Topswara.com -- Sistem sekulerisme menghimpit generasi muda agar jauh dari Islam dengan membuka lebar-lebar hiburan unfaedah seperti konseran musik dendang bergoyang dan bermacam hiburan lainnya. Ditambah pemimpin abai terhadap masa depan anak muda, tidak memperdulikan rutinitasnya, pergaulannya, hiburannya bahkan kepribadiannya, pemimpin tutup mata atas persoalan generasi.
Sebagaiman yang terjadi baru-baru ini, para petugas memberhentikan konser musik dendang berdendang yang digelar selama tiga hari namun tidak sampai batas waktu konser diberhentikan akibat kapasitas penonton membeludak mencapai 21.000 sampai beberapa penonton pinsan. Oleh karena itu para panitia meminta maaf atas insiden yang terjadi diluar nalar mereka apalagi banyak penonton yang menuntut agar dikembalikan uangnya karena tidak bisa masuk menyaksikan secara langsung, (kompas.com 30/10/2022).
Musik memang sangat digemari oleh pemuda-pemudi masa kini, apalagi konser musisi besar atau namanya telah mendunia tentu akan menarik banyak penonton, akibatnya banyak pula yang kehilangan oksigen hingga memakan banyak korban.
Sering kita dapati pergelaran semacam ini berkali-kali memakan banyak korban seperti konser rapper Travis Scott, Konser yang digelar di Houston Amerika Serikat kabarnya memakan 10 korban jiwa dan ratusan orang luka-luka, konser band yang digawangi Pasha Ungu pernah menelan 10 korban jiwa di Pekalongan pada tahun 2006.
Kejadian tersebut bermula saat para penonton berdesakan untuk keluar dari tempat konser setelah acara selesai. Setelah korban divisum, dokter menyebut para korban kehilangan oksigen dan jatuh terinjak sampai meninggal, dan masih banyak lagi.
Anak muda telah teracuni oleh paham liberalisme (kebebasan) mereka akan cenderung melakukan apapun demi kesenangan semu.
Fenomena di atas adalah bentuk kebebasan anak muda berekspresi sesuai kehendaknya tanpa mengambil pelajaran terhadap resiko-resiko yang sudah pernah terjadi.
Disisi lain, liberalisme telah menghilangkan perhatian pemimpin negeri. Mereka bersikap acuh tak acuh terhadap problema yang menimpa umat. Ketika kejadian sekali terjadi masih di anggap biasa, kemudian berkali-kali terjadi berkobarlah jiwa dengan suara lantang menyatakan menindak secara tegas dan suara sedih perihatin atas yang menimpa korban. Apabila waktu berlalu enggan mengingatnya justru kembali membuka pintu dan melebarkan karpet merah untuk menggelar konser besar.
Lantas, siapakah yang bertanggung jawab atas rusaknya generasi hari ini?
Tentu saja yang patut bertanggung jawab atas rusaknya generasi yaitu, pertama, sistem kehidupan, sebab siapapun pemimpinnya jika sistem yang digunakan untuk mengatur negara bukanlah sistem yang dibuat oleh Allah sang pencipta Alam Semesta, maka tidak akan bisa menyelesaikan problematika permasalahan hidupm.
Kedua, pemimpin. Karena pemimpin memiliki tanggung jawab yang besar. Salah satu tugasnya adalah meriayah para generasi muda, karena generasi muda adalah calon penerus bangsa di masa depan. Jika mereka rusak, maka rusaklah sendi kehidupan ini.
Ketiga, masyarakat. Dibuhkan kontrol masyarakat, ketika terjadi penyimpangan-penyimpangan di tengah masyarakat maka akan segera dilakukan amar makruf nahi mungkar.
Dalam sistem demokrasi katanya pemimpin di angkat oleh rakyat dan bertugas untuk rakyat, artinya apa pun yang menyangkut dengan umat pemimpinlah yang bertanggung jawab atasnya, baik buruknya perbuatan manusia tergantung pemimpinnya.
Tetapi, ironisnya hari ini pemimpin angkat tangan, seolah lepas tanggung jawabnya terhadap umat. Alhasil generasi hari ini banyak yang rusak karena tidak memiliki kendali. Ditambah sistem yang serba bebas membuat anak muda berlenggang dengan raut wajah begitu bahagia sebab tidak ada yang mengatur mereka secara khusus. Sehingga lahirlah banyak generasi bermental kerupuk, tidak ada kontribusinya untuk perbaikan negara.
Ingat saja dimanah Zaid bin Tsabit dengan usianya yang sangat muda 13 tahun, ia menjadi penulis wahyu. Dalam 17 malam ia mampu menguasai bahasa Suryani sehingga menjadi penerjemah Rasulullah saw. Hafal kitabullah dan ikut serta dalam kodifikasi Al-Qur’an.
Atab bin Usaid di usia 18 tahun ia diangkat oleh Rasulullah SAW. Sebagai gubernur. Muhammad Al Fatih usia 22 tahun menaklukkan Konstantinopel ibu kota Byzantium pada saat para jenderal agung merasa putus asa. Abdurrahman An Nashir usia 21 tahun pada masanya Andalusia mencapai puncak keemasannya, ia mampu menganulir berbagai pertikaian dan membuat kebangkitan sains yang tiada duanya.
Merekalah generasi peradaban cemerlang, pentingnya generasi hari ini menjadikan sejarah pemuda Islam sebagai role mode mereka, bukan artis-artis yang hanya tahu bernyanyi dan bergoyang. Serta pentingnya pemimpin untuk mengajarkan sejarah kegemilangan Islam, karena dengan belajar sejarah Islam akan dijumpai pahlawan-pahlawan sejati. Hidup matinya untuk Islam, bukan hal-hal yang remeh. Semua itu tidak lepas dari penerapan Islam kaffah dalam seluruh sendi kehidupan. Sehingga terbentuklah pemuda yang berkualitas.
Wallahu a’lam bisshawab.
Oleh: Sasmin, S.Pd
Pegiat Literasi
0 Komentar