Topswara.com -- Teka-teki penyebab kematian satu keluarga di Kalideres, Jakarta Barat, masih menjadi misteri. Pihak kepolisian masih usut kasus ini. Sebelumnya, sempat disebutkan jika penyebab kematian Rudianto Gunawan (71) yang merupakan kepala rumah tangga, kemudian istrinya Margaretha Gunawan (68), anaknya Dian (42) serta adik ipar Rudianto , Budyanto Gunawan (68 ) akibat kelaparan. Terkait hari ini ketua RT 07/15 Perumahan Citra Garden, Tjong Tjie alias Asyung , membantahnya.
Asyung menyebut keluarga ini tergolong mampu sehingga generasi soal mati kelaparan tidak bisa dibenarkan. Minggu(13/11). Kumparan, news.
Saat ini hubungan sosial antar masyarakat termasuk hubungan bertetangga adalah individualisme, karena sistem yang diterapkan di dalam masyarakat adalah sekuler. Di mana kepedulian dan hubungan sudah tidak saling tolong menolong, apalagi di kawasan elit perumahan. Kasus ini juga menggambarkan lemahnya peran pemimpin umat dalam bentuk kepedulian terhadap rakyat.
Kondisi kehidupan sosial masyarakat Indonesia saat ini sangat memperhatikan, bukti ada gaya hidup berubah saat ini adalah individualisme yang merebak, seperti itu jadi pada Kasus Kalideres ini adalah akibat dari penerapan sistem kapitalisme, sehingga mereka sudah tidak peduli dengan keadaan lingkungan di wilayah mereka hidup.
Saat ini kehidupan sistem sekuler liberal ini mempengaruhi kehidupan masyarakat yang mengubah kehidupannya, tanpa berinteraksi dengan kelompok yang lain. Inilah yang terjadi, sistem sosial berdapak pada masyarakat, sehingga cenderung tidak mempedulikan lingkungan di mana dia tinggal.
Kejadian ini sangat keterlaluan, semua orang layak tahu aktivitas eksistensi individu melalui media sosial. Namun lebih dari itu, kita harus membuka diri, bahwa ketidaktahuan para tetangga akan tewas keluarga itu menunjukkan bahwa masyarakat disekitar tempat tinggal keluarga tersebut sudah terjangkit faham sekuler, sekaligus individualisme akut.
Sangat penting yang kita pahami bahwa hakikatnya manusia itu yang patut dikembalikan kepada zat yang Maha Menciptakan manusia sebagai makhluk sosial manusia tercipta sepaket dengan kelemahan dan kekhilafan, oleh karena itu manusia membutuhkan orang lain untuk berbagi ruang interaksi sosial, baik secara fisik berharap bertatap muka langsung maupun chatting, manusia juga membutuhkan orang lain untuk berbagi kebaikan serta rasa saling menjaga dan memelihara.
Interaksi sosial dalam Islam sebagaimana diketahui bahwa manusia diciptakan adalah sebagai makhluk yang sosial, dan memahami konsep masyarakat dalam pandangan Islam sebagaimana kehidupan ini adalah fitrah manusia dan masyarakat adalah sekumpulan orang orang yang memiliki perasaan, pemikiran dan aturan yang sama, dan dalam didalamnya terdapat interaksi sosial berdasarkan aturan Islam. Dalam Islam interaksi ini tidak terbatas dan yang sesama muslim, tetapi juga kepada tetangga yang nonmuslim.
Islam dengan tegas mengatur melihara tata cara bertetangga, Islam tidak memberikan ruang bagi perilaku individualis, karena perilaku ini mau mengamputasi hakikat makhluk sosial pada diri manusia. Rasulullah SAW bersabda: ”Sapa pun yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memulihkan tetangga nya, dan siapa pun beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia memulihkan tamu nya.” (HR Muslim).
Hadis atas adalah menganjurkan untuk berbuat baik tetangga. Memperhatikan tentang tetangga dalam bagian dari masa dari syariat Islam.
Dari Abu Dzar radhiallahu anhu, Rasulullah SAW. bersabda: ”Jika engkau mau masak kuah maka perbanyaklah lainnya dan perhatikan lah tetangga tetangga mu.“ (HR.Muslim).
Demikianlah interaksi sosial yang dicontohkan oleh nabi Muhammad SAW, bentuk interaksi sosial dengan tetangga dalam Islam tidak berarti kita harus selalu ketahui urusan individu nya tetapi harus mengetahui batas batas kehidupan khusus tetangga kita.
Allah SWT berfirman, ”Hai orang-orang berian, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada para penghuninya".
Bertetangga yang harus kita perhatikan seperti kewajiban mengetuk pintu ketika bertamu ke rumah tetangga, juga larangan mengintip melalui jendela ketika pemilik rumah belum membukakan pintu. Itulah salah satu syariat Islam yang mengatur interaksi dengan tetangga, sehingga aturan Islam itu adalah aturan yang paripurna yang menempatkan semua aspek interaksi sosial secara tepat dengan tata cara kehidupan tidak salah kaprah.
Wallahu’alam bi ash shawwab
Oleh: Kania Kurniaty
Aktivis Muslimah Ashabul Abrar Kayumanis Bogor
0 Komentar