Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Mati Rasa Buah Sistem Buatan Manusia


Topswara.com -- Tewasnya satu keluarga di Kalideres hingga hari ini masih belum menemukan titik temu. Sejak ditemukannya mayat mereka hingga saat ini, pihak kepolisian masih terus melakukan penyelidikan terkait penyebab kematian mereka. Pihak kepolisian memang menemukan beberapa petunjuk dari TKP tetapi penyebab pasti kematian satu keluarga itu masih sekedar spekulasi. Pihak kepolisian juga melibatkan psikolog, sosiolog dan pihak-pihak yang dibutuhkan untuk menemukan titik temu.

Kematian satu keluarga tersebut sungguh menimbulkan banyak spekulasi dan tanda tanya besar. Bagaimana bisa satu keluarga jarang bersosialisasi dengan masyarakat sekitar? Bagaimana mereka memenuhi kebutuhan hidupnya sehari- hari? Bagaimana bisa pihak perangkat lingkungan tidak begitu berperan menghidupkan suasana bermasyarakat di lingkungan tersebut? Apa yang salah?

Kasus Kalideres menunjukkan kepada kita fakta kondisi sebagian masyarakat kita saat ini, dan juga pengelolaan hubungan kemasyarakatan oleh aparat negara.

Keluarga yang tewas dikabarkan jarang bersosialisasi dengan masyarakat sekitar. Rumah mereka bahkan terkesan sangat tertutup dengan gerbang yang tinggi dan juga tertutup rapat sehingga orang dari luar tidak bisa mengetahui kondisi di dalam pagar. Dari sini bisa disimpulkan bahwa keluarga tersebut individualis dan sengaja memisahkan diri dari pergaulan dengan masyarakat sekitar. Entah apa alasan dibalik sikap mereka ini. Masih misteri.

Dari pihak lingkungan masyarakat sendiri, khususnya aparat lingkungan kurang peka menghadapi masyarakat seperti ini. Biasanya di lingkungan ada samacam pertemuan warga rutin berkala, minimal 1 bulan sekali. Nah, pertemuan semacam ini bisa jadi ajang untuk bersosialisasi antar warga, meskipun ada perbedaan keyakinan dan lain hal. Harusnya, pihak aparat lingkungan pro aktif untuk menggerakkan semua warga di acara- acara semacam ini. 

Terjadinya kasus Kalideres ini juga terkait peran pemerintah, khususnya tentang tata kelola perumahan. Bangunan perumahan dengan desain yang terkesan eksklusif dan tertutup memberikan pengaruh pada pola hubungan bertetangga di masyarakat. Mereka jadi terlihat jauh meski tinggalnya berdekatan.

Inilah buah dari sistem sekuler yang dianut di negeri ini. Sikap individualistis tercipta secara struktural. Individu masyarakat hanya mementingkan diri mereka sendiri, tidak mau bergaul dengan masyarakat sekitar, hanya sibuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya di tengah himpitan ekonomi yang sulit ini. 

Masyarakat secara umum pun seperti itu. Kepedulian kepada sesama mulai pudar, individualisme lagi-lagi juga menyerang.

Negara sebagai penanggung jawab masyarakat tidak tepat dalam mengurusi urusan umat. Kondisi ekonomi yang sulit membuat rakyat hanya memikirkan masalah perut saja, hingga tak ada waktu untuk bersosialisasi dengan tetangga. Tata kelola negara dalam perumahan juga turut berperan pada hubungan sosial di masyarakat. Termasuk didalamnya kurangnya kontrol keikutsertaan aktif masyarakat dalam hubungan sosial.

Dari analisa di atas, bisa disimpulkan bahwa kondisi masyarkat dan negara saat ini seperti 'mati rasa'. Individu satu dengan yang lain kehilangan rasa pedulinya. Negara pun 'mati rasa' terhadap kondisi sosial kemasyarakatan yang menjadi tanggung jawabnya. Inilah buah dari sistem sekuler kapitalis buatan manusia yang sangat lemah dan terbatas, dan pastinya tidak bisa memberikan solusi hakiki bagi permasalahan kehidupan.

Bagaimana dengan Islam?
Islam agama yang syamil dan kamil. Islam memberikan aturan yang sempurna dan menyeluruh dalam seluruh aspek kehidupan. Termasuk dalam hubungan sosial kemasyarakatan.

Islam memerintah umatnya untuk menjadi manusia yang berakhlak mulia sebagai buah dari penerapan syariatnya. Individu muslim adalah individu yang shalih, ramah, mudah bergaul, suka membantu, dan sifat-sifat baik lainnya. Anjuran untuk menebarkan senyum, salam dan sapa kepada sesama. Tentu hal ini akan menciptakan kehangatan, kerukunan dan kebersamaan, hatta dengan mereka yang berbeda keyakinan.

Masyarakat secara umum juga diseru oleh Allah untuk menjadi masyarakat yang peduli. Adanya dakwah, ajakan untuk berbuat baik menjadi satu hal yang menghiasi atmosfer pergaulan di masyarakat. Masyarakat digiring untuk hidup bersama dan bermuamalah sesuai syariat sehingga terwujudlah masyarakat yang hidup rukun dan penuh kebersamaan.

Dan ujung tombak dari semuanya adalah negara. Negara sebagai pelayan urusan umat menerapkan aturan kehidupan yang berlandaskan syariat. Individu didorong untuk menjadi manusia- manusia yang bertakwa. Masyarakat disuasanakan dengan pemikiran, perasaan dan aturan yang sama yaitu syariat Islam. Ketiga pilar ini bersinergi dalam mewujudkan masyarakat yang 'baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur.' Seperti inilah gambaran masyarakat ketika syariat Islam diterapkan secara kaffah dalam kehidupan.

Wallahu a'lam bishshawab.


Oleh: Salma Azizah
Aktivis Muslimah
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar