Topswara.com -- Indonesia mengalami bonus demografi, namun apakah itu berita baik atau malah sebaliknya? Dilansir dari kemenkopmk.go.id (2/8/2022) Indonesia segera memasuki puncak bonus demografi pada tahun 2030 mendatang. Di masa itu, jumlah penduduk berusia produktif akan lebih banyak dibandingkan penduduk non produktif.
Per tahun 2020 saja, berdasarkan data BPS, jumlah penduduk usia produktif atau angkatan kerja sebanyak 140 juta jiwa dari total 270,20 juta jiwa penduduk indonesia. Apalagi pada tahun 2030, jumlah tersebut diperkirakan akan meningkat pesat.
Begitu besarnya bonus demografi yang akan didapatkan oleh Indonesia. Tentu saja potensi pemuda hari ini jangan sampai di sia-siakan. Karena dipundak mereka arah perubahan ditentukan.
Namun, jika kita lihat faktanya pemuda hari ini tidak dijadikan agen of change, malahan yang ada, mereka marak melakukan tindak kriminalitas. Seperti pembunuhan, seorang siswi SMA di Bantaeng, Sulawesi Selatan, M (17), dibunuh dan dimutilasi oleh pacarnya berinisial A (17). Menurut pengakuan A, ia membunuh M karena marah ditolak berhubungan seks. (CNN Indonesia 7/9/2022).
Kemudian tawuran, Polisi menangkap enam remaja yang diduga bakal melakukan tawuran di wilayah Teluknaga, Tangerang, Banten. Barang bukti senjata tajam jenis pedang turut disita. (detikNews.com 31/10/2022).
Maraknya pemuda yang melakukan kriminalitas karena mereka lahir dari sistem yang rusak yakni sekularime kapilalisme yang mana agama dijauhkan dari kehidupan.
Jangan sampai bonus demografi hari ini tidak membawa ke arah perubahan umat tetapi malah membawa pada kehancuran.
Seperti yang dilansir Kompas.com Polrestabes Semarang menangkap 16 pelaku pengedar dan pengguna narkob jenis sabu. Barang bukti seberat 139,2 gram telah diamankan oleh polisi. Dari 16 pelaku yang telah diamankan oleh polisi, terdapat dua residivis dan satu anak di bawah umur yang kedapatan terlibat dalam kasus tersebut. (16/8/2022).
Mengapa pemuda hari ini begitu rusak? Karena sistem yang kehidupan ini sudah rusak dari asalnya yakni sekularime liberalisme. Mengakibatkan pemuda krisis identitas, tidak tau arah tujuan hidup. Kebebasan yang mereka dambakan membawa pada kerusakan tidak hanya kerusakan individu tetapi bangsa dan negara.
Oleh karenanya sangat dibutuhkan peran negara untuk menjaga generasinya. Negaralah payung utama dari berbagai macam virus yang akan merusak generasi terutama virus pemikaran. Karena jika pemikirannya sudah dirusak akan mempengaruhi tingkah laku, cara memandang kehidupan ini.
Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda : “Sesungguhnya al-imam (khalifah) itu (laksana) perisai, dimana (orang-orang) akan berperang di belakangnya (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan)nya. Jika seorang imam (Khalifah) memerintahkan supaya takwa kepada Allah ’azza wajalla dan berlaku adil, maka dia (khalifah) mendapatkan pahala karenanya, dan jika dia memerintahkan selain itu, maka ia akan mendapatkan siksa.” (HR. Al-Bukhari, Muslim, An-Nasa’i, Abu Dawud, Ahmad).
Dalam payung negara Islam telah terbukti melahirkan generasi cemerlang, sebut saja Salahuddin Al Ayyubi yang mana dengan seizin Allah mampu membebaskan Palestina. Tidak rindukah kita dengan kehidupan yang sejahtera dibawah payung khilafah?
Oleh: Alfia Purwanti
Analis Mutiara Umat Institute
0 Komentar