Topswara.com -- Berbagai konflik terus terjadi secara global. Seperti konflik Ukraina-Rusia, perang Israel-Palestina, dan berbagai konflik lain yang sebagian besar membawa nama agama sebagai pemantik utama.
Segala konflik ini pun merangsang resesi ekonomi kian mendunia. Keadaan ini menjadi alasan utama para pemimpin dunia untuk mengadakan pertemuan R20 di Yogyakarta, 4 November 2022 lalu (merdeka.com, 5/11/2022). Komunike R20, Forum Religion 20, bertema "Upaya Pastikan Agama Berfungsi Sebagai Sumber Solusi Global". Agama diharapkan menjadi solusi utama yang dapat mendamaikan segala masalah dunia.
Forum R20, dinilai sebagai forum istimewa dari serangkaian Forum G20. Penggagas R20, Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Tsaquf, menilai forum ini merupakan forum luar biasa yang diharapkan dapat menciptakan kedamaian dunia. Hajat besar ini pun mendapat dukungan langsung dari Rabithah 'Alam Islami (Liga Muslim Dunia/Moslem World League) sebagai perwakilan kaum muslim dunia (antaranews.com, 2/11/2022).
Tak hanya dihadiri wakil kaum muslimin, Forum R20 pun dihadiri wakil dari setiap agama di dunia. NU mengklaim terdapat 338 partisipan, yang berasal dari 32 negara (kompas.com, 6/11/2022).
Bahkan dihadiri juga oleh golongan konservatif yang cukup menarik perhatian publik, seperti delegasi Aliansi Penginjilan Dunia dan Varanashi Ram Madhav (pemimpin Bharatiya Jarata Party/BJP) yang mendapatkan tempat terhormat dalam Forum R20. Seperti yang banyak diketahui publik, BJP merupakan partai radikal India yang sering menghina, memerangi dan menzalimi kaum muslimin.
Syaikh Al Khayyat, selaku co-chair R20, kerjasama antara Liga Muslim Dunia dan PBNU, mengungkapkan bahwa Forum R20 merupakan upaya kolaborasi strategis. Kolaborasi ini menegaskan bahwa agama memiliki peran penting dalam berbagai macam problem politik dunia.
Ada beberapa poin sebagai hasil dari forum R20, pertama, perang kekuatan berbagai entitas agama di dunia, menjadi pemantik berbagai masalah keamanan politik dunia, sehingga menghalangi solusi berbagai masalah yang kini ada, seperti terorisme, radikalisme, kemiskinan, lingkungan dan beragam bencana lain.
Kedua, mengedepankan perdamaian, pemahaman bersama, sehingga dapat harmonis berdampingan, meskipun berbeda entitas agama, bangsa dan negara.
Ketiga, menciptakan aliansi global demi terciptanya kedamaian dunia. Bertujuan untuk menjadikan agama sebagai solusi segala masalah bersama, mencegah identitas sebagai senjata politik yang dapat menciptakan kekisruhan.
Namun, seruan ini tak senada dengan fakta yang kini tengah tersaji di tengah kehidupan bermasyarakat. Berbagai stigmatisasi negatif dilekatkan kepada para pejuang syariat Islam, para pejuang khilafah. Padahal sangat jelas, inilah metode yang diajarkan Rasulullah SAW.
Masih ingat, dengan seorang wanita bercadar yang menerobos masuk istana dan berhasil menodongkan senjata pada para pengawal istana? Ya, inilah narasi yang menyuguhkan skenario bahwa Islam mengganggu kehidupan bernegara. Segala fitnah selalu ditempelkan pada simbol-simbol yang melekat pada Islam.
Perjuangan menegakkan syariat Islam dipandang sebagai pelanggaran, dituduh sebagai tindakan radikal. Dan senantiasa dikaitkan dengan isu terorisme. Tentu semua ini merupakan fitnah bagi ajaran Islam.
Seruan untuk menjadikan agama sebagai sumber solusi ini pun, menunjukkan bahwa kini, agama merupakan aturan ritual saja. Bukan ideologi yang seharusnya menjadi dasar pandangan dalam mengatur kehidupan. Inilah wajah sekulerisme. Jauh dari aturan agama dalam mengatur segala aspek kehidupan.
Sistem yang kini diterapkan, begitu mengagung-agungkan toleransi dan pluralitas. Sehingga seolah-olah, inilah sumber solusi dan perdamaian dunia. Padahal sebetulnya toleransi dan pluralisme yang kini sering dikampanyekan, adalah pandangan yang keliru dalam proses menyelesaikan masalah.
Toleransi, kebersamaan, dan pluralisme yang kini diusung, tanpa batas. Hingga mendobrak akidah agama yang seharusnya terjaga sempurna. Dan dari sinilah muncul keimanan yang rusak pada diri seseorang. Dengan menganggap bahwa semua agama benar. Dengan dalih demi mencegah pertikaian antar agama. Demi menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
Dialog antar umat beragama, disinyalir dapat mempercepat terciptanya kedamaian dunia. Dan dialog ini sangat sering dilakukan. Bahkan menjadi agenda global.
Tujuan utama agenda besar ini bertumpu pada satu tujuan utama yaitu melemahkan aturan-aturan Islam agar sejalan dengan agenda.yang digaungkan asing yang kapitalistik. Namun, faktanya, kerusuhan global sangat sering terjadi meskipun agenda ini rutin terlaksana. Artinya, usaha ini sama sekali tak berhasil ciptakan perdamaian dunia.
Di sisi lain, dialog antar umat beragama hanya mencari persamaan agama. Tanpa mempedulikan kebenaran agama. Padahal kebenaran agama adalah satu inti utama yang wajib dijadikan nadi yang mengatur kehidupan. Dan agama/akidah yang benar pasti menciptakan aturan yang benar dan memberikan maslahat bagi seluruh umat manusia.
Inilah wajah suram sekuler liberal. Tak melahirkan kebaikan sedikit pun bagi kehidupan umat. Berbeda dengan Islam, satu-satunya ideologi shahih yang mengatur segala segi kehidupan manusia. Ideologi Islam menekankan tentang akidah yang benar tentang simpul kehidupan, darimana kita berasal, akan melakukan apa kita di dunia dan mau kemana setelah kita tiada. Sehingga umat pun menyadari makna kehidupan hakiki, yaitu hanya untuk menyembah dan beribadah kepada Allah.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman, yang artinya: "Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku." (QS. Az-Zariyat :56)
Islam-lah satu-satunya akidah yang benar. Yang dapat menjaga umat dari segala jenis kezaliman. Dan kesempurnaan syariat Islam hanya dapat terlaksana dalam institusi shahih, yang dicontohkan Baginda Rasul SAW. kepada seluruh umatnya. Khilafah manhaj An Nubuwwah.
Wallahu a'lam.
Oleh: Yuke Octavianty
Forum Literasi Muslimah Bogor
0 Komentar