Topswara.com -- Saat ini, di negeri yang mayoritas Muslim pun, pilihan dan perilaku anak muda sudah jauh dari standar hukum syarak, yang seharusnya menjadi standard pilihan dan perilaku umat Islam.
Iklim peradaban sekuler menggiring spirit kebebasan dalam berekspresi. Ikon-ikon kebebasan berekspresi laris manis di kalangan anak muda, maka niscaya liberalisme pun tumbuh subur. Kiblat generasi bergeser menjadi Barat sentris, Amerika sentris, Korea sentris, Eropa sentris, dan lain lain, yang semakin menjauh dari Islam sentris. Baik itu sentrisme terkait politik, ekonomi, sosial, pendidikan maupun budaya. Yang pasti, mempertahankan dan menyuburkan liberalisme hanya akan menghancurkan masa depan umat manusia.
Jati Diri Tidak Penting dalam Kapitalisme
Ingar bingar yang nampak dan sedang digandrungi saat ini merupakan identitas peradaban kapitalisme sekuler yang memang sedang "moncer" di kalangan anak muda. Karakter dan jati diri anak muda diombang ambingkan oleh tren yang dibuat oleh para kapitalis untuk menembak potensi pasar mereka.
Kpop, dugem, fashion, narkoba dan mabuk mabukan, seks bebas, LGBT, yang didalamnya lekat dengan berbagai mproduk dan jasa dari para kapitalis. Jati diri dan karakter yang kuat memang tidak penting dalam peradaban kapitalisme sekuler, yang penting adalah cuan dan kesenangan.
Sebagai contoh, telah terjadi belum lama ini event konser "Berdendang Bergoyang" di Istora Senayan dengan penonton yang membludak sampai over capacity, yang sebagian besar adalah anak muda (tvonews.com 30/10/2022).
Sebuah gambaran kedangkalan dalam mengambil pilihan aktivitas oleh sebagian anak muda, dan terlihat sekali bagi penyelenggara bahwa cuan lebih penting dari pada keamanan. Juga beberapa bulan lalu, ada Citayam fashion week (CFW) yang sukses menjadi magnet anak muda dan viral. Alasan berbagai pihak mendukung acara tersebut seperti, "dari pada: mabuk mabukan, narkoba, tawuran, dan lain-lain" merupakan alasan dangkal yang jauh dari pemikiran cemerlang. Memang, anak muda dengan pemikiran cemerlang hanya bisa diraih dengan perwujudan peradaban Islam, karena itu yang menjadi standar pemikiran dalam peradaban Islam.
Cemerlang Generasi Islam
Melihat fakta dan fenomena yang terjadi, tentu terwujudnya kembali peradaban Islam merupakan visi yang ideal bagi umat Islam. Meski bukan hal mudah dan sederhana untuk mewujudkannya. Tantangan jauhnya peradaban saat ini dari jati diri Islam jelas terlihat di depan mata. Menegakkan peradaban butuh perjuangan yang panjang dan upaya yang tinggi.
Dalam jejak sejarah, peradaban Islam pernah tegak di atas muka bumi lebih dari 13 abad. Hingga pada tahun 1924 runtuh dan digulung oleh peradaban kapitalis yang sekuler. Selanjutnya, akar dan pondasi peradaban Islam makin merapuh dan lemah mencengkeram. Generasi Islam pun makin lama semakin mudah terombang ambing dan menjauh dari kehidupan Islam karena terwarnai oleh sekularisme.
Aqliah makin tidak islami sehingga tidak bisa diandalkan menjadi pijakan nafsiah. Kepribadian Islam seperti fatamorgana. Terjadi distorsi pemahaman tentang Islam. Dimensi Islam yang seharusnya bulat utuh menjadi terpecah pecah dan kabur oleh pemahaman sekuler. Akidah Islam tidak lagi dijadikan sebagai standar pemikiran dan syariat Islam bukan lagi sebagai standar perilaku. Hal yang menjadi prinsip banyak dilanggar, bahkan banyak yang sudah tidak mengetahui.
Pada kondisi kritis, Syekh Taqiyuddin An-Nabhani menghadirkan karya karya brilian dan cemerlang. Visioner memahami kebutuhan zaman (umat) di masa depan akan pengetahuan keislaman yang kaffah yang sudah terkaburkan dan terengut oleh propaganda-propaganda sekularisme.
Pemikiran-pemikiran dan ijtihad beliau ini seperti mercusuar yang menerangi kegelapan memandu navigasi kapal pendakwah Islam kaffah, yang sedang berjuang mensukseskan tegaknya kembali peradaban Islam. Bagaimana peradaban Islam dibangun dari pribadi-pribadi Islam yang berpikiran mustanir (cemerlang), bagaikan membangun akar dibawah tanah yang berkembang dengan masif dan ekstensif. Dan efek luar biasa yang tumbuh di atasnya saat ini sangat kita rasakan.
Titian Peradaban
Meski peradaban Islam yang ditandai dengan tegaknya kembali kekhilafahan sudah dijanjikan Allah SWT, namun hal itu bukanlah sesuatu yang datang instan. Peradaban Islam bisa kembali ditegakkan hanya dengan komitmen yang tinggi dan keistiqamahan dalam berproses.
Sebagai langkah konkrit diawali dari pilihan-pilihan yang cerdas tentang hal positif dan sederhana yang diselesaikan secara konsisten dari waktu ke waktu, berjalan lurus diatas akidah Islam dan konsisten dalam garis thariqah (metode) dakwah Rasulullah SAW. Maka jika ini diakumulasi akan menghasilkan perbedaan yang radikal yaitu tegaknya peradaban Islam!
Peradaban Islam sendiri dikonsep oleh Allah SWT dengan visi yang menembus batas fana. Mengutus Rasulullah Muhamad SAW sebagaimana QS Al Anbiya 107, Allah berfirman, "Dan tidaklah Kami mengutus engkau (Muhamad) kecuali sebagai rahmat bagi seluruh alam".
Jadi peradaban Islam merupakan peradaban yang penuh rahmat bagi seluruh alam semesta, peradaban yang agung karena dirancang oleh Sang Pencipta Allah azza wajalla. Peradaban yang diridhai-Nya.
Apakah kita mau terlibat dalam proses ikhtiar, menjadi titian peradaban? Itu juga pilihan yang menguji kecerdasan kita. Yang jelas, itu sebuah keniscayaan yang harus dilalui dengan atau tanpa keterlibatan kita. Sebagai sunatullah, sebagai hal yang dinilai pemilik peradaban, meski kapan waktunya menjadi otoritas Sang Pencipta. Wallahu a'lam bishawab.[]
Oleh: Dyahwin
Aktivis Muslimah
0 Komentar