Topswara.com -- Menteri Keuangan Sri Mulyani kembali menyinggung ancaman resesi global dan situasi 'multikrisis'. Karena itu, dia mengimbau untuk terus bersiap sebagai bentuk kewaspadaan dalam menghadapi situasi ini.
Selanjutnya, ancaman krisis yang menghantui dunia bukan hanya digaungkan oleh lembaga atau pemimpin dunia internasional. Tiga orang penting di negeri ini pun membawa pesan penting yang isinya mengingatkan agar semua pihak waspada. 'Krisis langka' membayangi dunia.
Seperti yang dikutip dalam CNBCIndonesia.com bahwa ekonomi dunia diyakini akan mengalami resesi tahun depan. Presiden Joko Widodo (Jokowi), Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengemukakan bahaya resesi tersebut.
Krisis ekonomi bisa terjadi karena sistem ekonomi dunia saat ini adalah sistem ekonomi kapitalisme. Sistem ekonomi ini memang memiliki karakter untuk mengalami krisis secara periodik, berulang, mengikuti gelombang konjungtur ekonomi.
Hal ini disebabkan sistem ekonomi kapitalisme dibangun berdasarkan pondasi yang lemah yaitu disektor non-riil diantaranya:
Pertama, sistem mata uangnya, yaitu uang kertas yang hanya berbasis kepada kepercayaan (trust), bukan pada unsur intrinsiknya.
Kedua, sistem utang-piutang, yang berbasis pada bunga (interest) yang bersifat tetap (fix rate). Sistem utang-piutang seperti ini diwujudkan para sistem perbankannya.
Ketiga, sistem investasinya, yang berbasis pada perjudian (speculation). Sistem investasi model ini diwujudkan dengan jual beli saham, sekuritas, dan obligasi di sistem pasar modalnya.
Tiga poin tersebut memang menjadikan pertumbuhan ekonomi tumbuh dengan cepat, namun semu. Sebab yang terjadi hanyalah perhitungan spekulasi terhadap kekayaan di sektor non riil, yang berputar-putar dari kertas uang, kertas utang, dan kertas saham.
Sebenarnya sistem ekonomi kapitalisme sudah memiliki cacat bawaan, sehingga krisis merupakan suatu keniscayaan. Alhasil, ancaman resesi adalah hal yang lumrah terjadi disemua negara yang menerapkan ekonomi kapitalisme.
Padahal negara seharusnya menjamin akses agar masyarakat dapat memenuhi segala kebutuhan dan keamanan. Negara merupakan penanggung jawab atas segala urusan rakyat. Sebab peran negara adalah memberikan kemudahan bagi seluruh warga negara untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dunia juga membutuhkan satu sistem ekonomi yang tahan krisis.
Maka ancaman resesi global ini tentu tidak akan terjadi jika sistem ekonomi dunia diatur oleh sistem ekonomi Islam, yang di terapkan secara kaffah dalam sistem khilafah. Sebab kebijakan ekonomi sistem khilafah bertumpu pada sektor riil yang diwujudkan melalui beberapa regulasi pertama, khilafah akan menjalankan Politik Ekonomi Islam, dengan memberikan jaminan pemenuhan pokok setiap warga negara (muslim dan non-muslim). Sekaligus mendorong mereka agar dapat memenuhi kebutuhan sekunder dan tersier sesuai dengan kadar individu.
Kedua, khalifah atau kepala negara menerapkan sistem moneter berbasis dinar dan dirham. Karena mata uang ini memiliki nilai intrinsik yang stabil. Ketiga, tidak akan mentolerir berkembangnya sektor non-riil. Karena selain diharamkan, sektor ini juga mengandung unsur riba dan judi. Kemudian, perkembangan sektor ini menyebabkan tidak bisa berjalannya perkembangan sektor riil secara optimal.
Keempat, membenahi sistem kepemilikan sesuai dengan syariah Islam. Kelima, mengelola SDA secara adil dan mandiri. Dan keenam, memberikan tanah kepada rakyat serta perintah menghidupkannya, sehingga tidak ada tanah yang nganggur dan tidak produktif.
Inilah sistem ekonomi didalam sistem khilafah yang sangat kokoh dan satu-satunya sistem ekonomi yang anti resesi. Dan hanya Islamlah yang memiliki sistem ekonomi yang kuat, anti krisis serta memiliki berbagai mekanisme yang dapat menjamin rakyat hidup sejahtera. Wallahua'lam bisshawwab.
Oleh: Reni Safira
Sahabat Topswara
0 Komentar