Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Solusi Islam dalam Menyelesaikan Masalah Kesehatan


Topswara.com -- Dunia kesehatan sedang tidak baik-baik saja. Setelah beberapa tahun bergulat dengan pandemi, berbagai permasalahan kesehatan lain pun terus bermunculan, diantaranya masalah kesehatan terhadap anak. 

Stunting dan gizi buruk adalah salah satunya, yang sampai saat ini belum mendapatkan solusi tuntas. Dan yang terbaru adalah fenomena gagal ginjal  akut yang sangat mengkhawatirkan, dan telah menelan banyak korban. 

Untuk itu Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bandung, Jawa Barat, mengingatkan masyarakat untuk segera melakukan antisipasi jika anak mengalami gejala-gejala penyakit gangguan ginjal akut atipikal. Kepala Dinkes Kabupaten Bandung Grace Mediana Purnami menyeru masyarakat untuk tidak menunggu terlalu lama ketika mendapati ciri serupa seperti: demam, batuk, pilek, diare, dalam waktu yang lama yakni 14 hari. (tribunnews.com, 21/10/22).

Merebaknya penyakit gangguan ginjal ini tidak terlepas dari kurangnya pengawasan dari BPOM. Sebagaimana dilansir CNN Indonesia Epidemiolog Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman, menyoroti lemahnya Badan Pengawas Obat Makanan (BPOM) dan pemerintah dalam mendeteksi obat yang mengandung senyawa berbahaya.

Obat-obatan yang mengandung senyawa berbahaya seperti etilon glikol (EG) dan dietilen glikol (DG) baru terdeteksi sekarang. Padahal, senyawa tersebut diduga menjadi penyebab gagal ginjal akut.

Dengan adanya kejadian ini, seharusnya pemerintah dan masyarakat menyadari bahwa ada kesalahan dalam tata kelola kesehatan di negeri ini. Karena aspek ini  tidak dapat dilepaskan dari pengawasan, lingkungan yang bersih, makanan yang bergizi, edukasi tentang pola hidup sehat, hingga perlindungan ketat dari pemerintah terhadap penyakit menular. 

Namun sayangnya terkait kasus gagal ginjal ini penanganannya sangat lah lamban, pengelolaan sistem kapitalisme fokus pada komersialisasi yang bisa diperdagangkan. Sistem ini telah melahirkan kebijakan yang hanya berputar pada persoalan uang, bisnis, dan keuntungan semata.

Setiap tahun subsidi kesehatan terus dikurangi. Negara hadir bukan sebagai pengurus urusan rakyat akan tetapi menjadi regulator untuk memuluskan bisnis para korporasi termasuk dalam bidang kesehatan. Tak heran jika kasus gagal ginjal sangat lamban tertangani. 

Berbeda dengan sistem Islam yang memandang anak sebagai bagian dari masyarakat yang wajib dipenuhi kebutuhannya. Dengan pemahaman ini negara akan sekuat tenaga melakukan yang terbaik. Mulai dari kebutuhan sandang, pangan, papannya, termasuk jaminan penyediaan fasilitas kesehatan yang memadai secara gratis, pemenuhan gizi, juga pemberian pendidikan yang merata baik di kota maupun di desa. 

Semua itu akan dilakukan negara dengan biaya yang diambil dari baitulmal, yang sumber pendapatannya diperoleh dari zakat, fa'i, kharaz, tanah tak bertuan, pengelolaan sumber daya alam dan lain-lain. Semua pendapatan itu bersifat tetap dan besar. Sehingga negara mampu memberikan pelayanan kesehatan yang memadai, gratis, berkualitas untuk seluruh rakyat. 

Semua bentuk pelayanan dilakukan negara bukan untuk mencari keuntungan akan tetapi semata-mata untuk mengurus kebutuhan seluruh masyarakat. Hal ini dilakukan atas dasar keimanan dan tanggung jawab. Karena semua itu akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT. Rasulullah SAW. bersabda:
"Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawabannya. Seorang imam adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawabannya" (HR.Bukhari). 

Atas dasar ini seorang khalifah diwajibkan menerapkan syariat Islam secara menyeluruh (kaffah), tak terkecuali dalam bidang kesehatan. Hal ini termasuk fungsi syariat hifdzun nafs (menjaga jiwa manusia). Untuk itu jika terjadi wabah, baik menular ataupun fenomena penyakit yang misterius maka penguasa akan segera bertindak. Bahkan jika belum diketahui penyebabnya, negara akan segera melakukan riset terkini agar dapat menanganinya secara cepat. 

Negara akan segera melakukan riset tentang standar pengobatan, instrumen dan obat-obatan terbaik bagi kesembuhan dan keselamatan jiwa pasien. Setelah ditemukan obatnya, negara akan memproduksi dan memberikannya secara gratis. Inilah sistem terbaik yang menjamin terpeliharanya jiwa manusia dan terjamin seluruh kebutuhan masyarakat.
Wallahu a'lam bish shawab.


Oleh: Sipa Putri Aningsih
Aktivis Dakwah
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar