Topswara.com -- Isu radikalisme kembali menghiasi panggung politik di negeri ini. Kali ini menjelang maupun sesudah pilpres. Radikalisme isu lama. Isu ini kembali dipropagandakan dan ditudingkan kepada kelompok-kelompok umat Islam yang dianggap bersebrangan dengan kepentingan negara-negara penjajah kafir Barat. Termasuk kepentingan status quo para penguasa boneka Barat di beberapa negara termasuk negara ini.
Tujuannya jelas yaitu untuk menakut-nakuti masyarakat termasuk umat Islam khusus. Bagi masyarakat umum akan semakin tertanam di dalam pemahaman mereka bahwa radikalisme adalah sebuah tindak kejahatan yang harus dijauhi bahkan dilawan. Bagi umat Islam, istilah ini akan menyebabkan mereka semakin menjauhi ajaran agamanya yang sempurna. Akibatnya keterikatan terhadap Islam akan semakin lemah.
Propaganda radikalisme juga akan melemahkan ghirah umat Islam dalam memperjuangkan ajaran agamanya, khususnya perjuangan penerapan syariat Islam secara kaffah dalam institusi khilafah. Ini tujuan utama dari propaganda radikalisme.
Sejatinya isu ini dimainkan dalam rangka menutupi kegagalan kapitalisme liberalisme di negeri ini. Korupsi menjerat para pejabat dan politisi semakin masif, penguasaan Sumber Daya Alam (SDA) oleh asing dan aseng semakin tarbendung, kenaikan BBM dan tarif dasar listrik, kebijakan pemungutan pajak yang semakin mencekik rakyat, penanggulangan bencana tidak pernah sesuai dengan yang dijanjikan.
Dengan fakta tersebut, sudah saatnya seluruh elemen umat Islam bersatu merapatkan barisan untuk melawan isu radikalisme yang dikembangkan barat dan para kompradornya di negeri ini. Solusi yang tepat untuk menepis isu radikalisme:
Pertama, mengungkapkan rencana jaahat masuk Islam secara makar dan persengkokolan para penguasa sekuler dengan negara negara imperialis Barat.
Ditujukan agar umat Islam mampu melihat dan menghindarkan diri dari kejahatan tersembunyi yang ada di balik maka dan persengkokolan tersebut dengan cara ini hubungan rakyat dengan penguasa sekuler bisa diguncang dan di runtuhkan hingga rakyat tidak lagi memberikan loyalitas kepada para penguasa sekuler akhirnya rakyat akan menyerahkan kekuasaannya kepada kelompok Islam yang benar benar ingin mewujudkan izzul Islam wall muslimin.
Kedua, meningkatkan kesadaran politik (wa’yu siyasi) kaum muslimin melalui edukasi yang bersifat terus menerus. Yang dimaksud dengan kesadaran politik di sini bukanlah seperti yang dipraktekkan politisi sekuler, tetapi kesadaran politik yang mendorong umat untuk memandang setiap persoalan dari sudut pandang akidah dan syariat Islam.
Ketiga, harus ada entitas Islam atau (ulama parpol Islam atau Ormas Islam, Gerakan Islam yang seluruh elemen umat Islam) yang senantiasa menjelaskan kepada umat dan seluruh elemen bangsa ini bahwa ancaman sesungguhnya terhadap bangsa dan negara ini adalah kapitalisme liberalisme beserta turunannya, bukanlah syariat Islam dan umatnya.
Salah satu bukti riilnyanya selama ini penerapan sistem ekonomi kapitalisme demokrasi, di negeri ini semakin terpuruk dan terjerat utang rentenir dunia yang semakin menggunung sehingga telah mencapai level bahaya.
Demikian isu perang melawan radikalisme sejatinya adalah perang melawan Islam dan umatnya. Umat dan bangsa harus menolak keras proyek radikalisme di Indonesia dan umat terus bersatu membebaskan negeri ini dari segala bentuk penjajahan Barat dan Timur dengan menerapkan syariat Islam secara kaffah dalam naunngan sistem khilafah. Itulah yang akan memberikan kebaikan, kesejahteraan dan kedamaian bagi seluruh umat manusia.
Wallahu’alam bi ash shawab
Oleh: Kania Kurniaty
Aktivis Muslimah Ashabul Abrar Kayumanis Bogor
0 Komentar