Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Pengalihan Menuju Kompor dan Mobil Listrik Siapa yang Diuntungkan?


Topswara.com -- Guna mengurangi emisi karbon di Indonesia, pemerintah menghimbau agar rakyat beralih ke kompor induksi dan kendaraan listrik. Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, pun berpendapat sama bahwa pengalihan ini guna mewujudkan cita-cita Indonesia mengurangi emisi karbon, net zero emissions pada 2060. 

Himbauan tersebut sedang digembar-gemborkan pemerintah agar masyarakat beralih menggunakan kompor dan kendaraan listrik. Pemerintah telah 
melakukan uji coba dengan membagikan 2000 paket kompor listrik di Denpasar dan Solo. Dan ke depannya akan membagikan 300.000 paket kompor listrik dengan anggaran Rp540 triliun. 

Sangat ironis sekali pemerintah berani jor-joran hingga Rp540 triliun padahal belum lama mengeluh ketidakcukupan APBN hingga menaikkan harga BBM 2 kali per 2022. Pemerintah berdalih bahwa pemakaian kompor listrik lebih hemat hingga 10-15 persen dan memasak dapat dilakukan lebih cepat sehingga dapat meminimalisir pengeluaran 
rakyat. 

Secara sekilas mungkin peralihan menuju kompor dan kendaraan listrik ide yang bagus, menurunkan beban rakyat dalam dalam kebutuhan minyak dan bensin 
sehari-hari. Tetapi realitanya tarif listrik pun juga mahal. Setiap tahunnya mengalami kenaikkan dan per 1 Juli 2022 terdapat kenaikkan 17 persen hingga 36 persen. Di mana letak mengurangi beban rakyatnya? 

Selain kompor listrik, Presiden Joko Widodo juga memerintahkan untuk peralihan ke mobil listrik sesuai dengan Instruksi Presiden Republik Indonesia No.7 Tahun 2022 tentang penggunaan kendaraan listrik berbasis baterai sebagai kendaraan operasional dan atau kendaraan perorangan dinas instansi pemerintah pusat dan pemerintah daerah. 

Peralihan dari bahan bakar minyak (BBM) ke listrik ini dikaitkan dengan program 
energi bersih. Tujuannya untuk mengurangi emisi karbon dan berpindah ke energi yang lebih sustainable. Maksud dari peralihan energi ini memang bagus, tapi anehnya hulu pembangkit listrik saja masih didominasi batu bara dan BBM. Jadi end goal-nya di sini sebenarnya apa? 

Kalau memang ingin benar-benar menggunakan energi yang bersih seharusnya yang dilakukan pemerintah adalah mencari alternatif lain sebagai pembangkit listrik, misal sampah, kayu, dan panas bumi. Jika ini sudah dilakukan, baru make sense niat dari peralihan ke kompor dan kendaraan listrik benar ingin menggunakan energi yang bersih dan mengurangi emisi karbon. 

Terkait mobil listrik pun, baru ada 2 pabrik yang sudah memproduksi mobil listrik dan itu adalah Wuling dan Hyundai yang keduanya merupakan merek asing. Alhasil yang akan terjadi, Indonesia akan impor mobil listrik dan hanya akan menguntungkan perusahaan asing. Mobil listrik buatan Indonesia pun masih menggunakan baterai impor. Bagaimana masa depan Indonesia jika apa-apa terikat terus oleh importasi? 

Hal utama yang harus dilakukan adalah kebersihan dan kemandirian energi. 
Pemerintah harus berpikir dan memfasilitasi apa-apa yang dibutuhkan untuk mendapatkan energi bersih dan dilakukan dengan menggunakan resources lokal tanpa melakukan impor. 

Oleh karena itu perlu ditinggalkannya sistem kapitalis karena yang ada hanya dominasi kepentingan korporasi dan diterapkannya sistem ekonomi Islam dalam naungan Khilafah Islamiyyah yang menjadi negara rahmatan lil-'ālam.[]


Oleh: Fatiyah Danaa Hidaayah
Anggota Komunitas Muslimah Menulis Depok
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar