Topswara.com -- Bertahun silam seorang Mentan berseloroh, "Cabai mahal tanam sendiri." Dan kini ucapan itu menjadi nyata dengan dibagikannya bibit cabai untuk tekan inflasi. Cabai memang menjadi penyumbang terhadap inflasi yang merata terjadi di berbagai daerah termasuk Kalimantan Selatan.
Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) melalui Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kalsel membagikan bibit cabai ke seluruh SKPD lingkup Pemprov untuk mengendalikan inflasi di daerah. Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kalsel, Syamsir Rahman mengatakan proyek penanaman bibit ini merupakan arahan yang diberikan langsung dari Presiden Joko Widodo.
“Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), cabai merupakan salah satu komponen yang bergejolak menyumbangkan inflasi,” ucapnya di Banjarbaru, (Media Center, Portal Berita Kalimantan Selatan, 24/10/2022).
Menanam cabai memang mudah meskipun hasilnya tak selalu sesuai ekspetasi, kadang setiap hari hanya bisa dipetik 2-3 biji perpohonnya, untuk keperluan dapur sendiripun masih kurang. Apalagi yang punya bisnis kuliner kebutuhan cabai tidak mungkin dikelola sendiri, bisa-bisa banyak tutupnya sembari menunggu panen cabai. Pun tidak setiap keluarga sempat dan hobi bercocok tanam.
Menanam cabai atau sayur-sayuran yang lain di pekarangan rumah tentu tidak salah sebagai upaya ketahanan pangan dan hal ini pun sepertinya telah menjadi program dari TP PKK. Namun, adakah solusi lain yang lebih sistemik untuk mengurai problem ekonomi?
Penyebab Inflasi
Ada banyak penyebab inflasi, di antaranya adalah kurangnya produksi/penawaran dan banyaknya uang yang beredar di masyarakat. Ketika penawaran lebih sedikit dibanding dengan permintaan maka akan berakibat pada kenaikan harga. Dalam sistem ekonomi kapitalisme, problem ekonomi terletak pada kelangkaan.
Ketersediaan barang wajib diperhatikan dengan meningkatkan produksi bahkan impor untuk menutupi kebutuhan dalam negeri meskipun bisa jadi akan berdampak buruk pada produsen lokal. Pembagian bibit cabe apakah benar akan berpengaruh signifikan pada produksi?
Adapun banyaknya uang yang beredar di masyarakat diyakini para ekonom akan berpengaruh pada tingkat inflasi. Hal yang dapat dilakukan adalah melalui kebijakan moneter yang dilakukan pemerintah dengan cara menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar. Uang pun dapat dicetak sesuai keperluan. Namun kenyataannya nilai uang mudah sekali mengalami penurunan, harga barang barang terus bergerak naik.
Bagi generasi old tentu dapat merasakan jauhnya perbedaan harga barang-barang dimasa kecil mereka dengan masa kini. Jauh berbeda! Dengan menurunnya nilai uang maka kekayaan riil masyarakatpun menurun. Barang yang murah bisa saja tetap tidak terbeli.
Solusi Sistemis
Sistem ekonomi Islam memiliki solusi jitu untuk memecahkan persoalan ekonomi. Dalam Islam problem ekonomi adalah distribusi, sebab sumber daya yang ada dimuka bumi ini diyakini cukup untuk menghidupi semua makhluk yang ada di dalamnya. Persoalannya adalah bagaimana dapat terdistribusikan dengan baik.
Untuk mengatasi kelangkaan maka semua tanah harus produktif. Tanah-tanah mati boleh dihidupkan oleh masyarakat agar produktif. Tanah tidak boleh dianggurkan selama lebih dari 3 tahun.
Tanah bukanlah barang investasi seperti sekarang ini yang dianggurkan bertahun-tahun untuk menunggu kenaikan harga. Di sisi lain banyak petani yang tidak memiliki lahan dan hanya menjadi buruh tani penggarap.
Tanah-tanah ini dengan dukungan dari pemerintah akan dikelola secara profesional, bukan sekadar menanam cabai diwaktu senggang. Dengan produktivitas tanah maka problem produksi pangan dapat terurai dengan sendirinya.
Hal lain yang mengokohkan ekonomi Islam adalah digunakannya mata uang berbasis emas dan perak. Uang emas memiliki nilai intrinsik selain nilai nominalnya. Karena berbasis emas dan perak maka pencetakan uang tidak bisa semaunya penguasa yang dapat memicu inflasi, namun harus disesuaikan dengan ketersediaaan logam ini.
Secara zat, emas dan perak adalah barang berharga maka uang emas dan perak pun akan stabil nilainya. Terbukti, satu gram emas di masa lalu tetap bernilai sebagaimana di masa kini. Dengan stabilnya nilai uang, kekayaan riil masyarakat pun akan terjaga.
Lebih dari itu, eistem ekonomi Islam mengamanatkan pada penguasa untuk memperhatikan kesejahteraan rakyatnya secara individu per individu. Tidak menghitung secara global dari pendapatan perkapita yang menyimpan potensi ketimpangan ekonomi.
Setiap individu diayomi hingga mampu mandiri. Penyediaan lapangan kerja bagi setiap laki-laki hingga mampu memberi nafkah bagi keluarganya.
Inilah sedikit gambaran tentang keunggulan sistem ekonomi Islam yang penerapannya memerlukan political will dari penguasa. Dan hanya bisa berfungsi secara efektif jika Islam diterapkan secara sempurna.
Oleh: Ersa Rachmawati
(Pegiat Literasi)
0 Komentar