Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Sekeluarga Membusuk di Dalam Rumah, Potret Buram Masyarakat Sekuler?


Topswara.com -- Beberapa waktu lalu muncul sebuah kasus yang terjadi di perumahan citra garden Kalides, Jakarta Barat yang di hebohkan satu keluarga meninggal dunia secara misteri. 

Tragedi ini terjadi pada kamis 10 November 2022 malam ungkap ketua RT 07 kelurahan Kalides,Asyung. Pihak Kepolisian masih mengusut kasus ini. Sebelumnya, sempat disebutkan jika penyebab kematian Rudyanto Gunawan (71) yang merupakan kepala rumah tangga, kemudian istrinya K. Margaretha Gunawan (68), anaknya Dian (42), serta adik ipar Rudiyanto, Budyanto Gunawan (68), akibat kelaparan. 

Para korban di temukan tewas di rumahnya dalam keadaan mayat yang sudah membusuk dan lambung yang tidak terdapat makanan sedikit pun. Namun, Ketua RT tersebut membantah ungkapan dari pihak kepolisian tersebut, ia mengatakan bahwa keluarga ini tergolong mampu sehingga narasi soal mati kelaparan tidak bisa dibenarkan.

Kenyataannya melihat apa yang ada di kompleks, kondisi rumah sudah jelas ini keluarga mampu, bukan juga tercatat sebagai penerima bantuan sosial. Ungkap Ketua RT tersebut. Meski demikian, Asyung mengamini keluarga tersebut tergolong tertutup dalam berinteraksi dengan warga sekitarnya. Bahkan, juga ke saudaranya.

Sejauh ini, hasil pemeriksaan tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan pada tubuh satu keluarga tewas di kalideres ini.
Melihat mayat yang sudah membusuk menandakan bahwa satu keluarga tersebut sudah tewas dalam waktu yang lama. 

Rumah korban yang berada di perumahan tersebut tidak lain pasti berdekatan dengan rumah masyarakat lain. Dimana kepedulian antar tetangga? Dimana rasa hubungan tetangga di lingkungan tersebut, apakah di sana sudah individualis? tidak ada kepedulian dan hubungan sosial kemanusiaan.

Tetangga adalah bagian kedua dari struktur kemasyarakatan terkecil setelah keluarga. Suatu masyarakat tidak mungkin terbentuk tanpa tetangga. Kehadirannya menjadi penyempurna peran manusia sebagai makhluk sosial. 

Sungguh, tersimpan maksud besar di balik tatanan kehidupan bertetangga yang diciptakan Allah SWT. Wajar saja jika malaikat Jibril tak pernah alpa berpesan agar senantiasa berbuat baik kepada tetangga. Sampai-sampai Nabi SAW yang menerima pesan itu sempat menduga bahwa tetangga adalah bagian dari ahli waris yang sah.

Manusia adalah mahluk sosial yang saling membutuhkan satu terhadap yang lainnya. Pantas kiranya jika seseorang saling memperhatikan sesamanya, saling tolong-menolong, bantu-membantu, dan saling harga-menghargai. Namun realita nya, masih di temukan individu di kalangan masyarakat tidak di pedulikan dan di abaikan. Dimana kah peran pemimpin saat ini? Pemimpin seharusnya memperhatikan kondisi masyarakat. 

Dalam kasus tersebut menandakan lemah nya peran pemimpin dalam memperhatikan masyarakatnya. pemerintah bertanggung jawab atas pemenuhan kebutuhan pokok dan terciptanya keseimbangan sosial sehingga tidak terjadi ketimpangan antara kaya dan miskin. Pemimpin seharusnya memperhatikan hal-hal seperti ini.

Sebagaimana yang telah di contohkan oleh Umar Bin Khattab. Kala itu krisis melanda Madinah. Korban sudah banyak berjatuhan. Jumlah orang-orang miskin terus bertambah. Khalifah Umar Bin Khatab yang merasa paling bertanggung jawab terhadap musibah itu, memerintahkan menyembelih hewan ternak untuk dibagi-bagikan pada penduduk. 

Ketika tiba waktu makan, para petugas memilihkan untuk Umar bagian yang menjadi kegemarannya: punuk dan hati unta. Ini merupakan kegemaran Umar sebelum masuk islam. “ Dari mana ini? Tanya Umar. “Dari hewan yang baru disembelih hari ini,” jawab mereka. “Tidak! Tidak!” kata Umar seraya menjauhkan hidangan lezat itu dari hadapannya. “Saya akan menjadi pemimpin paling buruk seandainya saya memakan daging lezat ini dan meninggalkan tulang-tulangnya untuk rakyat.” “Tidak! Tidak!” kata Umar seraya menjauhkan hidangan lezat itu dari hadapannya. “Saya akan menjadi pemimpin paling buruk seandainya saya memakan daging lezat ini dan meninggalkan tulang-tulangnya untuk rakyat.”

Kisah yang dipaparkan Khalid Muhammad Khalid dalam bukunya ar-Rijal Haular Rasul itu menggambarkan betapa besar perhatian Umar terhadap rakyatnya. Peristiwa seperti itu bukan hanya terjadi sekali saja. Kisah tentang pertemuan Umar dengan seorang ibu bersama anaknya yang sedang menangis kelaparan, begitu akrab di telinga kita. Ditengah nyenyaknya orang tidur. 

Ia berkeliling dan masuk sudut-sudut kota Madinah. Ketika bertemu seorang ibu dan anaknya yang sedang kelaparan, Umar sendiri yang pergi mengambil makanan. Ia sendiri juga yang memanggulnya, mengaduknya, memasaknya dan menghidangkannya untuk anak-anak itu. 

Kisah dari Umar seharusnya dapat di teladani oleh pemimpin kita saat ini, pemimpin yang hanya memperhatikan masyarakat dan melayani masyarakat sebagaimana yang telah di tetapkan oleh syariat. Hanya dalam naungan Islam lah hubungan sosial kemasyarakatan dapat terjalin dengan baik.



Oleh: Widi Eka Putri
Sahabat Topswara
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar