Topswara.com -- Meskipun Pemilu 2024 masih lama, tetapi partai-partai politik (parpol) mulai sibuk menyiapkan bakal calonnya agar bisa maju dalam pemilu. Serta menyusun strategi agar mendapat suara umat, yang salah satunya dengan opini ke pesantren-pesantren, para ulama, serta masyarakat luas yang diharapkan memberi dukungannya agar terpilih dan melaju hingga pemerintahan.
Hal ini pula yang dilakukan Gus Yusuf, Koordinator Nasional HISNU (Himpunan Santri Nusantara), dalam perayaan Maulid Nabi 1444 H, yang bertempat di pondok pesantren Al-Burdah 2, Kecamatan Cimaung, Kabupaten Bandung.
Acara ini dihadiri sekitar 2000 santri dari HISNU, serta para ulama, kiai, ulama, Habib dan tokoh masyarakat. Mereka semua menyatukan suaranya untuk memilih figur pemimpin yang dapat membawa bangsa ini kepada kemajuan dan kesejahteraan. Mereka menganggap bahwa sosok Ganjar lah yang tepat untuk maju jadi capres.
Sebab menurut HISNU, Sosok Ganjar di kalangan pesantren dan tokoh agama tidak asing lagi. Ganjar kerap mengunjungi pesantren dan menyalurkan bantuan untuk pesantren dan santri. Dari program-progam kerja Ganjar banyak mendorong moderasi beragama dan menyeterakan pendidikan pesantren dengan pendidikan formal.
Maka dari itu Gus Yusuf menyebutkan, bahwa banyak di kalangan pesantren dan ulama yang menginginkan Ganjar Pranowo menjadi capres 2024 mendatang. Serta semua lapisan masyarakat bisa menerimanya. (Sindownews.com, 22/10/2022)
Semua ini sudah menjadi rahasia umum, jika para elit politik berupaya meraih suara dan mencari dukungan, dari semua kalangan. Bahkan mereka tidak malu-malu lagi menampakkan dirinya agar terlihat meyakinkan sebagai sosok yang perhatian terhadap rakyat.
Dunia maya pun tak luput jadi sarana meraih dukungan dan simpati, meski terkadang cuitan dan komentar netizen demikian pedas dan penuh nyinyir terhadap sosok yang besebrangan dengan kriteria mereka. Bahkan bukan hal asing kalau akhirnya terjadi perang opini dari masing-masing kubu partai.
Gambaran tersebut merupakan kondisi dari politik demokrasi yang ada saat ini. Dan memungkinkan para elit parpol sibuk mendulang suara dengan berbagai cara tanpa memahami arti politik itu sendiri. Yakni bukan sekedar memilih tetapi mekanismenya harus sesuai dengan syariat atau tidak.
Oleh karena itu, kesadaran politik yang utuh harus dimiliki oleh rakyat agar perubahan terjadi juga pada sistem yang diterapkan yang berasaskan syariat Islam.
Dalam Islam, politik bermakna segala aktivitas yang terkait pengaturan urusan masyarakat agar mereka memahami apa saja yang berkaitan dengan kemaslahatan rakyat. Jika terdapat kebijakan yang jauh dari maslahat, masyarakat bisa melakukan muhasabah terhadap penguasa.
Posisi parpol itu tegak atas asas amar makruf nahi mungkar. Keberadaan partai politik pada akhirnya bisa selaras dengan aktivitas dakwah dan jihad. Sebagai seorang Muslim, kita juga wajib memahami dan menjalankan amar makruf di tengah masyarakat. aktivitas ini adalah spirit dalam praktik politik Islam.
Maka dari itu Islam sebagai ajaran yang bersumber dari wahyu merupakan ajaran yang komprehensif (kaffah) serta memiliki tuntunan kebajikan yang bersifat universal (syumuliyyah) dan meliputi seluruh aspek kehidupan (Mutakamil).
Islam juga mencakup tatanan mengenai kehidupan berbangsa dan bernegara, mengatur masalah sosial, ekonomi, politik dan kebudayaan. Karena secara maknanya politik adalah mengatur urusan umat. Sebab kalau tidak diatur dengan aturan yang benar, pasti akan rusak. Yang akhirnya aturan yang lahir sering menimbulkan benturan berbagai kepentingan manusia yang ada di dalam partai politik. Apalagi jika dikaitkan dengan aturan kekuasaan.
Dalam Islam, pemimpin dipilih berdasarkan aturan syariat. Seorang pemimpin dipilih berdasarkan pilihan umat melalui ahlul ahli wal aqdi. Merekalah yang menjadi wakil umat untuk memilih pemimpin yang layak bagi umat dan memenuhi syarat sebagai pemimpin, yaitu Islam, baligh, adil, berakal, mampu, dan merdeka. Mereka yang terpilih berdasarkan kredibilitas dan kualitas diri mereka dalam memimpin, bukan semata dukungan umat.
Dalam Islam juga umat tidak perlu disibukkan dengan mekanisme pemilihan yang menguras energi dan mengeluarkan biaya yang mahal, apalagi sampai menimbulkan korban. Waktu yang dibutuhkan tak lebih dari tiga hari untuk memilih kepala negara.
Mekanisme ini menutup celah praktik manipulasi atau kecurangan. Setelah kepala negara di bai'at dengan bai'at in'iqod dan bai'at taat. Jika semua sudah dijalankan maka telah sempurna kepemimpinan dalam Islam.
Karena itu kita harus berjuang dan menghadirkan pemimpin yang baik dan amanah dan dalam sistem yang baik yaitu sistem Islam. Melalui kepemimpinan yang baik dan peraturan yang bersumber dari Allah. Maka semua problem negeri ini akan terselesaikan dan terpecahkan.
Seperti dijelaskan dalam Al-Qur'an:
"Jika penduduk suatu negeri beriman dan bertakwa maka Allah akan membuka pintu-pintu keberkahan dari langit dan bumi." (QS. Al-A'raf: 96)
Jadi dengan pemimpin yang baik dan aturan Islam yang dipakai, serta melakukan aktivitas politik berdasarkan tuntunan Islam secara keseluruhan, maka negeri ini akan di mendapat keberkahan dunia hingga akhirat.
Wallahu a'lam bish-shawab
Oleh: Sujilah
Pegiat Dakwah
0 Komentar