangun negara. 

Semua problematika yang ada pasti akan ditemukan titik temu inti masalah itu dan diberikan solusinya, seperti pada isu HIV/AIDS dengan solusi-solusi Islam yang sudah disebutkan di atas, yang pada akhirnya akan menghilangkan penyakit HIV/AIDS. 

Karena Islam adalah ideologi yang mampu mengatur secara kaffah. Untuk bisa menjadikan Islam sebagai solusi utama untuk umat, kita harus menyingkirkan ideologi sekularisme kapitalisme atau sistem kufur itu dan menggantikannya dengan Islam. Menyingkirkan ideologi tersebut butuh proses yaitu dengan dakwah Islam ideologis dan mengkaji Islam dengan kelompok Islam ideologis.

Wallahu a'lam.


Oleh: Reni Fitriani
Sahabat Topswara
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar